AKHWAT

Akhwat....

Akhwat itu pastinya ya perempuan.

Sebutan Akhwat sering di ucap orang ketika melihat wanita berjilbab.
Apakah sebatas itu seorang wanita dikatakan Akhwat??
Ternyata tidak...
Sekarang akhwat bukan hanya sekedar sebutan. Akhwat adalah gelar kehormatan yang disandang oleh muslimah beriman.
Sungguh besar tanggungjawab yang dipegang, sebab seorang akhwat akan menjadi panutan.
Pandangan orang, Akhwat itu identik dengan Ta'arufan
Tidak pernah berduaan dengan yang bukan mahram.
Boleh berduaan jika sudah ada ikatan pernikahan.

Akhwat..
akhwat itu wanita berjilbab rapat dan menjaga aurat
Paling anti dengan pakaian ketat..
Selalu menjaga pandangan dan menjaga syahwat.
tegas dalam bersikap namun lembut dalam berucap.

Akhwat itu tidak kenal "pacaran" sebab agama menjadi landasan.
dia selalu takut perbuatannya mendekati kemaksiatan..

akhwat itu berprinsip pada keyaqinan.
Allah adalah tujuan.
Rasulullah adalah junjungan.
Islam agama pilihan.
AlQur'an menjadi pedoman.
**********************************
Namun Akhwat juga bukanlah wanita yang taatnya seperti malaikat

Akhwat itu juga punya banyak keinginan
kadang juga bisa khilaf pada kehidupan
sering pula lalai meniti keimanan..
Akhwat juga wanita biasa yang punya banyak harapan
Ingin bersuamikan seorang adam yang tebal Iman.
yang bisa menjadi membimbing dalam kehidupan.
akhwat pun kadang bisa lupa dalam pergaulan.
namun bukan suatu alasan akhwat tetap harus menjaga pandangan.
Lawan jenis adalah godaan..sebelum ada ikatan.
............................................

Akhwat..dengan segala keinginan tetap terbentengi oleh Iman.
Tidak akan berbuat diluar aturan yang disyari'atkan.
Akhwat itu bukan wanita sembarangan..
Akhlaknya mercerminkan Ketaqwaan.


Itulah Akhwat..
Cerminan wanita pedoman ummat.
Itulah akhwat..
Bidadari yang dirindukan Dunia-Akherat
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~



(Copas dengan sedikit improv )

Dialektika Cinta

Samudera kan ku sebrangi"
"Gunung-gunung kan ku daki"
"Belantara kan ku jelajahi"
"Bara Api kan ku tapaki"
"Tuk buktikan, Cinta ini padamu jua"


Inikah gerangan ungkapan sosok arjuna yang sedang mabuk kepayang dengan bunga-bunga kehidupan bernama cinta?

Kekuatan cinta senantiasa menjadi misteri, karena yang lemah tiba-tiba menjadi kuat, yang penakut tiba-tiba menjadi berani, yang bercerai-berai tiba-tiba menjadi bersatu dan yang tadi-nya mahal seketika menjadi murah.

Inilah kekuatan cinta, ketika semua mata mengarah memandang, ketika suasana hati menjadi terwarnai, tidak mengenal negara dan bahasa, kekuatan cinta adalah milik semua.

Ketika Aceh bergetar dan lautan meluap, segenap cinta pun tercurah, mengundang pejuang cinta dari berbagai pelosok bumi untuk menumpah ruahkan bahasa cinta mereka di bumi rencong.

Entah muslim dari Turki, Mesir, Saudi, Eropa, Pakistan, India, Amerika, Kanada, Malaysia dan pelosok lainnya, walaupun tak fasih mereka mengucap "Aku Cinta Kamu Karena Allah" (dalam bahasa indonesia) tapi cita rasa-nya tetap terasa, rasa-nya rasa cinta!

Karena memang cinta tak melulu harus diungkapkan dengan verbal, terkadang lebih pekat rasa-nya jika cinta dibuktikan dengan amal.

Gustav Le Bon, seorang filusuf dan ahli psikologis dari perancis menyimpulkan bahwa manusia pada umum-nya kesulitan mencerna sesuatu yang abstrak dibanding sesuatu yang nyata.

Jadi, jika ungkapan verbal cinta adalah abstrak, maka amal cinta adalah nyata! Subhanallah wa Allahmdulillahi wa la Ilaha ila Allah wa Allahu Akbar!!

Di ujung barat bumi pertiwi, Allah buktikan cinta-Nya dengan nyata, disyahidkan-Nya sekian banyak mujahid dan mujahidah da'wah. Dibuktikan cinta-Nya kepada para syuhada dengan jasad tetap terjaga rapih aurat-nya hingga bersamayam ke dalam lahat, ditebarkan wangi kesturi keluar dari jasad mereka, dan dibiarkan masjid-masjid itu tetap kokoh berdiri.

Sebagai bukti cinta, bagi para pencari cinta sejati.

Namun inilah yang disebut suka duka dalam bercinta, tak selama-nya cinta bersambut, terkadang hanya bertampuh di sebelah tangan, sebuah cinta yang tak berbalas, tak berbalas oleh bukti cinta. Sebuah ironi cinta.

Entah mengapa cinta itu mudah terucap, ketika diperlihatkan kebesaran Allah, "Alhamdulillah, Subhanallah" semua bahasa verbal cinta menjadi teramat mudah terucap, namun sayang bukti cinta-nya tak kunjung ada. Hampa! layak-nya baris-baris jama'ah di masjid-masjid yang tersisa.

Entah mengapa warung-warung kopi dan kedai-kedai mie goreng itu bisa menjadi lebih menarik, padahal seumur-umur kedai-kedai tersebut tak pernah mengungkapkan cinta kepada para pengunjungnya, apalagi hingga (mampu) membuktikannya.

Rupa-nya cinta telah berlari ke lain hati, ironi cinta, cinta yang tak berbalas.

Layak-nya dialektika cinta Syaikh Abdul Mu'iz Abdus Sattar, ketika beliau diutus Al Ikhwanul Muslimin pada tahun 1946 selama 2 bulan penuh ke Palestina untuk menyadarkan bahaya zionis bagi eksistensi muslim Palestina.

Didapati oleh Syaikh Abdul Mu'iz kondisi Masjidil Aqsha yang senyap dari para pencari cinta, ketika situasi ini ditanya kepada para jama'ah, jawab mereka kepada Syaikh Abdul Mu'iz. "Sholat itu berat bagi mereka, tapi bila mereka diseru untuk berperang mereka pasti segera memenuhi seruan secepat kilat."


***


Renungan cinta yang tak pupus oleh waktu,

"76 tahun berjalan sudah..."
"59 tahun Indonesia mengisi kemerdekaannya"
"57 tahun sejarah perjuangan Palestina"
"20 tahun lebih bunga tarbiyah bersemi"
"Aceh.... 6 tahun berjalan sudah..."
"Sayang Aceh?... 2 bulan berlalu sudah"


bagai dialektika cinta kekal Sang Khaliq kepada mahluk...

"Mohonlah pertolongan dengan sabar dan sholat" (QS Al Baqarah: 45)


***


Syamsul Bachri

Membaurlah, tapi jangan Lebur

Bismillahirrahmanirrahiim.

Lahiwa Abda namanya. Biasa dipanggil Iwa. Mahasiswa tingkat tiga perguruan tinggi negeri ternama di Ibukota. Tinggal di komplek mewah kawasan Jakarta Selatan. Pergi dan pulang kuliah nyetir mobil sendiri. Lahir dan besar dari keluarga berada. Ekspresi dan penampilannya selalu rapi, bahkan terkesan "licin". Mungkin itu yang membuatnya mudah dikenal. Apalagi ia memang pandai bergaul dan agak 'royal'. Ada darah agama dalam dirinya.

Kakeknya tokoh organisasi Islam terkenal, yang kiprahnya hingga tingkat propinsi di Sumatera. Dan ayahnya, masih mewarisi sebagian darah agama itu. Sejak kecil Iwa mendapat didikan religi. Lumayan. Setidaknya, ia cukup sukses melalui bangku SMA tanpa konflik psikologis yang berarti. Lulus dengan menggembirakan, meski tidak hebat-hebat amat.

Masa-masa awal kuliah mengantarkan Iwa pada dunia baru yang lebih bebas. Syukurnya kondisi itu tak sampai menggoyahkan kepribadiannya. Namun seiring pencarian jati dirinya sebagai orang muda, Iwa mulai goyah. Tak sadar sebuah proses degradasi secara perlahan terjadi. Pelan, bahkan nyaris tak terasakan. Terlampau banyak ia berguru pada kawan-kawannya yang sangat liberal. Mulai dari pola pikir hingga soal definisi moral yang jungkir balik. Di akhir tingkat tiga kuliahnya, banyak kesalahan fatal telah ia lakukan. Itulah yang mengantarkannya kepada situasi jiwa yang sulit ia jelaskan. "Entahlah, saya pun sering bingung dengan diri saya sendiri," ucapnya dengan tatapan kosong.


**********


Gueita, mahasiswa. Susah panggilannya: Giuit. Fakultas dan jurusannya terkait dengan obat. Universitasnya swasta, bonafid dan terpandang. Di kampus, Giuit sangat aktif berda'wah. Karirnya sebagai 'pejabat' di organisasi da'wah kampus juga cemerlang. Ia memang sosok pemikir. Tapi kalau diserahi urusan teknis bisa dipastikan berantakan. Sudah beberapa kali pengalaman berbicara. Karena ia lebih cocok menjadi penyumbang gagasan, pengatur strategi, daripada sebagai pekerja lapangan.

Itulah kelebihan Giuit, juga mungkin sekaligus kelemahannya. Manusia memang unik. Kadang batas antara kelebihan dan kelemahannya sangatlah tipis. Masalahnya, Giuit sulit menyikapi realitas dunia mahasiswa yang banyak bertabrakan dengan keyakinan-keyakinannya. Ia sangat enggan bertegur sapa dengan orang-orang yang tidak sepaham dengan dirinya.

Mulanya ia beralasan untuk menjaga dirinya, takut larut, katanya. Lama-kelamaan, seiring bertambahnya pengetahuan Giuit tentang Islam, ia lebih menikmati dirinya sendiri. Kadangkala ia mengeluh, karena sulit mentransformasikan dirinya dalam dunia mahasiswa secara umum. Padahal, untuk memperoleh lobi dan dukungan yang kuat semestinya ia juga mengembangkan isu-isu yang mencakup seluruh civitas akademika. Setidaknya yang menjadi hajat hidup masyarakat kampus, dari mahasiswanya sampai satpamnya, dari dosen sampai tukang sapunya. "Sering juga saya merenung. Tapi tak mudah meredam perang batin yang luar biasa, tatkala realitas yang saya lihat tak seindah idealisme yang saya yakini," tuturnya.

Secara tak disengaja telah terbangun dalam pikirannya sebuah stereotipe tentang ukuran baik-buruknya seseorang. Sebagian dari ukuran-ukuran itu memang benar, tetapi tak sedikit pula yang salah. Utamanya ketika ia memaksa menyeragamkan standar keshalihan. Nyaris tak memberi ruang untuk keberagaman. Padahal manusia lahir dengan kemampuan beragam. Maka semestinyalah keshalihan orang beragam pula.


**********


Namanya Matenan. Kawan-kawannya sering memanggil Mamat, atau lebih sopannya Bang Mamat. Umurnya masuk kepala empat. Sedikit lagi berkepala lima. Sehari-hari mengayuh sepeda dengan tong-tong berisi tahu. Ia memang pedagang keliling tahu mentah. Mengontrak di kawasan Manggarai. Anaknya tiga, yang tertua kelas tiga SMP. Kawan-kawan Bang Mamat beragam. Dari sebuah desa di Jawa Tengah ia pergi bertujuh ke Jakarta. Empat orang berdagang tahu, sisanya lagi berjualan sayur. Beberapa minggu lalu, Bang Mamat menemukan sebuah tas berwarna hitam. Di dalamnya ada dompet dengan uang tiga ratus ribu rupiah, kartu identitas, beberapa kartu nama, dan dua pas photo wanita berjilbab. Di tas itu juga ada beberapa buku catatan, surat-surat berkop sebuah perusahaan, tempat bedak kecil Mustika Ratu, serta handphone.

Apa yang dilakukan Bang Mamat ? Bersusah payah ia mencari alamat pemilik tas itu. Tiga kali ia datang, dan baru yang ketiganya ia berjumpa dengan pemiliknya. Ternyata seorang muslimah yang photonya ada di dompet itu. Dengan tegar ia kembalikan semua barang-barang itu. Seorang tetangganya sudah menawar setengah juta untuk handphone itu. Tetapi Bang Mamat tetap gigih. Ia mencoba mengajarkan kejujuran kepada kawan-kawannya. Meski untuk itu tidaklah mudah.

"Ini bukan milik saya, saya harus kembalikan kepada yang punya," begitu kenangnya. Ketika mengembalikan tas itu, ia ditemani anak tertuanya. Nampaknya ia juga hendak mengajarkan kejujuran kepada anaknya itu. Kala wanita pemilik tas itu hendak memberinya tanda terima kasih, Bang Mamat bersikeras menolak. "Biarlah Allah yang membalas. Mbak doakan saya saja," begitu jawabnya. Akhirnya pemilik tas itu memaksa anak Bang Mamat untuk mau menerima tanda terima kasihnya.


**********


Tidak mudah memang, bergaul dengan kehidupan masyarakat yang sangat beragam. Apalagi bila pada saat yang sama kita juga dituntuk tetap EKSIS, SURVIVE, dan tetap ISTIQOMAH. Ibarat berenang di air asin, kita seperti berjuang untuk mengapung dan tidak tenggelam, karena di situlah letak kehidupan kita. Tetapi, pada saat yang sama kita dituntut bagaimana tidak turut menjadi asin.

Logika ini berlaku untuk setiap muslim, untuk setiap aktifis da'wah, juga untuk setiap orang yang ingin menyeimbangkan antara eksistensi dirinya sebagai muslim dengan eksistensinya sebagai makhluk sosial. Menyeimbangkan antara tuntutan dirinya sebagai hamba Allah dengan tuntutan dirinya sebagai anggota masyarakat. Baik masyarakat kecil di keluarganya, masyarakat sedang di lingkungannya, atau masyarakat besar di dunia ini. Ya, itu merupakan tuntutan menyeimbangkan antara idealita dan realita. Karena alam realita memiliki sunnahnya sendiri, sebagaimana alam idealisme memiliki sunnahnya sendiri.

Logika ini juga berlaku bagi komunitas apa pun, bagi sebuah golongan seperti apa pun. Apalagi bagi sebuah organisasi da'wah. Itu pula yang mengantarkan kita kepada logika bahwa dunia ini sangat beragam isinya. Di tengah keberagamannya itu kita hidup. Agama ini juga tidak mengajarkan agar kita membangun sebuah eksklusivisme yang sempit. Kalaulah itu yang dimaksud Allah dalam penciptaan manusia ini, tentu apa arti firman-Nya yang menjelaskan bahwa manusia diciptakan berbangsa dan bersuku untuk saling mengenal.

Keberagaman isi dunia menjadi sunnah tersendiri bagi kehidupan ini. Ia semacam ekosistem yang saling kait-mengkait, tunjang menunjang, dukung mendukung. Orang miskin ada untuk menjadi tempat bersedekah bagi orang kaya. Orang bodoh adauntuk tempat beramal bagi orang-orang pintar. Orang besar ada untuk membantu orang-orang kecil. Manusia, dengan beragam suku, bangsa, ras, bahasa, budaya, dan cita rasanya, adalah khazanah kehidupan yang niscaya ada.

Hanya saja, seperti kisah tiga orang di atas, Iwa, Giuit, dan Bang Mamat, seperti itu pula kira-kira tipologi seorang muslim dalam berinteraksi dengan belantara kehidupan dunia ini. Ada yang luntur dan lebur, ada yang teguh tetapi mengambil jalan yang kurang bijak: menutup diri dan lebih suka pada klaim-klaim. Dan, yang ketiga, mereka yang tetap tegar di tengah kondisi apa pun.

Segalanya berpulang kepada kita masing-masing. Karena tuntutan Allah agar kita menjaga diri dari api neraka, misalnya, juga diiringi dengan perintah menjaga keluarga: masyarakat terkecil kita. Dalam lingkup masyarakat yang lebih besar, Allah mengancam orang-orang yang masa bodoh dengan kondisi masyarakat yang rusak. Kelak, bila Allah menurunkan adzab-Nya, orang-orang baik yang tak peduli dengan kerusakan itu justru yang pertama diadzab.

Kita memang harus berbaur dengan masyarakat, tetapi tidak melebur dalan kerusakan mereka.

Wallahu'alam bishawab.


Tarbawi, Edisi 13, Th. 2, 31 Oktober 2000/ 1 Sya'ban 1421, hal 6-8

Ta'aruf dengan hati bersih yuk!


.............................. Selintas makna hidup......

Akhi Arfan : Assalamu'alaikum..
Ukhty Izmi : Wa'alaikumsalaam warahmatullah..
Akhi Arfan : afwan ..ukh..bagaimana keputusannya. apakah setelah istukharah..saat ini ukhty bisa memberikan kepastian kepada ana? (harap-harap cemas)
Ukhty izmi : mmm...gimana ya akhi..(terdiam sejenak..mengatur nafas )
Akhi Arfan : ndak apa-apa ukhty...keputusan sepenuhnya ada di ukhty..insya ALLAH ana terima apapun keputusan ukhty... (dihati ngarep bangetz..)
Ukhty Izmi : .............................. sampai saat ini pun ana sebenarnya masih istikharah..masih bingung dengan hati. (terdiam lagi...)
Akhi Arfan : trus...?????????
Ukhty Izmi: hhmmm....afwan akhi...ana cari-cari nama antum dalam istikharah ana..tapi ga ada. gimana dong akhi??? (masih bingung bener apa ega nih diksinya...penolakan halus)
Akhi Arfan : tapi tadi anti bilang sampai saat ini masih istikharah kan?
Ukhty Izmi : iya siih....(jadi bingung ama jawaban sendiri)
Akhi Arfan : Coba lagi ukhty...siapa tau tadi nyelip,jadi ga keliatan (masih berharap...maksa.com)
Ukhty Izmi : hah??? (aneh ni ikhwan...ga ngerti atau pura2 ga ngerti maksud ana. dalam hati.com)
Akhi Arfan : iya ukht..siapa tau diistikharah selanjutnya....ada nama ana nongol. heheh (malu-malu....padahal malu-maluin)
Ukhty Izmi : afwan akhi...ndak bisa gitu. karena...tidak mungkin ana menemukan nama antum dalam istikharah ana selanjutnya..(ragu-ragu...bilang ga yah?habis ga ngerti-ngerti sih)
akhi Arfan : kenapa ukhty....masih banyak rahasia ALLAH yang belum dapat kita ungkap (memberi keyaqinan.usaha terussss....)
Ukhty Izmi : mmm....karena ana menemukan nama lain akh dalam istikharah ana..afwan tadinya ana ga mau bilang ini. ana tidak ingin menyakiti antum. tapi antum ga ngerti2. (menyesal...tapi mw gimana lagi.ditolak secara halus...eh mancing2 keluar juga deh...pengakuan yang menyakitkan.afwan..afwan)
Akhi arfan ; oh..gitu ya ukht..Laa ba'tsa.... semoga ALLAH menunjukkan yang terbaik buat kita semua...(lesu.. lemas...sakit hati plus kecewa sangat.com)
Ukhty Izmi : Aamiin...
Akhi arfan :.......Wassalaamu'alaikum warahmatullah..
Ukhty Izmi : wa'alaikumsalaam warahmatullah..
Akhi Arfan : ......................klik.tutup telpon
(Maaf jika ada kesamaan nama tokoh dan cerita...semua diluar kesengajaan penulis :) )

Hanya cerita pengantar....(intermezo.com....^_^)
Beginilah ta'aruf yang dimulakan dengan perasaan...si ikhwan diatas sakit hati dan kecewa sangat..karena apa yang diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan. karena sebelumnya dia menggantungkan harapan sepenuhnya pada si akhwat...yah..semua karena perasaannya yang sudah 'dalam' sehingga timbul 'rasa sakit' ketika ternyata di akhwat itu menolaknya. ditambah lagi alasan akhwat itu karena ada 'nama lain' yang menyebabkan ditolaknya dia. Jika sebelum ta'aruf dia menetralkan hatinya...bahwa apapun ketetapan ALLAH itulah yang terbaik. maka tidak akan ada rasa kecewa dan sakit hati yang terlalu mendalam....
dengan kata lain, DITERIMA atau EGA...have fun aje,toh ane udah usaha. Allah yang menentukan.

akan tetapi dialog yang terjadi diatas adalah sebaliknya..si ikhwan sudah terlebih dahulu berharap banyak pada si akhwat karena "rasa" yang telah mengalahkan kejernihan hatinya dalam menerima keputusan si akhwat. so...sakit hati deh.

Sedangkan bagi si akhwat...tidak ada masalah dengan jawabannya. karena memang dia tidak mengambil keputusan itu dengan mengedepankan perasaannya. toh emang si akhwat blom ada 'rasa' sama tu ikhwan. jadi menjalani ta'aruf dengan 'hati' yang netral. apapun yang ditunjukkan Allah dalam istikharahnya..adalah jawaban untuknya.

So...akhwat wa Ikhwan...(khususon ane juga nih ). Yuk mengawali ta'aruf dengan hanya mengharap Ridho dari ALLAH...dengan menetralkan hati terlebih dahulu. siap menerima apapun yang telah menjadi ketetapn-NYA. Agar..tak kecewa berat kalo-kalo di tolak n ga sakit-sakit bangetz..misalnya ga lanjut ta'arufnya. :). Daripada pengidap penyakit galau yang ga sembuh2 lebih baik dari sekarang kita lakukan pencegahan. Ta'aruf dengan hati yang bersih. jangan coba-coba menanam 'rasa' dan menanamkannya.

"Jika perasaan yang lebih berperan,maka istikharahmu bukanlah lagi menjadi petunjukmu. jawaban yang kau ambil adalah karena perasaanan, dan kau akan merasakan 'sakit' ketika keadaan seolah-olah menyakitimu." (setetes embun)

Afwan..jika contoh diatas...memakai 'ikhwan' sebagai pelakunya. kejadian tersebut juga sering terjadi pada 'akhwat' apalagi akhwat mah..mainnya perasaan muluuu.....(jadi berhubung penulisnya akhwat,dibalik deh..biar memotivasi dikit.)bukan diskriminasi lhoo...sekali-kali coba kalau 'ikhwan' yang main perasaan yah.hihihih


(Ngenguak kisah 2 tahun yang lalu...penolakan halus..karena ALLAH tidak melukiskan keyakinan dihatiku untuk menerimamu.)

Setetes Embun
http://serambi-kata-shaliha.blogspot.com/



Jati Diri Wanita Muslim Dalam Diri Siti Khodijah ra.


Muslimahzone.com – Para wanita muslimah hendaknya mengambil contoh dan teladan dari tokoh-tokoh wanita dunia yang telah mendahului mereka, khususnya yang tidak disangsikan lagi kesholehannya dan telah diberi kabar gembira oleh Allah swt dengan syurga . Mempelajari sirah dan perjalan hidup mereka adalah sangat urgen, karena dengannya kita bisa menatap kedepan , menempuh kehidupan yang lebih sempurna dan kebahagian di dunia dan di akhirat.

Salah satu tokoh wanita yang patut dijadikan suri tauladan bagi para wanita muslimah sekarang adalah Siti Khodijah a. s. , istri Rosulullah saw, ummahatu al mukminin, seorang wanita yang pertama kali memeluk dienul Islam, dan salah satu wanita yang terkemuka didunia ini.

Dalam salah satu hadits disebutkan :

عن ابن عباس رضى الله عنه قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( سيدة نساء أهل الجنة بعد مريم : فاطمة وخديجة وامرأة فرعون ) أخرجه أحمد

Dari Ibu Abbas ra berkata ; bahwasanya Rosulullah saw bersabda : “ Para wanita penghuni syurga setelah Maryam adalah : Fatimah , Khodijah dan istri Fir’aun ” ( HR Ahmad )

قال رسول الله صلى الله عليه وسلم ( هذا جبريل يا خديجة ، وقد أمرني أن أقرأ عليك السلام ويبشرك ببيت في الجنة من قصب لا صخب فيها ولا نصب )

Bersabda Rosulullah saw : ” Wahai Khodijah , ini malaikat Jibril telah datang dan menyuruhku untuk menyampaikan salam dari Allah kepada-mu dan memberikan kabar gembira kepadamu dengan rumah yang terbuat dari kayu , tidak ada keributan dan rasa capai di dalamnya . ” ( HR Bukhari dan Muslim )

Setelah kita mengetahui dari dua hadist di atas bahwa Khadijah ra adalah wanita ahli syurga, kita sebagai wanita muslimah pada abad ini harus mencari sebab-musabab kenapa Khodijah ra menjadi ahli syurga.

Rahasia yang menjadikan Khodijah masuk syurga ternyata telah diungkap sendiri oleh Rosulullah saw dalam suatu haditsnya , tepatnya ketika pada suatu hari Aisyah ra merasa cemburu dengan Khadijah ra yang walaupun sudah lama meninggal , akan tetapi Rosulullah saw masih saja terus mengingat-ingat kebaikannya , ketika itu juga Aisyah ra berkata kepada Rosulullah saw : ” Wahai Rosulullah saw bukankah Allah swt telah menggantikannya dengan istri yang lebih muda dan lebih baik darinya ?

Mendengar pernyataan tersebut, Rosulullah saw menjadi murka , seraya bersabda :

” لا والله ما أبدلني خيرا منها ، آمنت بي إذ كفر الناس ، صدقتني إذا كذبني الناس ، وواستني بمالها إذ حرمنى الناس ، ورزقني الله منها الولد دون غيرها من النساء . “

” Tidak, demi Allah , tidak ada yang bisa menggantikannya : dia beriman kepada-ku disaat kebanyakan orang mengkafiri-ku, dia membenarkan-ku pada saat mereka mendustakan-ku, dia membantu-ku dengan harta-nya ketika mereka pada meninggalkan-ku, dan darinya aku dikaruniai keturunan pada saat istri-istriku yang lain tidak bisa mempunyai anak ”

Dari hadist di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa Rosulullah saw telah menerangkan tiga hal yang menyebabkan Khadijah ra masuk syurga, sebagaimana yang telah dijanjikan Allah swt.

Pertama : Mempunyai keimanan yang tangguh .

<< آمنت بي إذ كفر الناس >>

Keimanan yang tangguh ini memiliki beberapa ciri diantaranya :

1//. Keimanan tersebut tumbuh dari rasa kesadaran dan atas dasar ilmu, bukan karena ikut-ikutan atau karena takut dikucilkan . Hal ini terlihat dengan jelas, ketika beliau – walau hanya seorang wanita – telah berani menyatakan keimanannya pada nabi Muhammad saw , di saat orang lain pada menghindar dan mengkafirinya.

Keimanan yang tangguh ini tidak goyah , walau selalu di goyang, yang tak lekang karena panas dan tak lapuk karena hujan. Keimanan semacam inilah yang mengantarkan orang yang memilikinya menuju syurga.

Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda :

<< من قال لا إله إلا الله خالصا من قلبه دخل الجنة >>

Barang siapa yang mengucapkan ” La Ilaha Illa Allah ” dengan ikhlas dari hatinya , niscaya akan masuk syurga ”

2//. Mendukung kepada orang- orang yang membawa kebenaran.

Keimanan yang tangguh itu akan mengantarkan seseorang untuk mendukung orang- orang yang membawa kebenaran, siapa saja tanpa pandang bulu, sekalipun dia bukan dari keluarga , golongan atau kelompoknya .

<< صدقتني إذا كذبني الناس >>

3//. Menyakini bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan orang- orang yang selalu menyebarkan kebenaran dan berbuat baik kepada orang lain.

Ini terlihat jelas pada diri Siti Khadijah r.a , ketika Rosulullah saw pulang dari gua Hira dalam keadaan takut dan cemas setelah ditemui malaikat Jibril as, seraya mengatakan kepada siti Khadijah :

زملوني… زملوني … زملوني …

” selimutilah saya…selimutilah saya…selimutilah saya ! “

Melihat keadaan suaminya seperti itu, siti Khadijah yang mempunyai keimanan yang tangguh tadi, tidak lantas ikut panik dan menjerit-jerit, tapi tetap tegar dan mengatakan dengan sepenuh hatinya :

كلا … والله لا يخزيك الله أبدا ، إنك لتصل الرحم ، وتقرى الضيف ، وتحمل الكل ، وتكسب المعدوم ، وتعين على نوائب الحق .

” Sekali- kali tidak ! Demi Allah , sekali- kali Allah tidaklah akan menghinakan kamu selamanya , sesungguhnya anda benar-benar orang yang suka menyambung tali persaudaraan, menghormati para tamu, menanggung orang – orang yang membutuhkan, berusaha memenuhi kebutuhan orang-orang yang tidak mampu, dan membantu orang –orang yang ditimpa musibah.”

Pernyataan Siti Khadijah ra di atas mengandung beberapa pelajaran :

1. Menunjukkan ketegaran Khodijah di dalam menghadapi suatu masalah , hal ini dikarenakan keyakinannya kepada Allah yang begitu kuat. Allah berfirman :

<< وَجَعَلْنَا مِنْهُمْ أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُونَ >>

“ Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar. Dan adalah mereka meyakini ayat-ayat Kami ” ( QS As Sajdah : 24 ) .

1. Menunjukkan bahwa Siti Khadijah telah mampu memahami dengan baik ilmu-ilmu kemasyarakat dan ” sunnatullah ” di dalam kehidupan manusia ini. Yaitu bahwa siapa saja yang berbuat baik, walaupun sekecil apapun, niscaya dia akan melihatnya cepat atau lambat.

Nilai- nilai semacam ini sebenarnya merupakan bagian dari Aqidah Islam yang harus diyakini oleh setiap muslim. Sangat banyak ayat- ayat Al Qur’an dan hadist- hadits nabi yang menunjukkan kaedah ini. Diantaranya :

<< فمن يعمل مثقال ذرة خيرا يره ، ومن يعمل مثقال ذرة شرا يره >>

Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.

Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula.

<< والله في عون العبد ما كان العبد في عون أخيه >>

“Allah akan senantiasa menolong hambanya,selama hamba tersebut menolong saudaranya . ”

1. Menunjukkan bahwa Siti Khadijah telah memahami bahwa orang- orang yang lemah merupakan sumber kekuatan bagi orang- orang yang beriman.

Di dalam hadist di sebutkan :

<< إنما تنصرون وترزقون بضعفائكم >>

” Sesungguhnya kalian akan mendapatkan pertolongan dan limpahan rizqi dari orang- orang yang lemah . ” ( HR Bukhari

4// . Keimanan ini mempunyai landasan ilmu yang kuat .

Keimanan yang tidak mempunyai landasan ilmu yang kuat, otomatis akan mudah goyang dan mudah terpengaruh dengan orang lain.

Dalam suatu riwayat disebutkan, ketika Rosulullah saw masih dalam keadaan cemas ketika melihat malaikat., beliau ( Siti Khadijah as ) menghiburnya dengan kata-kata yang mengandung keilmuan yang mendalam :

أدخل رأسك تحت درعي … أبشر هذه ملك ، إذ لو كان شيطانا لما استحيا

” Masukkan kepala anda ke dalam baju-ku, …. Ini adalah kabar gembira, Karena yang anda lihat adalah malaikat, jika ia syetan tentunya ia tidak malu.”

Tidak sampai di situ saja, ilmu syareah tadi didukung dengan ilmu-ilmu yang lainnya, seperti ilmu sosiologi dan antropologi, atau ilmu –ilmu kemasyarakatan sebagaimana yang terungkap di dalam cerita di atas.

Diantara dalil- dalil yang menyebutkan bahwa keimanan harus berdasarkan atas ilmu adalah firman Allah swt :

<< فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ >>

” Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Ilah (sesembahan, tuhan) selain Allah ” ( QS Muhammad : 19 )

Beberapa peristiwa di bawah ini menunjukkan bahwa Khodijah as merupakan sosok yang selalu memperhatikan ilmu dan terus mencarinya sehingga ditemukan kebenaran:

1. Menanyakan tafsir mimpinya kepada ulama pada zamannya , Waraqah bin Naufal , yaitu ketika dia melihat matahari masuk ke rumahnya dan menyinar rumah- rumah sekitarnya juga .

2. Mencari orang yang amanat untuk mengurusi dagangannya

3. Menikah dengan orang yang amanat dan berakhlaq mulia.

4. Membawa Nabi Muhammada saw kepada Waraqah untuk dimintai pendapatnya tentang pertemuannya dengan Jibril di gua Hira.

Kedua : Menginfakkan hartanya untuk sebuah perjuangan.

<< وواستني بمالها إذ حرمنى الناس >>

Sebab kedua yang mengantarkan Siti Khadijah sebagai penghuni syurga adalah keikhlasannya di dalam menginfakkan hartanya di jalan Allah demi tegak dan tersebarnya Dinul Islam. Banyak contoh serupa yang menguatkan pernyataan di atas, bahwa infak di jalan Allah adalah satu jalan yang mengantarkan seseorang untuk masuk syurga. Ini terlihat dengan jelas pada diri sahabat agung, khalifah ketiga, Ustman bin Affan yang menginfakkan sebagian besar hartanya untuk biaya perang fi sabilillah .

Dalam hal ini Rosulullah saw bersabda :

<< لا يضرك بعد اليوم يا عثمان >>

” Wahai Utsman, ( berbuatlah sesuka hatimu ) setelah ini, karena semua amalanmu yang kamu berbuat tidak akan bisa menghalangimu masuk syurga ”

Allah berfirman :

<< إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُوْلَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ >>

” Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. ” ( QS Al Hujurat : 15 )

Ketiga : Membuat ridha suami .

<< ورزقني الله منها الولد دون غيرها من النساء >>

Dalam hal ini , beliau mampu memberikan hak, perhatian , kecintaan, dan keturunan bagi suaminya . ( Zaenab, Ruqiyah, Umm Kaltsum, Fatimah, Qasim, Toyib, Thohir )

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Khadijah as tidak pernah bersuara di atas suara suaminya. Yang jelas, khadijah telah mengetahui kadar keagungan suaminya dan memberikan yang terbaik untuk keagungannya.

<< نسائكم من أهل الجنة العنود على زوجها التى إذا غضب جاء ت حتى تضع يدها فى يد زوجها و تقول : لا أذوق غمضا حتى ترضى >>

” Wanita- wanita kalian yang merupakan penghuni syurga adalah yang perhatian kepada suaminya , jika ia mendapatkan suaminya sedang marah, segera ia mendatanginya , dan meletakkan tangannya di di dalam tangan suaminya, sambil mengatakan : “ Saya tidak akan bisa tenang sehingga anda ridha “

Memberikan keturunan dan mendidik mereka dengan baik ( kaderisasi ) , merupakan sumber amal sholeh yang memasukkan kita ke syurga juga.

Dalam suatu hadits disebutkan :

“ Barang siapa yang merawat dua anak perempuan sehingga mereka baligh, maka ketika ia datang pada hari kiamat, saya dan dia kedudukannya seperti ini “- seraya menempelkan jari telunjuk dan jari tengahnya – ( HR Muslim )



Oleh: Dr. Zain An Najah

Meraih Hikmah dari Setiap Kejadian


   
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar


Di mana pun dan kapan pun, kita harus selalu mengingat Allah. Sehingga apapun yang terjadi, kita tetap berada dalam "lingkaran-Nya". Semoga Allah menjadikan kita orang-orang yang mampu mengambil hikmah dari setiap peristiwa. Dan, semoga pula kita selalu siap menghadapi apa pun yang akan terjadi.

Saudaraku, orang yang beruntung adalah orang yang selalu bergerak dan selalu berusaha untuk lebih baik. Saya ingin mengingatkan kembali sebuah hadis dari Rasulullah SAW tentang waktu. Kalau hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita beruntung. Tapi kalau hari ini sama dengan kemarin, kita rugi. Kenapa? Masalah yang kita hadapi bergerak terus setiap hari. Kalau kualitas amal kita sama, berarti kita sudah kalah kemampuan. Apalagi kalau hari ini lebih jelek dari hari kemarin, pasti celaka. Yang namanya urusan, masalah, atau persoalan akan terus bergerak dan tidak bisa dihentikan. Pilihan kita hanya satu, yaitu bergerak lebih cepat dari masalah yang akan kita hadapi.

Karena itu, kita jangan takut dengan masalah yang akan menghadang. Yang harus kita takuti adalah kurangnya percepatan kita dalam menghadapinya. Ada sebuah perumpamaan tentang ujian di sekolah. Kenapa soal ujiannya sama, tapi hasilnya berbeda? Ada yang lulus, tapi ada pula yang gagal. Ada lulus pas-pasan, ada pula yang lulus dengan memuaskan. Yang membedakannya adalah kemampuan setiap peserta ujian dalam menyelesaikan soal. Yang akan menikmati ujian adalah yang jadwal belajar dan berlatihnya lebih banyak. Akibatnya menjelang ujian lebih senang, ketika ujian ia menikmati, dan setelah ujian ia dipuji. Beda dengan yang jarrang belajar dan jarang berlatih, sebelum ujian tegang, ketika ujian bingung, dan setelah ujian terpermalukan.

Ujian apa pun yang menimpa, kalau kita memiliki kesiapan ilmu dan mental, insya Allah ujian itu hanya akan mendatangkan nilai tambah dan kemuliaan diri.

Allah adalah Dzat Yang Maha Memberi Derita dan Allah pun Maha Memberi Manfaat. Dalam sebuah keterangan diungkapkan, "Jika Allah menyentuhkan (bukan menimpakan) mudharat, maka tidak ada satu pun yang bisa menolaknya; dan jika Allah memberikan satu kebaikan, maka tidak ada yang bisa menghalanginya, kecuali Dia sendiri".

Saudaraku, kita harus sadar bahwa tidak ada satu pun kejadian yang luput dari genggaman Allah SWT. Semuanya, total terjadi karena izin Allah SWT. Setiap kejadian, entah baik atu buruk, terjadi karena izin Allah. Karenanya, kita jangan sekadar mencari izin Allah, tapi kita harus mencari ridha Allah.

Begitupun dengan jatuhnya pesawat Lion Air di Solo pada 30 November 2004 lalu. Peristiwa itu terjadi karena izin Allah. Allah sudah mengatur settingannya; cuaca buruk, hujan lebat, siapa yang duduk di depan, siapa pula yang duduk dibelakang, siapa yang akan selamat, siapa pula yang akan meninggal.

Semuanya ada dalam skenario Allah SWT, dan tidak akan tertukar. Ada kasus yang tiketnya tertinggal, dia kecewa. Sebabnya Allah belum menghendaki ia meninggal. Ada pula yang waiting list, ia gembira mendapatkan tiket. Padahal saat mendarat itulah dia akan meninggal. Semuanya ada dalam genggaman Allah. "Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukan(nya)" (QS Yunus: 49).

Apa hikmahnya bagi kita? Kala kita melihat musibah tersebut, maka keyakinan yang penuh kepada Allah harus kita dapatkan. Jangan sampai, ketika membahas musibah, kita hanya bisa menyalahkan, mencari sebab, tanpa melihat hikmah yang terjadi di belakangnya. Itu bab lain, tapi bab keyakinan kepada Allah mutlak harus kita dapatkan. Jangan biarkan setiap kejadian lolos begitu saja. Kita harus menjadikan setiap kejadian bernilai tambah.

Hikmah lainnya, di manapun dan kapan pun, kita harus selalu mengingat Allah. Sehingga apapun yang terjadi, kita tetap berada dalam "lingkaran" Allah. Tatkala kita naik pesawat misalnya, jadikan ia sebagai ladang ibadah, dengan selalu berzikir, bertafakur, dan sepenuhnya berlindung kepada Allah. Wallahu a'lam bish-shawab.

Bila Diri Sempit Hati (Resep buat Galau'ers)


Oleh : KH Abdullah Gymnastiar


"Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan; kalau yang kita miliki itu kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata mulia. "Sahabat, alangkah menderitanya orang-orang yang sempit hati. Hari-harinya menjadi tidak nyaman, pikirannya menjadi keruh, dan penuh rencana buruk. Waktu demi waktu yang dilaluinya sering kali diisi kondisi hati yang mendidih, bergolak, penuh ketidaksukaan, terkadang kebencian, bahkan dendam kesumat.

Dia pun akan mudah tersinggung, dan kalau sudah tersinggung seakan-akan tidak ada kata maaf. Hatinya baru terpuaskan dengan melihat orang yang menyinggungnya menderita, sengsara, atau tidak berdaya. Karena itu, tak heran bila menjelang tidur, otaknya berpikir keras menyusun rencana bagaimana memuntahkan kebencian dan rasa dendam yang ada di lubuk hatinya agar habis tandas terpuaskan pada orang yang dibencinya.

Ingatlah bahwa hidup di dunia ini hanya satu kali. Hanya sebentar, belum tentu panjang umur. Amat rugi kalau kita tidak bisa menjaga suasana hati. Saudaraku, kekayaan yang sangat mahal dalam hidup ini adalah suasana hati. Walau rumah kita sempit, tapi hati kita lapang, maka akan terasa lapang pula hidup kita. Walau tubuh kita sakit, tapi kalau hati kita sehat, maka hidup akan lebih tenang. Walau badan kita lemas, tapi kalau hati tegar, maka jiwa kita insya Allah akan terasa lebih mantap.

Lalu, bagaimana caranya agar kita berhati lapang dan mampu mengatasi perasaan-perasaan yang sempit itu? Pertama, kita harus mengondisikan hati agar selalu siap untuk dikecewakan. Hidup ini tidak akan selamanya sesuai dengan keinginan. Artinya, kita harus siap dengan situasi dan kondisi apapun. Kita jangan hanya siap dengan kondisi enak saja. Kita harus siap dengan kondisi yang paling pahit dan sulit sekalipun. Benarlah bila pepatah mengatakan: 'Sedia payung sebelum hujan'. Artinya, hujan atau tidak hujan kita harus selalu siap.

Kedua, kalau toh ada yang mengecewakan, maka jangan terlalu dipikirkan. Mengapa? Kita akan rugi oleh pikiran kita sendiri. Sudah lupakan saja, karena yang memberi dan membagikan rezeki hanyalah Allah semata; juga yang mengangkat derajat dan menghinakan manusia juga hanya Allah. Apa perlunya kita pusing dengan omongan orang? Apalagi kalau kita tidak salah dan berada di jalan yang benar. Biar pun orang tersebut kelelahan menghina kita, sungguh tidak akan berkurang sedikit pun pemberian Allah kepada kita. Kita tidak akan hina dengan cemoohan orang. Kita hanya akan hina dengan perilaku kita sendiri.

Rasulullah SAW dihina, tetapi ia tetap cemerlang bagaikan intan berlian, sedangkan yang menghinanya, Abu Jahal, sengsara. Demikian juga Salman Rusdhie yang terus dilanda ketakuan dan tak bisa ke mana-mana. Siapa yang menabur angin, maka ia akan menuai badai. Ada kisah menarik. Suatu ketika Nabi Isa AS dihina, tapi ia tetap tersenyum, tenang, dan mantap. Tidak sedikit pun beliau menjawab dengan kata-kata kotor dan tajam seperti dilontarkan orang yang menghina tersebut.

Saat ditanya oleh sahabatnya, "Wahai Nabi, kenapa engkau tidak menjawab dengan kata-kata yang sama ketika engkau dihina, malah engkau membalasnya dengan kebaikan?" Nabi Isa AS menjawab, "Setiap orang akan menafkahkan apa yang dimilikinya. Kalau kita memiliki keburukan, maka yang kita nafkahkan adalah keburukan; kalau yang kita miliki itu kemuliaan, maka yang kita nafkahkan juga kata-kata mulia".

Sungguh seseorang akan menafkahkan apa-apa yang dimilikinya. Suatu ketika seorang saleh bernama Ahnaf bin Qais dimaki-maki seseorang menjelang masuk ke kampungnya dengan kata-kata: "Hai kamu bodoh, gila, kurang ajar". Namun, Ahnaf bin Qais malah menjawab, "Sudahkah? Apakah masih ada hal lain yang akan disampaikan? Sebentar lagi saya masuk ke kampung. Kalau nanti didengar orang-orang sekampung, mungkin nanti mereka akan mengeroyokmu. Ayo, kalau masih ada yang disampikan, sampaikanlah sekarang!"

Saudaraku percayalah, semakin mudah kita tersinggung, apalagi hanya karena hal-hal sepele, maka akan semakin sengsara pula hidup ini. Apakah kita akan memilih hidup sengsara? Tentu tidak bukan? Justru kita harus menjadikan orang-orang yang menyakiti kita sebagai ladang amal. Bagaimana bisa begitu? Kalau kita tidak ada yang menghina atau menyakiti, kapan kita mau memaafkan? Yang pasti, semakin kita berjiwa pemaaf, maka hati kita akan semakin lapang; semakin bisa memahami orang lain; dan hidup kita akan semakin aman dan tentram. Wallahu a'lam bish-shawab.

Untukmu Teman

..................


Disini kita pernah bertemu mencari  warna seindah pelangi.
Ketika kau mengulurkan tanganmu membawaku kedaerah yang baru dan hidupku kini ceria
Kini dengarkanlah !
Rindangan lagu ingatanku kepadamu teman agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu
 Kenangan bersamamu tak kan kulupa walau badai datang melanda walau badai bercerai jasad dan nyawa….

Mengapa kita ditemukan dan  akhirnya kita dipisahkan.
Mungkinkah menguji kesetiaan.. kejujuran.. kemanisan iman
Tuhan beri kehendak kekuatan..
Kini dengarkanlah !
Rindangan lagu tanda ingatanku kepadamu teman agar ikatan ukhuwah kan bersimpul padu
Mungkinkah kita terlupa Tuhan ada janji-Nya.
Bertemu berpisah kita ada Rahmat kasih-Nya
Andai ini ujian terangilah kamar kesabaran
Pergilah gulita hadirlah cahaya…..

Lirik_brother
Khususon..untukmu..dia..kita …kalian....  @setetes kerinduan…

Memaknai Cinta

SilaturRahiim...dalam ikatan Cinta

Malam ini kaki rasanya enggan melangkah..berjubel tugas kuliah menuntut untuk segera diselesaikan. Hati pun sedang sibuk dengan kesepiannya. ingin sendiri,ingin sejenak merenungi. Merenungi hati yang lelah mengejar cinta...

Akan tetapi..senyum-senyum mereka hadir silih berganti menggerakkan semangatku untuk hadir ditengah-tengah mereka ba'da magrib. Handphone sudah berdering dua kali..aku biarkan. Ka Hali ternyata..untuk yang ketiga kalinya aku jawab.

"Assalamu'alaikum.."
Wa'alaikumsalaam..afwan ka bru dijawab."
"ya ga apa-apa. ba'da magrib bisa dateng kan?" tanya ka Hali memastikan.
"insya ALLAH ka.." balasku masih dengan ragu.
"sekalian kita jenguk alfi, kata temen-temennya alfi kena DBD"
spontan aku terperanjak...dari kelesuanku mendengar kabar itu.
"Masya ALLAH..iya ka..tunggu ana ya!!" ku sudahi percakapan. aku siap-siap untuk bergegas ke masjid yang lumayan jauh dari tempat kosku.

Sampai dimasjid..
Anak-anak penuh semangat itu menyambutku dengan senyum ceria ala mereka.
" ka kirain ga dateng?"tanya rina sambil menyalamiku.
"ni kaka dateng kan.?!" sahutku sambil senyum.

"Assalamu'alaikum..afwan ka nunggu lama.." Sapaku pada ka Hali. merasa bersalah..
"Wa'alaikumsalaam..Laa ba'sa ukhty" Balasnya dengan senyum yang menghangatkan.

Setelah satu persatu acara kami selesaikan...kami sepakat untuk berkunjung kerumah Alfi yang saat itu sedang berbaring dirumahnya kerena sakit.

Terlihat jelas kebahagian yang terlukis di wajah Alfi ketika ia melihat kami dan teman-temannya datang untuk mengunjunginya.
Rupanya Alfi sudah hampir satu minggu tidak masuk sekolah karena sakit. Sedangkan senin besok dia harus mengikuti ujian. Masya ALLAH alfi....semoga ALLAH mengangkat penyakitmu,bisa sehat kembali seperti teman-temanmu. Kami bersama-sama mendoakan kesembuhan untuk sahabat kecil kami itu.
suasana di rumah Alfi benar-benar...membuatku merasa menyesal. kenapa aku hanya memikirkan diriku.
Ada sahabat kecilku yang sedang terkulai lemah...tapi aku sibuk dengan kesibukan hatiku.
ya Rabb...

***
Kami kembali ke masjid untuk melaksanakan sholat isya berjama'ah, kebetulan dimasjid itu akan diadakan Tabliq Akbar.

Setengah jam berlalu...masjid sudah penuh dengan jama'ah yang akan mengikuti acara tabliq akbar. dari mulai anak-anak, muda-mudi dan para orangtua...
Subhanallah..

Kulihat teman-temanku duduk dengan rapih, ka Hali memandang kearahku dengan senyum.
Kubalas senyumnya penuh rasa syukur.
Bersyukur karena saat ini aku berada ditengah-tengah mereka...dalam naungan Rahmat dan Hidayah-NYA.
Saat itu aku merasakan kebahagiaan bertabur disekelilingku...Alhamdulillah.

Acara dimulai..wajah-wajah para jama'ah menyimak dengan khusyuk setiap materi yang disampaikan sang pembicara.
Ustadz Jamaluddin. Dia membawakan tema SILATURRAHIIM dalam taujihnya kali ini.
Subhanallah...
Kalimat yang paling menyentuh kalbu..ketika Ustadz Jamaluddin bertanya pada jama'ah
"Jika keluarga,sahabat, tetangga dan teman adalah Rahmat bagimu, apakah kau sudah menjadi Rahmat bagi mereka?Berapa kali kita sudah membuat mereka tersenyum?berapa kali kita sudah membuat mereka bahagia?ataukah kita lebih sering membuat mereka sedih dengan sikap dan perbuatan kita?tanyakanlah pada dirimu."
suasana hening sejenak.

Lalu ..Sang ustadz..membacakan sebuah hadist..

"Tidak halal bagi seorang muslim menjauhi (memutuskan hubungan) dengan saudaranya melebihi tiga malam. Hendaklah mereka bertemu untuk berdialog mengemukakan isi hati dan yang terbaik ialah yang pertama memberi salam (menyapa)." (HR. Bukhari)

Yuk menjadi orang yang memulai..memulai memberi salam..memulai memaafkan..memulai menyambung silaturrahmi yang mungkin pernah putus...yang memulai mendekatkan hati yang jauh..dalam Rahiim-Nya...
Husnudzon karena ALLAH. :)

Berkali-kali kuucap Asma-Nya..begitu indah Ukhuwah itu ya Rabb...ketika kita mampu menyambung Rahiim...Rahmat...dalam keredhoan-MU. menebarkan cinta kepada sesamamu..sungguh indah. Jagalah cinta yang telah terpatri karena Rahiim-Mu ya Rabb...

Sedang merenungku dalam diam,tiba-tiba terdengar bisikan ka Hali ditelinga,
"Shal..anak-anak suruh rangkum materi aja yah?buat bahasan kita besok. biar mereka juga ga cuma nyimak untuk malam ini saja,semoga bisa tertanam juga dalam keseharian mereka."
"setuju banget ka.."

Ka hali memberikan intruksi, meminta teman-teman kecil itu untuk merangkum materi yang dibawakan oleh ustadz jamaluddin. mereka menyambut dengan antusias..
" Siip ka.."ujar rini..salah satu teman kecil kami.
mereka  khusyuk dengan menyimak sekaligus mencatat beberapa bagian dari isi taujih Ustadz Jamaluddin.

21:05 WIB
Acara selesai...disudahi dengan Hamdallah.
satu persatu jama'ah meninggalkan masjid.
Tapi aku dan ka hali masih bersama teman-teman kecil kami.

"Rangkumannya...disimpen yah.besok kita bahas lagi." Ka hali memberi pesan terakhir pada teman-teman kecil itu sebelum kembali kerumah masing-masing.
"oke ka.." sahut evi
"sip.indah udah kelar nih" indah tak mw ketinggalan.
"ka..besok dibawa lagi kan?" tanya rini..
"iya sayang..besok dibawa ya semuanya" balas ka hali dengan lembut diiringi senyum khasnya.

Ditengah celoteh mereka..
" Ka..masa tiara ga ngerangkum,dia malah nulis ini"tiba2 rini melapor sambil menyerahkan selembar sobekan karton kecil berisi tulisan tiara.
" Tulis apaan rin?" tanyaku sambil meraih sobekan itu dari tangan rini.
kubaca satu persatu bait yang terangkai..tulisan yang mungkin sulit untuk dibaca, karena  titik dan koma yang diletakkan tidak begitu jelas dalam tulisan itu. tapi..begitu dalam makna yang terkandung dalam bait-bait kalimatnya. Sebuah Doa penuh Cinta.
Lewat ukiran-ukiran tangan mungil tiara..aku menemukan cinta dan kasih. Setetes embun membasahi tebing hatiku..
"Apa yang ditulis tiara shal?" tanya ka hali. mungkin karena melihat ekspresi wajahku.
tanpa kata-kata kuserahkan sobekan karton itu.

Ka hali membaca tanpa suara..kudapat merasakan senandung hatinya saat ini menggema bahagia setelah membaca tulisan dari tangan polos tiara.
 "Subhanallah.."lirih ka hali sambil menatap kearah tiara.
Tiara hanya diam dengan wajah lugunya.. :)
Kami peluk teman kecil kami itu satu persatu.
TERIMA KASIH.TEMAN-TEMAN .ini yang dapat mewakili bahasa hati ku dan ka hali..

Sobekan karton (Doa cinta dari tiara )

seorang guru ngaji aku akan mengaji setiap hari. guru yang mengajar anak ngaji.seorang guru ngaji aku akan mendoakan guru yang aku hormati. hai seorang guru aku akan mendoakanmu semoga banyak ilmu, guru ngaji yang kusayangi. seorang murid kita harus duduk yang manis.kalo anak murid ngaji kita harus rajin mengaji  .seorang guru ngaji aku doakan semoga banyak umur dan seorang murid kita harus sopan kepada guruku yang kusayang dan kuhormati. kepada guruku yang kusayang dan yang kubanggakan. guru yang sangat cantik yaitu ka hali dan ka shal. kudoakan semoga banyak ilmu dan kecantikan.

Malam itu kupahami sederet makna dari CINTA..
Bahwa cinta tak hanya dirasakan oleh dua hati yang sedang mencinta. Tapi cinta itu dapat tumbuh pada hati yang menebar cinta..
Cinta itu bukan hanya pengungkapan..tapi nyata dalam kehidupan.
Ia selalu menebar bahagia...bukan gundah karenanya, ia suci..jangan dinodai dengan kata "cinta itu buta".
Cinta...Anugrah..titipan-Nya. Indah jika kita mampu memupuk cinta itu dalam taman syari'at-Nya.
Cinta yang terbagi takkan pernah berkurang justru akan menyemai cinta diantara taman cinta yang lain.
Cinta...sebuah pengikat nyata dalam kehidupan. Ia lahir dari hati yang bersih...Ia mempunya makna kesucian diantara jiwa-jiwa yang menebar cinta. cinta karena-NYA.
Cinta karena-NYA...bukan hanya sekedar deretan kata..tapi...Cinta karena-Nya adalah makna bahwa kita ridho dan ikhlas akan semua ketetapan-Nya.

Warnai hidup dengan CINTA, tanamkan maknanya dalam kehidupan kita....

(Kini kusadar....bukan aku kekurangan cinta tapi aku sedikit sekali menyadari bahwa cinta itu melimpah disekelilingku...
Terlalu sempit hatiku dalam memaknai cinta....sehingga aku merasa kelelahan mengejarnya, yang tadinya kupikir cinta itu hanya diantara dua hati.Subhanallah...ternyata Cinta itu ada disemua hati yang mengenal cinta)

Jazaakumullah khairan katsiir....untuk jiwa-jiwa yang telah menghadiahkan setaman cinta untukku. :)



Memandang Takdir



Kita boleh berencana dan berharap tentang apa yang akan kita miliki, kita rasakan dan kita raih dalam hidup ini. Harapan dan rencana yang indah, menyenangkan bahkan muluk. Tak apa, itu memang hak kita.

Satu hal yang harus diingat dalam merenda harapan adalah bahwa harapan itu bisa saja terwujud dan adakalanya pula pupus tak berbekas. Ingat pula, bahwa sesungguhnya Dia lah Allah yang menentukan segalanya. Manusia berencana, berusaha dan berharap, Allah lah yang menjatuhkan takdir.

Perkara takdir memang hak mutlak Sang Pencipta. Tugas kita cuma bagaimana menyikapi takdir dengan sebenar-benar sikap, selurus-lurus perilaku. Apapun yang menimpa kita: baik atau buruk, sesuatu yang menyenangkan atau menyedihkan.

Benarkah ada takdir buruk dan takdir baik? Sebenarnya ini cuma sudut pandang. Apa yang di mata kita buruk, misalnya harapan yang tidak tercapai, sebenarnya adalah sesuatu yang baik jika disikapi dengan benar. Dan sebaliknya, sesuatu yang dalam pandangan kita baik, bisa jadi sebenarnya mengandung hal-hal yang membahayakan buat diri.

Ada kisah seorang ibu yang merasa kecewa saat anaknya yang selama ini bertabur prestasi, ternyata tidak lulus UMPTN. Kuliah swasta? ia bukan dari kalangan berduit. Harapan memiliki seorang anak bertitel dokter kandas sudah. Sang anak pun sebenarnya mengalami kekecewaan serupa, namun mencoba tetap bersabar.

Di tengah situasi sulit, ada tawaran menjadi pengajar Taman Kanak-Kanak (sesuatu yang sebelumnya tidak pernah diharapkan). Karier sebagai guru TK dijalaninya dengan ulet hingga ia benar-benar menjiwai perkerjaan tersebut. Di sela waktu mengajar, ia mengambil pendidikan keguruan. Dasar anaknya cerdas dan tekun, makin lama ia makin eksis di dunianya. Kini, ia menjadi salah satu pengajar favorit yang berpengalaman di sebuah TK ternama. Ia masih ingat dengan cita-cita dan harapan "menjadi dokter" tapi ia lebih berbahagia dengan keadaannya sekarang.

Mengapa ia bisa "nyeni" menyikapi takdir? Kuncinya terletak pada kemampuan menyikapi takdir. Pertama, dengan kesabaran yaitu keluasan hati untuk 'ridho' menerima realita takdir. Allah apa adanya, tanpa prasangka, tanpa keluh kesah (wong memang Ia yang punya kuasa, kok). Kedua, dengan kemampuan memetik hikmah di balik takdir. Inilah yang diatas disebut sebagai 'masalah sudut pandang'. Pandanglah takdir dengan meminjam kacamataNya, niscaya kita akan mendapati hikmah bertaburan di baliknya. Bukankah Allah tak pernah mendzalimi hambaNya, membebaninya dengan sesuatu yang tak sanggup dipikulnya?

"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. ALLAH Mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui," KAta Allah dalam Al Baqoroh ayat 216.

Sayangnya, banyak manusia yang tak memiliki kemampuan ini. Sedikit sekali manusia yang bisa bersabar, bisa ridho, dengan apapun takdir yang menimpanya, sedikit pula manusia yang mampu membaca takdir dengan kacamataNya. Maka kita pun sering mendengar cerita tentang orang-orang yang frustasi, depresi bahkan sakit jiwa manakala menghadapi takdir yang dianggapnya buruk, semisal harapan dan cita-cita yang kandas.

YA ALLAH, hanya kepadaMu kami menggantungkan harapan, berharap-harap agar harapan itu terkabulkan. NAmun YA ALLAH, berilah kami kekuatan jiwa manakala Engkau ingin menguji kami dengan harapan yang belum Kau kabulkan....




Dwi Septiawati Djafar
sumber : milis daarut tauhid at yahoo dot com

Fitnah Itu Bernama Teroris


eramuslim - Pada akhir bulan Jumadil Akhir 1424 tahun yang lalu, tersebutlah seorang sahabat bernama Abdullah bin Jahsy Asady.

Bersama dengan dua belas sahabat dari kalangan muhajirin berangkatlah ia menjalankan sebuah operasi intelejen rahasia, ikut dalam rombongan tersebut Sa'ad bin Abi Waqqash dan 'Utbah bin Ghazwan.

Beliau dititipi sepucuk surat oleh Rasulullah SAW, dengan amanah, baru boleh dibuka, untuk dibaca, dan ditaati serta dilaksanakan sekiranya mereka telah berjalan selama dua hari penuh.

Ketika saat itu tiba, sang komandan perjalanan Abdullah bin Jahsy pun membuka isi surat tersebut, yang ternyata berisi sebuah perintah:

"Berangkatlah menuju Nikhlah, antara Mekkah dan Tha'if. Intailah keadaan orang orang Quraisy di sana dan laporkan kepada kami keadaan mereka"

Selepas membaca surat ini Abdullah bin Jahsy berucap, "Kutaati perintah ini!"

Kemudian diceritakanlah isi surat Rasulullah tersebut kepada para sahabatnya yang lain seraya berkata, "Rasul Allah telah melarang aku memaksa seorang pun dari kalian. Siapa yang ingin mati sebagai pahlawan syahid, marilah berjalan terus bersama aku, dan siapa yang tidak menyukai hal tersebut hendaklah dia pulang...!"

Seruan ini disikapi para sahabat dengan sambutan untuk terus melanjutkan ekspedisi hingga tuntas. Hingga terjadilah sebuah peristiwa, unta yang dikendarai secara bergantian oleh Sa'ad dan Utbah hilang, menyebabkan keduanya tertinggal oleh rombongan.

Tiba di Nikhlah berpapasanlah rombongan Abdullah bin Jahsy dengan kafilah Quraisy yang dipimpin oleh Amr bin Al Hadharamy. Pertempuran pun tak terhindari, Amr tewas sedangkan dua orang dari mereka berhasil tertawan. Dengan membawa tawanan dan rampasan kafilah, kembali Abdullah bin Jahsy menuju Madinah.

Tanpa disadari oleh para sahabat ternyata peristiwa peperangan tersebut terjadi sesudah masuk bulan Rajab, di mana pada bulan tersebut tidak boleh terjadi peristiwa permusuhan, pembunuhan dan peperangan.

Tanpa dikomando segeralah berita tentang insiden di Nikhlah memenuhsesakkan wacana obrolan dan pembicaraan masyarakat Madinah, corong-corong Yahudi, satelit-satelit Quraisy dan para munafik Madinah sibuk memelintir dan mencemooh nama-nama sahabat yang tersangkut insiden Nikhlah tersebut.

Tidak cukup pada sahabat yangg tekena langsung dampak skandal tersebut, hingga Rasulullah pun namanya ikut diseret ke dalam kasus Nikhlah, nama beliau dicap dengan berbagai macam istilah dan slogan, serta digeneralisasi bahwa umat islam tidak memiliki etika pada bulan haram.

"Muhammad telah menghalalkan bulan haram, padahal bulan itu orang penakut saja merasa aman dan semua orang bisa bekerja dengan tenang".

Luar biasa fitnah dan sesaknya kondisi pada saat itu, hingga Rasulullah sendiri menolak kedatangan rombongan Abdullah bin Jahsy beserta ghanimah dan tawanan yang dibawa dari Nikhlah, dan menegur mereka, "Aku tidak memerintahkan kalian berperang dalam bulan haram".

Hingga fitnah dan wacana yang memojokkan sebagian sahabat pada saat itu diklarifikasi Allah SWT dengan menurunkan ayat 217 surat Al Baqarah:

"Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram. Katakanlah, 'Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar'."


"Tetapi menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kafir kepada Allah, (menghalangi masuk) Masjidil Haram dan mengusir penduduknya dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) di sisi Allah."


"Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh."


"Mereka tidak henti-hentinya memerangi kamu sampai mereka (dapat) mengembalikan kamu dari agamamu (kepada kekafiran), seandainya mereka sanggup."


"Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya."

Walau telah diklarifikasi Allah hingga hari ini pun fitnah-fitnah tersebut tak pernah berhenti mengalir dari corong-corong kebathilan, berbagai macam cap dan istilah mereka berikan kepada orang-orang yang menjalankan keyakinan beragama-Nya.

Kalau dulu mereka mencap Inlaender Extrimist kepada ulama salih pertiwi yang berjuang dan senantiasa menggelorakan perlawanan jihad fi sabilillah untuk kemerdekan tanah air Indonesia, maka hari ini mereka pun tidak kunjung lelah memberikan gelar teroris bagi rakyat, anak-anak dan remaja-remaja Palestina yang terus istiqomah berjuang merebut kembali tanah suci Al-Aqhsa.

Jika dulu mereka menodai kemerdekaan bangsa Indonesia dengan agresi militer di bulan suci Ramadhan, maka hari ini mereka ulangi kembali tabiat jahat mereka, denga menginjak-nginjak kesucian rumah-rumah, dan tanah-tanah Allah di Iraq, juga pada bulan suci Ramadhan.

Tidak cukupkah kita umat Islam mengambil pelajaran dari klarifikasi Allah terhadap insiden Nikhlah?

Kini saatnya umat Islam harus bersatu padu membela kehormatan agamanya menarik garis besar untuk jelas membedakan mana yang haq dan mana yang bathil.

Dua bulan setelah Insiden Nikhlah, Allah SWT mentakdirkan sebuah klarifikasi tegas akan semua fitnah yang mewacana.

Hari itu adalah Al-Yaumul Furqon, dimana jelas di atas tanah Badar semua dipertaruhkan dan semua induk fitnah diklarifikasi, dan terjawab sudah klarifikasi fitnah tersebut hingga hari ini, mana sebenarnya golongan haq dan mana pihak yang mengusung kebathilan.

Fitnah hari ini adalah istilah teroris, maka katakan kepada umat Islam di seantero dunia: "Dan berbuat fitnah lebih besar (dosanya) daripada membunuh" (QS 2:217) dan lawanlah wacana-wacana dan makar-makar bathil mereka, hingga jelas siapa teroris sebenarnya!

Kita yang berjuang untuk kedaulatan dan kemerdekaan tauhid? Atau mereka yang (tabiatnya) senantiasa menjajah kita dalam beragama, mengusir kita dari tanah suci milik Allah dan kafir terhadap Allah ?

"Dan perangilah mereka, supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari kekafiran), maka sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang mereka kerjakan." (QS 8:39)




Abu Syahidah
syams@gmx.de

Menjadi Pribadi Yang Bijak


   
Oleh : KH Abdullah Gymnastiar


Bismillaahirrahmanirrahiim,

Satu ciri ketakwaan seseorang kepada Allah adalah sifat bijak dalam kehidupannya. Yaa Ayyuhan naasu innaa khalaqnaakum min dzakariw wa untsa wa ja'alnaakum syu'uubaw waqabaa-ila li ta'aarafuu inna akramakum'indallahi atqaakum innallaha 'aliimun khabiir (Qs.Al-Hujuraat ayat 13). "Hai sekalian manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti".

Ciri orang yang bertaqwa adalah dia merupakan orang yang bijaksana. Pertanyaan pertama ketika kita bercermin adalah apakan diri ini sudah bijak, jika jawabannya belum maka jadikanlah hal ini sebagai sebuah cita-cita.

Jika ada yang mengatakan rindu pemimpin yang bijak, jika kita mengatakan bahwa bangsa ini krisis keteladanan, maka jangan mencari teladan karena susah untuk ditemukan, untuk itu yang paling mudah adalah menjadikan kita sebagai tauladan paling tidak untuk keluarga, janganlah menuntut untuk mendapatkan presiden yang bijak karena akan susah untuk didapat, karena itu yang dapat kita lakukan adalah menuntut diri kita sendiri. Orang yang bijaksana itu merupakan suatu keindahan tersendiri, misalkan ketika menjadi seorang guru yang bijak biasanya sangat disukai oleh murid-muridnya. Seorang pemimpin yang bijak biasanya ia disegani oleh kawan maupun lawan, jika orang tua bijaksana maka akan dicintai oleh anak-anaknya.

Pada dasarnya kebijakan ini tidak susah untuk dimiliki. Ud'u illa sabiili rabbika bil hikmati wal mau 'izhatil hasanati, wa jaadilhum billatii hiya ahsanu inna rabbaka huwa'alamu bi man dhalla 'an sabilihii wa huwa a'lamu bil muhtadiin. Artinya: "Serulah kepada jalan (agama) Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara sebaik-baiknya, sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang sesat dari jalan-Nya dan Dia lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk".

Sumber kearifan dan kebijaksanaan dapat datang dari :
  1. Sikap hidupnya yang siddiq yaitu orang yang sangat menyukai kebenaran, sekuat tenaga hidupnya berusaha berbuat benar dan selalu ingin membuat orang menjadi benar, semangat didalam hati akan cinta terhadap kebenaran, istiqomah dalam kebenaran dan ingin orang juga memiliki sikap yang benar maka hal tersebutlah yang membuat orang menjadi bijaksana.

  2. Sikap hidup yang amanah, rasa tanggung jawab karena hidup yang hanya sekali dan ingin mempertanggung jawabkan hidup ini baik sebagai anak, ayah, orang tua, anggota masyarakat, sikap amanah ini timbul dari dalam jiwa kita.

  3. Sikap hidup Fathonah, berwawasan luas, berilmu luas jadi begitu banyak pilihan sikap yang merupakan buah dari kecerdasan.

  4. Sikap hidup yang Tabligh adalah dapat menyampaikan sesuatu dengan baik kebenaran. Sehingga menyebabkan mendapatkan sesuatu yang diinginkan tanpa merusak tatanan yang ada.
Bagaimana Cara Menjadi Orang Yang Bijak

  1. Tidak Emosional, hal itu berarti orang yang temperamental, mudah marah, meledak-ledak, gampang tersinggung, sulit menjadi bijaksana dan hanya dapat menjadi bijak dengan pertolongan Allah dan kegigihan usaha untuk berubah, jadi orang yang bijak adalah orang yang terampil mengendalikan diri. Berhati-hatilah jika kita termasuk orang yang mudah marah maka jika bertindak biasanya cenderung tergesa-gesa. Orang-orang yang emosional tersinggung sedikit akan sibuk membela diri dan membalas menyerang, ini tidak bijaksana karena yang dicari adalah kemenangan pribadi bukan kebenaran itu sendiri.

  2. Tidak egois, orang yang egois jelas tidak akan dapat menjadi bijak, karena bijak itu pada dasarnya ingin kemaslahatan bersama, orang yang egois biasanya hanya menginginkan kebaikan untuk dirinya sendiri. Rasulullah selalu hidup dalam pengorbanan, begitu pula Indonesia dapat merdeka oleh orang-orang yang berjuang penuh pengorbanan. Orang yang bijak adalah orang yang mau berkorban untuk orang lain bukan mengorbankan orang lain untuk kepentingan dirinya sendiri.

  3. Suka cinta dan rindu pada nasihat, akan sangat bodoh jika kita masuk hutan tanpa bertanya kepada orang yang tahu mengenai hutan. Jika kita di beri nasihat seharusnya kita berterima kasih. Jika kita tersinggung karena di sebut bodoh maka seharusnya kita tersinggung jika disebut pintar karena itu tidak benar. Jika kita alergi terhadap kritik, saran, nasehat atau koreksi maka kita tidak akan bisa menjadi orang yang bijak. Jika seorang pemimpin alergi terhadap saran atau nasehat, bahkan memusuhi orang yang mengkritik, maka dia tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik.

  4. Memiliki kasih sayang terhadap sesama, Rasa sayang yang ada diharapkan tetap berpijak pada rambu-rambu yang ada seperti ketegasan. Diriwayatkan bahwa orang yang dinasehati oleh Rasulullah secara bijak berbalik menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya. Orang-orang yang bijak akan sayang terhadap sesama. Berbeda dengan orang-orang yang hidup penuh dengan kebencian, dimana kepuasan bathinnya adalah menghancurkan orang lain. Pemimpin sebaiknya memiliki kasih sayang yang berlimpah tidak hanya pada waktu kampanye saja. Kasih sayangnya juga tidak hanya untuk satu pihak atau kelompok melainkan merata untuk semua golongan.

  5. Selalu berupaya membangun, Orang yang bijak tidak hanyut oleh masa lalu yang membuat lumpuh tetapi selalu menatap ke depan untuk memperbaiki segalanya. Orang yang bijak akan membangkitkan semangat orang yang lemah, menerangi sesuatu yang gelap. Jika melihat orang yang berdosa, maka ia akan bersemangat untuk mengajak orang tersebut untuk bertaubat. Orang yang bijak ingin membuat orang maju dan sangat tidak menyukai kehancuran dan kelumpuhan kecuali bagi kebathilan. Semangat orang yang bijak adalah semangat untuk maju tidak hanya untuk dirinya tetapi juga bagi orang lain disekitarnya.
Jadi yang dibutuhkan pada seorang pemimpin bijak adalah pribadi yang tidak emosional, tidak egois, penuh kasih sayang, cinta akan nasihat dan memiliki semangat terus menerus untuk membangun dirinya, ummat serta bangsa ini, dia tidak akan peduli walaupun dibalik kebangkitan yang ada dia mungkin akan tenggelam. Pemimpin yang bijak tidak peduli akan popularitas dan tidak peduli dengan adanya pujian manusia karena kuncinya adalah ketulusan dan tidak mengharapkan apapun dari yang telah di lakukan, adalah tidak akan bisa bijak jika kita mengharapkan sesuatu dari apa yang kita lakukan. Kita hanya akan menikmati sikap bijak jika kita bisa memberikan sesuatu dari rizki kita, bukannya mengharapkan sesuatu dari yang kita kerjakan.

Alhamdulillaahirobbil’alamin.

----------------------------------------------------------------------------
Sumber: Buletin InfoDT Jakarta - No.13/Tahun IV/Agustus 2004
Rangkuman Pengajian Majelis Manajemen Qolbu, Masjid Istiqlal, Ahad 8 Agustus 2004. - Humas DT Jakarta -

Menjadi Apapun Dirimu


Bismillahirrahmanirrahiim.. 

Menjadi karang-lah, meski tidak mudah. Sebab ia ‘kan menahan sengat binar mentari yang garang. Sebab ia ‘kan kukuh halangi deru ombak yang kuat menerpa tanpa kenal lelah. Sebab ia ‘kan melawan bayu yang keras menghembus dan menerpa dengan dingin yang coba membekukan. Sebab ia ‘kan menahan hempas badai yang datang menggerus terus-menerus dan coba melemahkan keteguhannya. Sebab ia ‘kan kokohkan diri agar tak mudah hancur dan terbawa arus.Sebab ia ‘kan berdiri tegak berhari-hari, bertahun-tahun, berabad-abad, tanpa rasa jemu dan bosan.

Menjadi pohon-lah yang tinggi menjulang, meski itu tidak mudah. Sebab ia ‘kan tatap tegar bara mentari yang terus menyala setiap siangnya. Sebab ia ‘kan meliuk halangi angin yang bertiup kasar. Sebab ia ‘kan terus menjejak bumi hadapi gemuruh sang petir. Sebab ia ‘kan hujamkan akar yang kuat untuk menopang. Sebab ia ‘kan menahan gempita hujan yang coba merubuhkan. Sebab ia ‘kan senantiasa berikan bebuahan yang manis dan mengenyangkan. Sebab ia ‘kan berikan tempat bernaung bagi burung-burung yang singgah di dahannya. Sebab ia ‘kan berikan tempat berlindung dengan rindang daun-daunnya.

Menjadi paus-lah, meski itu tak mudah. Sebab dengan sedikit kecipaknya, ia akan menggetarkan ujung samudera. Sebab besar tubuhnya ‘kan menakutkan musuh yang coba mengganggu. Sebab sikap diamnya akan membuat tenang laut dan seisinya.

Menjadi elang-lah, dengan segala kejantanannya, meski itu juga tidak mudah. Sebab ia harus melayang tinggi menembus birunya langit. Sebab ia harus melanglang buana untuk mengenal medannya. Sebab ia harus melawan angin yang menerpa dari segala penjuru. Sebab ia harus mengangkasa jauh tanpa takut jatuh. Sebab ia harus kembali ke sarang dengan makanan di paruhnya. Sebab ia harus menukik tajam mencengkeram mangsa. Sebab ia harus menjelajah cakrawala dengan kepak sayap yang membentang gagah.

Menjadi melati-lah, meski tampak tak bermakna. Sebab ia ‘kan tebar harum wewangian tanpa meminta balasan. Sebab ia begitu putih, seolah tanpa cacat. Sebab ia tak takut hadapi angin dengan mungil tubuhnya. Sebab ia tak ragu hadapi hujan yang membuatnya basah. Sebab ia tak pernah iri melihat mawar yang merekah segar. Sebab ia tak pernah malu pada bunga matahari yang menjulang tinggi. Sebab ia tak pernah rendah diri pada anggrek yang anggun. Sebab ia tak pernah dengki pada tulip yang berwarna-warni. Sebab ia tak gentar layu karena pahami hakikat hidupnya.

Menjadi mutiara-lah, meski itu tak mudah. Sebab ia berada di dasar samudera yang dalam. Sebab ia begitu sulit dijangkau oleh tangan-tangan manusia. Sebab ia begitu berharga. Sebab ia begitu indah dipandang mata. Sebab ia tetap bersinar meski tenggelam di kubangan yang hitam.

Menjadi kupu-kupulah, meski itu tak mudah pula. Sebab ia harus melewati proses-proses sulit sebelum dirinya saat ini. Sebab ia lalui semedi panjang tanpa rasa bosan. Sebab ia bersembunyi dan menahan diri dari segala yang menyenangkan, hingga kemudian tiba saat untuk keluar.

Karang akan hadapi hujan, terik sinar mentari, badai, juga gelombang. Elang akan menembus lapis langit, mengangkasa jauh, melayang tinggi dan tak pernah lelah untuk terus mengembara dengan bentangan sayapnya. Paus akan menggetarkan samudera hanya dengan sedikit gerakan. Pohon akan hadapi petir, deras hujan, silau matahari, namun selalu berusaha menaungi. Melati ikhlas ‘tuk selalu menerima keadaannya, meski tak terhitung pula bunga-bunga lain dengan segala kecantikannya. Kupu-kupu berusaha bertahan, meski saat-saat diam adalah kejenuhan. Mutiara tak memudar kelam, meski pekat lingkungan mengepungnya di kiri-kanan, depan dan belakang.

Tapi karang menjadi kokoh dengan segala ujian. Elang menjadi tangguh, tak hiraukan lelah tatkala terbang melintasi bermilyar kilo bentang cakrawala. Paus menjadi kuat dengan besar tubuhnya dalam luas samudera. Pohon tetap menjadi naungan meski ia hadapi beribu gangguan. Melati menjadi bijak dengan dada yang lapang, dan justru terlihat indah dengan segala kesederhanaan. Mutiara tetap bersinar dimanapun ia terletak, dimanapun ia berada. Kupu-kupu hadapi cerah dunia meskipun lalui perjuangan panjang dalam kesendirian.

Menjadi apapun dirimu…, bersyukurlah selalu. Sebab kau yang paling tahu siapa dirimu. Sebab kau yakini kekuatanmu. Sebab kau sadari kelemahanmu.

Jadilah karang yang kokoh, elang yang perkasa, paus yang besar, pohon yang menjulang dengan akar menghujam, melati yang senantiasa mewangi, mutiara yang indah, kupu-kupu, atau apapun yang kau mau. Tapi, tetaplah sadari kehambaanmu.

sumber : eramuslim

Rapuh

Bismillahirrahmanirrahiim..

Detik waktu terus berjalan berhias gelap dan terang.
suka dan duka
tangis dan tawa
tergores bagai lukisan

Seribu mimpi berjuta sepi
hadir bagai teman sejati

Diantara lelahnya jiwa dalam resah dan airmata
kupersembahkan kepada-Mu
yang terindah dalam hidupku

Meski ku rafuh dalam langkah
kadang tak setia pada-Mu
namun cinta dalam jiwa hanyalah pada-Mu.
Maafkanlah bila hati tak sempurna mencintai-Mu
dalam dada kuharap hanya diri-Mu yang bertahta


opick..