Strategi Pembelajaran BM

BAB I



PENDAHULUAN



Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah-masalah yang kita temukan,baik itu dilingkungan keluarga maupun dimasyarakat. Masalah-masalah tersebut dapat muncul karena adanya berbagai factor. Di dalam konsep pembelajarandikenal dengan adanya sebuah pendekatan yang disebut strategi pembelajaran berbasis masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran pada pemecahan masalah, masalah tersebut dapat ditimbulkan oleh guru dan siswa. Dengan menggunakan strategi ini dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan membuat pembelajarn menjadi aktif karena siswa dituntut pula untuk ikut berpartisipasi mencari pemecahan dari masalah yang sedang dipelajari.

Dengan keikutsertaan siswa dalam penyelesaian masalah maka pembelajaran akan lebih terasa ‘hidup’. Siswa dapat lebih aktif berpikir guna mencari penyelesaian dari masalah yang sedang dipelajari. Masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan berpikir ilmiah dan menggunakan metode ilmiah. Penyelesaian sustu masalah dalam pembelajaran tidak terpaku pada satu pemecahan masalah. Kemungkinan bias lebih luas lagi sehingga siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah, inovatif dan motivatif dalam pemecahan masalah tersebut.


A. Pengertian SPMB ( Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)


Suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah ( Ward,2002;Stepien,dkk,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Forgarty(1997) menyatakan SPBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis melalui stimulus dalam belajar.

1. Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada spikologi kognitif yang berangkat dari asumsi belajar adalah proses perubahan tingkahlaku berkat adanya pengalaman, melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspekkognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

2. Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup dimasyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan.

3. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki suatu sistem pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model SPBM dimulai dengan adanya masalah(dapat ditimbulkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

B. Konsep Dasar dan Katakteristik SPBM

Terdapat 3 ciri utama dari SPBM.

1) SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran , artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Sehingga siswa tidak hanya sekedar mendengar, mencatat kemudian menghapal materi, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, artinya tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan metode ilmiah adalah berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

SPBM memiliki karakteristik-karakteristik. Diantaranya:

• Belajar dimulai dngan suatu masalah

• Masalah yang diberikan berhubungan dunia nyata siswa.

• Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.

• Memberikan tanggungjawab yang besar kepada siswadalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

• Menggunakan kelompok kecil.

• Menuntut pembelajar/siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.







C. Hakikat Masalah Dalam SPBM



Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa bahkan guru dapat mengembangkan berbagai kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan maslah yang dihadapi. Masalah yang dijadikan fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat mmberikan pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mengspresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

Dapat disimpulkan bahkan hakikat dalam SPBM adalah “ GAP”atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.

Pemilihan maslah sebagai bahan pelajaran dalam SPBM harus memiliki criteria sebagai berikut.

• Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bias bersumber dari berita, rekaman vide dan sebagainya.

• Bahan yang dipilih bersifat falimiar dengan siswa.

• Bahan yang dipilih berhubungan dengan kepentingan orang banyak (UNIVERSAL)

• Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mengandung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa.



D. Tujuan SPBM

SPBM adalah model pembelajaran yang beroientasi pada kerangka kerja yang teoritik dan kontruktivisme. Dalam SPBM, focus pembelajaran ada pada maslah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan maslah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, siswa tidak saja mengetahui konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis, jadi tujuan yang ingin dicapai dengan SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbunhkan sikap ilmiah.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai SPBM, maka SPBM sebaiknya digunakan dalam pembelajaran, karena;

a. Dengan SPBM akan terjadi pembelajaran bermakna, artinya belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.

b. Artinya apa yang dilakukan siswa sesuia dengan kenyataan bukan lagi teoritis sehingga maslah dalam suatu konsep atau teori akan ditemukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.

c. SPBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam belajar, motivasi internal untuk belajar dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.















BAB II



Penerapan SPBM dalam Pembelajaran

A. Tahapan-tahapan SPBM

Ada beberapa tahapan dalam menerapkan SPBM dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau guru. Pemecahan masalah dari SPBM harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Menurut Pannen (2001) ada 8 tahapan, yaitu:

1) Mengidenfikasikan masalah

2) Mengumpulkan data

3) Menganalisis data

4) Memecahkan masalah berdasarkan data yang ada dan analisisnya.

5) Memilih cara untuk memecahkan masalah’

6) Merencanakan penerapan pemecahan masalah.

7) Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan.

8) Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Menurut John Dewey, ada 6 langkah SPBM yang dinamakan problem solving, yaitu;

1) Merumuskan masalah yaitu langkah siswa meninjau masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis ,yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang di perlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat di lakukan sesuia dengan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan masalah.

Sesuai dengan SPBM yaitu menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara umum SPBM bias dilakukan dengan langkah-langkah:

1. Menyadari masalah

Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan social. Kemampuan yang dicapai pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

2. Merumuskan masalah

Pada tahapan ini kemampuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah sehingga siswa dapat memanfaatkan pengetahuan untuk mengkaji, merinci dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik dan dapat dipecahkan.

3. Merumuskan hipotesis

Kemampuan yang diharapkan dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Sehingga dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

4. Mengumpulkan data

Pada tahap ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan melalui proses berpikir ilmiah, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami..

5. Menguji hipotesis

Siswa dapat menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan sehingga siswa dapat menelaah dan membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji agar dapat diambil kesimpulan.

6. Menentukan pilihan penyelesaian.

Pada tahap ini yang merupakan akhir dari proses SPBM adalah memilih alternative penyelesaian yang kemungkinan dapat diaplikasikan dan diperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternative yang dipilihnya.

B. Keunggulan dan Kelemahan SPBM

1. Keunggulan

Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d) Problem solving dapat membantu siswa untuk mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e) Problem solving dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

f) Problem solving dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata

g) Problem solving dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan

SPBM memiliki kelemahan , diantaranya:

a) Manakala siswa tidak memiliki atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedan g dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka pelajari.



C. Pandangan Islam Tentang SPBM

Dilihat dari segi isinya, masalah adalah suatu kesenjangan antara yang seharusnya(daisolen solen) dengan yang tampaknya (dassein). Ajaran islam , misalnya mengharuskan agar umatnya bekerja islam, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat, mencintai kebersihan dan ketertiban, menguasai IPTEK, memiliki kesehatan jasmani dan rohani serta menjalani hubungan yang saling menguntuungkan dengan sesamanya.namun, dalam realitasnya masih banyak orang islam yang tidak memiliki etos kerja yang tinggi, bekerja asal-asalan, membuang waktu percuma, membiarkan lingkungan yang kotor dan semberawut, terbelakang dalam IPTEK serta memiliki derajat kesehatan yang rendah. Masalahnya adalah bukan terletak pada ajaran islamnya, melainkan pada kualitas memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam tersebut. Dengan demikian, masalahnya adalah “bagaimana caranya agar kehidupan umat islam sejalan dengan yang diharapkan ajaran islam tersebut”.

Islam melihat bahwa pemecahan maslah merupakan bagian dari agenda kehidupan . bahkan kehidupan itu sendiri sebenarnya sebuah masalah. Islam juga melarang umatnya melarikan diri dari tanggungjawab memecahkan masalah tersebut. Namun, perintah ajaran islam mengenai tanggungjawab memecahkan tersebut dimaksudkan agar manusia mendapatkan hikmah, pelajaran, nilai-nilai positif bagi dirinya. Semakin banyak menyelesaikan masalah dengan niat ikhlas karena ALLAH SWT, akan semakin banyak nilai pahala yang diperolehnya.

Beberapa Nabi yang diutus oleh ALLAH SWT kemuka bumi pada dasarnya bertugas untuk memecahkan masalah . tingkat kesuksesan para Nabi dalam memecahkan masalah-masalah tersebut bertingkat-tingkat. Nabi Ibrahim berhasil memecahkan masalah dengan gemilang dan Ia dijadikan imam (bapak spiritual) sepanjang sejarah. Selanjutnya, keberhasilan memecahkan masalah manusia dan peradaban dunia secara spektakuler oleh Nabi Muhammad SAW . berdasarkan pada informasi tersebut , maka islam melihat pemecahan masalah selain sebagai sebuah metode pembelajaran , juga sekaligus sebagai bagian dari agenda kehidupan. Hanya dengan pemecahan masalah itulah seseorang akan memperoleh pengalaman berharga tentang sebuah kehidupan yang bermakna dan berkualitas.











D. Penutup



1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada kreatifitas, inisiatif, inovasi, dan motivasi para siswa.

2. Dengan SPBM proses belajar lebih banyak bertumpu pada kegiatan para siswa secara mandiri, sementara guru bertindak sebagai desainer, perancang, fasilitator, motivator atas terjadinya kegiatan belajar mengajar tersebut.

3. Melalui SPBM, seorang siswa akan memiliki keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya diterapkan pada saat ia menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat.

4. Islam sebagai agama yang memiliki kepedulian yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia sangat member perhatian terhadap pentingnya kemampuan memecahkan masalah bagi umat manusia.

5. Islam memandang bahwa masalah bukan hanya sebagi jalan untuk menempa diri agar memiliki ketahanan fisik dan mental serta mendapatkan hikmah dan pendidikan lainnya, juga sebagai bagian dari agenda kehidupan yang harus dijalani.




Daftar Pustaka

Sanjaya Wina, 2006, Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta.

Nata Abuddin, 2009.Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta.



Mengenal Al-qur'an lebih dalam

BAB I

Pendahuluan



A. Latar belakang masalah

Setiap umat beragama tentunya mempunyai pedoman dalam mngikuti risalah agamanya. Baik itu berupa kitab atau hal-hal yang bisa menuntun mereka pada ajaran yang diyakininya. Didalam agama islam salah satu pedoman yang digunakan adalah Al-Qur’an, selain sebagai pedoman ajaran islam Al-Qur’an juga sebagai sumber hukum pertama yang dipakai umat islam dalam segala aspek kehidupan. Al-Qur’an adalah kalamullah yang berisi firman-firman Allah yang menuntun umat manusia kepada jalan kebaikan.

Umat islam mengenal Al-Qur’an dan menyakini bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah yang suci dan berisi ajaran-ajaran yang menuntun mereka pada kebaikan. Mereka berusaha mengenal Al-Qur’an dan menjalankan setiap ajaran yang terkandung didalamnya. Namun, tidak sedikit pula dari umat islam yang belum ‘mengenal’ Al-Qur’an lebih dalam, dalam artian mereka hanya memahami Al-Qur’an sebagai Kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw, sebagai mukzijat terakhir dan berisi pedoman hidup didunia. Mereka tidak sepenuhnya mengetahui sejarah bagaimana Alqur’an bisa menjadi kitab suci yang saat ini menjadi pegangan hidup semuat umat islam didunia dan isi kandungan didalam Al-Qur’an itu sendiri. Sehingga,Al-Qur’an hanya menjadi symbol dari agama islam. Oleh sebab itu, sebagian dari kehidupan yang mereka jalani tidak berdasarkan tuntunan dari Al-Qur’an.

Untuk mengenal Al-Qur’an lebih dalam, umat islam harus mengetahui sejarah bagaimana Al-Qur’an itu diturunkan , isi kandungan serta tujuan Allah menurunkan Al-Qur’an itu kepada umat islam. Sehingga, umat islam dapat mencintai Al-Qur’an bukan hanya sebagai kitab suci symbol umat islam, akan tetapi juga sebagai tuntunan hidup yang dipakai dalam segala aspek kehidupan. Seperti kata pepatah lama ‘ Tak kenal, maka tak sayang” begitu pula umat islam dalam mengenal Al-Qur’an. Untuk itu, setiap umat islam memerlukan pengetahuan yang lebih dalam tentang Al-Qur’an.

2. Rumusan Masalah

a. Apakah Al-Qur’an itu?

b. Mengapa Umat Islam harus mengetahui sejarah diturunkannya Al-Qur’an?

c. Bagaimana pengaruh Al-Qur’an dalam kehidupan umat Islam?








BAB II

ALQUR’AN DAN WAHYU

1. Definisi Al-Qur’an

Sebelum membahas definisi Al-Qur’an, terlebih dahulu kita harus mengetahui arti dari kata Al-Qur’an. Qur’an menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih berarti "bacaan", asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).

Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata "Qur’an" dalam arti demikian sebagai tersebut dalam ayat 17, 18 surah (75) Al Qiyaamah:

Artinya:

‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. kerana itu jika kami telah membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya". Kemudian dipakai kata "Qur’an" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini.

Adapun definisi Al Qur’an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mukjizat yang diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah"

Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w. tidak dinamakan Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. atau Injil yang diturun kepada Nabi Isa a.s.

Kesucian Al-Qur’an tetap terpelihara sepanjang masa , baik huruf maupun kalimatnya,hal ini sesuai firman Allah-NYA dalam Al-Qur’an:



Artinya :

“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Dzikr (Al-Qur’an) dan sesungguhnya Kami (pulalah) yang menjaganya “

2. Nama-Nama Kitab selain Nama Al-Qur’an



Allah SWT telah menurunkan wahyu kepada Nabi Muhammad Saw dengan bermacam-macam nama antara lain:

a. Al-furqan, nama tersebut antara lain dapat dibaca dalam surat Al-furqan , ayat 1



Artinya:

“ Maha Suci Allah yang telah menurunkan Al-Furqaan (Al Qur'an) kepada hamba-Nya, agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam”

b. Al-Kitab, nama tersebut antara lain dapat dibaca dalam QS. An-Nalh ayat 89;



Artinya:

“Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”

c. Al-Dzikr, terdapat pda QS. Al-Hijr ayat 9:



Artinya:

“ Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.”

d. Al-Qur’an, nama tersebut dapat dibaca dalam QS. Al-Baqarah ayat 185:



Artinya:

“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). “



3. Al-Qur’an Diturunkan Kepada Nabi Muhammad SAW

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an kepada Nabi Muhammad melalui malaikat Jibril secara berangsur-angsur dalam jangka waktu kurang lebih 23 tahun, yaitu 13 tahun di Makkah dan 10 tahun waktu beliau sudah hijrah ke Madinah.

Ayat yang pertama kali diterima nabi Muhammad SAW adalah surat Al-Alaq ayat 1 sampai 5:

Firman Allah.



Artinya:

- Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan,

- Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

- Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah,

- Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam.

- Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Ayat tersebut diturunkan di Gua Hira pada tanggal 17 Ramadhan tahun ke 41 dari kelahiran Nabi, bertepatan dengan tahun 6 Agustus tahun 610 Masehi.

Demikian secara berangsur – angsur Al-Qur’an diterima Nabi Muhammad SAW, sehingga sampai kepada Ayat yang terakhir. Menurut pendapat jumhur Ulama ayat terakhir adalah surat Al-maidah ayat 3:

Yang artinya : “Pada hari ini telah ku sempurnakan untuk kamu agama-mu dan telah Ku ckupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah kuridhoi islam itu jadi agama bagimu.”

Ayat tersebut diturunkan pada tanggal 9 zulhijjah 623 Masehidi padang Arafah pada saat Nabi Muhammad SAW melaksanakan haji wada’

Kebenaran Al-qur’an itu sendiri dijamin oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya yang dinyatakan dalam surat Al-Baqarah ayat 147:



Artinya:

“ Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu termasuk orang yang ragu.”

4. Perbedaan Wahyu dengan Ilham

Pengertian wahyu adalah suatu pengetahuan yang diperoleh Nabi/Rasul dengan cara yang samar serta meyakinkan bahwa apa yang mereka terima benar-benar datangnya dari Allah SWT, baik dengan perantaraan maupun tidak.

Hal ini terdapat dalam firman Allah SWT surat Asy-Syura ayat 51:



Artinya:

“Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.”



Ilham adalah suatu perasaan halus yang diyakini oleh jiwa dan terdoronglah keinginan untuk mematuhi kehendak ilham itu tanpa merasakan dari arah mana datangnya. Termasuk pengertian ilham peristiwa mimpi yang dialami Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya (Ismail).

Firman Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Shaffat ayat 102:



Artinya:

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar".

5. Maksud Diturunkan Al-qur’an

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an ke alam dunia ini dengan maksud yang mulia, sebagai petunjuk dan pedoman bagi kehidupan manusia. Petunjuk Al-Qur’an mencakup segala aspek kehidupan manusia, baik duniawi maupun ukhrawi. Untuk mencapai kebahagiaan tersebut kepada setiap pribadi muslim dituntut untuk mempelajari mengamalkan ajaran Al-Qur’an secara konsekuen dalam kehidupan sehari-hari.

Para Ulama telah mengemukakan maksud diturunkan Al-Qur’an, antara lain:

a. Sebagai mukzijat atas kebenaran Rasul dalam mengemban risalah dan menyampaikan apa-apa yang diterima dari Allah SWT.

b. Sebagai sumber petunjuk dan sebagai sumber syari’at dan hokum-hukum yang harus diikuti dan dijadikan pedoman dalam kehidupan manusia.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat An-nalh ayat 89:



Artinya :

“(Dan ingatlah) akan hari (ketika) Kami, bangkitkan pada tiap-tiap umat seorang saksi atas mereka dari mereka sendiri, dan Kami datangkan kamu (Muhammad) menjadi saksi atas seluruh umat manusia. Dan Kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Qur'an) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.”


BAB III

ISI ATAU KANDUNGAN AL-QUR’AN



1. Isi Al-Qur’an

Apabila kita membaca kitab/buku-buku yang berhubungan dengan Al-Qur’an , maka kita dapat mengemukakan beberapa pendapat para ulama tentang isi Al-Qur’an, antara lain;

a. Aqidah yang mewajibkan beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, rasul-Rasul , hari Akhirat dan qada dan qadar. Ini merupakan garis pemisah antara iman dengan kafir seperti yang termaktub dalam Rukun Iman.

b. Ibadah, sebagai perbuatan yang menghidupkan aqidah dalam hati serta meresapkannya didalam jiwa.

c. Janji dan ancaman. Al-Qur’an menjanjikan pahala bagi mereka yangmengamalkan perintah Al-Qur’an dan mengancam mereka yang mengingkarinya dengan siksaan.

d. Jalan- jalan mencapai kebahagiaan dunia maupun akhirat, karena itu Al-Qur’an berisi peraturan-peraturan hokum-hukum. Baik manusia dengan manusia maupun hubungan manusia dengan Allah.

e. Riwayat dan kisah-kisah terdahulu. Kisah para Nabi, Rasul-Rasul, orang-orang shaleh. Maksud dari riwayat tersebut untuk menjadi contoh tauladan bagi mereka yang mendambakan kebahagiaan.

2. Jumlah Ayat Al-Qur’an

Al-Qur’an terdiri dari 30 Juz dan 114 surah. Mengenai jumlah ayat para Ulama berbeda pendapat. Diantara mereka ada yang berpendapat ayat Al-Qur’an berjumlah 6236 (makkiyah 4631 ayat dan Madaniyah 1623). Sebagian mereka ada yang berpendapat berjumlah 6277 ayat, ada yang mengatakan 6218 ayat, bahkan ada pula yang berpendapat 6204 ayat.

Walaupun terjadi perbedaan pendapat mengenai jumlah ayat, namun tidak mempengaruhi isi Al-Qur’an itu sendiri, dengan pengertian bahwa ayat Al-Qur’an tidak akan bertambah maupun berkurang. Timbulnya perbedaan pendapat dikarenakan sebahagian sahabat yang mendengar bacaan Nabi berbeda pendapat tentang waqaf dan washal dari bacaan tersebut. Sebahagian sahabat beranggapan bahwa dalam rentetan bacaan tersebut merupakan satu ayat, sedangkan sahabat lainnya merupakan dua ayat atau lebih.

3. Ayat Makkiyah dan Madaniyah

Ayat Makkiyah adalah semua ayat yang diterima Nabi Muhammad SAW sebelum hijrah ke Madinah. Sedangkan ayat Madaniyah adalah semua ayat- ayat yang diterima Nabi Muhammad SAW sesudah hijrah kemadinah.

Tanda-tanda ayat Makkiyah dan Madaniyah:

a. Pada umumnya ayat- ayat Makkiyah adalah pendek-pendek dan disebut ayat Qishar, sedangkan ayat Madaniyah ayatnya panjang-panjang dan disebut ayat Thiwal.

b. Pada umumnya ayat-ayat Madaniyah dimulai dengan seruan



Sedangkan ayat-ayat Makkiyah dimulai dengan seruan



c. Pada umumnya ayat-ayat Makkiyah mengandung hal-hal yang berkenaan dengan tauhid, adzab, dan nikmat pada hari kemudian, sedangkan ayat-ayat Madaniyah berisi hal-hal yang berhubungan dengan masalah hokum, cerita-cerita umat terdahulu dan kisah-kisah orang shaleh.





4. Surah – Surah dalam Al-Qur’an

Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh Rasulullah sendiri (tauqifi).

Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.

Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4 bagian, yaitu:

a. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang Yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.

b. Al MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud, Yusuf, Mu’min dsb.

c. Al MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat seperti: Al Anfaal. Al Hijr dsb.

d. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, AL Falaq, An Nas. dsb.

Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat. Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada surat-surat:

(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf. (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) lbrahim, (9) Al Hijr, (10) Maryam. (11) Thaaha. (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15) A1’Ankabuut, (16) Ar Ruum. (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa. (24) Az Zukhruf (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf. (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan ‘Fawaatihushshuwar’ artinya pembukaan surat-surat.



5. Cara Al-Qur’an Diturunkan

Allah SWT menurunkan Al-Qur’an secara berangsur-angsur , sedikit demi sedikit sesuai dengan kebutuhan umat pada waktu itu.

Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al-Isra’ ayat 106:



Artinya :

“Dan Al Qur'an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian.”

Al-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur mengandung beberapa hikmah, antara lain :

a. Agar Al-Qur’an lebih mudah dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

b. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

c. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menanyakan mengapa Al Qur’an tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an ayat (25) Al Furqaan ayat 32, yaitu:



Artinya :

“Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al Qur'an itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).”

d. Sebagai jawaban terhadap peristiwa yang terjadi dalam masyarakat. Sehingga jelas hukumnya, contoh firman Allah SWT dalam surah al-Baqarah ayat 219

Artinya:

“Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah: "Pada keduanya itu terdapat dosa besar dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfa`atnya". Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan." Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu supaya kamu berfikir.”



BAB IV

SEJARAH PENULISAN DAN PEMBUKUAN AL-QUR’AN

1. Al-Qur’an Pada Masa Nabi Muhammad

Untuk menjamin kemurnian dan kesucian Al-Qur’an, maka Nabi Muhammad SAW memerintahkan para sahabat untuk menulis ayat-ayat Al-Qur’an saja, sedangkan hadist Nabi tidak diizinkan untuk dituliskarena dikhawatirkan akan bercampur aduk dengan ayat-ayat Al-Qur’an.

Untuk keperluan penulisan Al-Qur’an , Nabi Muhammad SAW menunjuk zaid bin tsabit sebagai juru tulis sekaligus mengmpulkan ayat-ayat Al-Qur’an. Tugas Zaid sungguh berat tetapi mulia, yaitu menulis wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad SAW dari Allah SWT dengan perantaraan Jibril , serta meletakkan urutan kalimatnya sesuai dengan petunjuk Nabi Muhammad SAW. Seperti diketahui bahwa segala gerak-gerik nabi, baik dalam perkataan maupun perbuatan adalah wahyu, seperti firman Allah SWT dalam surat An-Najm ayat 3-4, sebagai berikut:

artinya:

“Dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya.Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”

Demikianlah halnya setiap ayat yang turun ditulis pada batu-batu, tulang-tulang, pelepah korma, kulit binatang dan lain sebagainya, karena waktu itu kertas belum ada sebagaimana halnya sekarang ini. Dalam melaksanakan tugasnya Zaid bin Tsabit sangat berhati-hati, ia tidak mau menulis ayat-ayat begitu saja, kecuali setelah disaksikan kebenarannya oleh 2 orang saksi yang adil. Walaupun sebenarnya ia sendrir hafal Al-Qur’an.



2. Al-Qur’an Pada Masa Khulafaur Rasyidin

Sebelum Nabi Muhammad wafat, ayat-ayat Al-Qur’an secara keseluruhan sudah ditulis walaupun belum tersusun dalam satu mushaf(satu buku). Selain daripada itu ayat-ayat Al-Qur’an tersimpan teguh dalam hafalan para sahabat.

Setelah Nabi Muhammad wafat SAW wafat, dan Abu Bakar diangkat menjadi khalifah, timbullah golongan orang-orang murtad yang dipimpin oleh Musailamah Al-Kazzab. Golongan ini segera ditumpas khalifah Abu bakar dibawah pimpinan panglima perang Khalid bin Walid. Dalam pertempuran ini pasukan Khalid bin Walid banyak yang gugur mati syahid. Diantaranya termasuk sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an. Dengan meninggalnya sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an, maka timbul pemikiran uuk membukukan Al-Qur’an dalam satu mushaf dengan maksud agar Al-Qur’an tetap terjamin murni dan terhindar dari kekeliruan.

Untuk melaksanakan tugas yang mulia ini , Zaid bin Tsabit diberi kepercayaan untuk mengumpulkan Al-Qur’an dengan dibantu sahabat-sahabat yang hafal Al-Qur’an seperti Ubay bin Kaab, Ali bin Abi Thalib, Usman bin Affan dan lain-lainnya . Pengumpulan Al-Qur’an dapat diselesaikan dalam jangka waktu kurang lebih 1 tahun dalam bentuk mashaf, kemudian disimpan dirumah Khalifah Abu Bakar sampai beliau wafat .

Demikian halnya setelah Abu Bakar wafat dan Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah, ayat-ayat Al-Qur’an yang sudah terkumpul menjadi satu mashaf disimpan oleh Umar bin Khattab, kemudian disimpan oleh hafsah. Hal ini dilakukan mengingat bahwa Hafsah adalah istri Nabi Muhammad SAW, yang hafal Al-Qur’an dan anak Khalifah Umar bin Khattab yang pandai membaca dan menulis.

Usaha untuk menjaga kemurnian Al-Qur’an tidak berhenti sampai disitu saja, bahkan sampai pada masa Khalifah Usman bin Affan diadakan penelitian kembali dan ditulis kembali dalam 6 mashaf. Satu mashaf disimpan di Madinah, dan yang lainnya dikirim ke Basrah, Kufah, Makkah, Syria dan satu mashaf pada Khalifah Usman yang disebut dengan mashaf “Al-Imam” sebagai Al-Qur’an standard.





BAB V

KEDUDUKAN DAN FUNGSI AL-QUR’AN

1. Al-Qur’an sebagai Mu’jizat

Allah SWT mengutus para Nabi dan Rasul-Nya kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kepada jalan yang lurus dan benar agar mereka berbahagia dunia dan akherat. Untuk membuktikan kebenaran mereka, Allah SWT memberikan bermacam-macam mu’jizat.

Mu’jizat adalah suatu kejadian luar biasa yang terjadi pada diri seorang Nabi/ Rasul tanpa mereka pelajari.

Allah SWT telah memberikan berbagai mu’jizat kepada Nabi Muhammad salah satu mu’jizat paling besar adalah Al-Qur’an, yang dapat disaksikan oleh seluruh umat manusia, baik masa lampau, sekarang maupun dimasa yang akan datang. Selaku mu;jizat al-Qur’an bukanlah sekedar disimpan di rumah sebagai perhiasan, tetapi harus dipelajari akan arti dan maksudnya, kemudian direalisir dalam bentuk amaliyah.

Firman Allah SWT ;



Artinya:

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.”





2. Al-Qur’an sebagai Sumber Syari’ah/Hukum

Kata syari’ah berasal dari Bahasa arab, dalam bahasa Indonesia berarti jalan raya, kemudian bermakna jalan hokum , dengan kata lain peraturan-peraturan atau perundang-undangan.

Pengertian syari’ah adalah kumpulan hokum dan perundangan-undangan yang mengatur hubungan manusia dengan Allah SWT maupun yang mengatur hubungan antar umat manusia alam sekitarnya. Berdasarkan ajaran Islam syari’ah itu dari Allah SWT, oleh sebab itu maka sumber syari’ah, sumber hokum dan perundang-undangan adalah datang dari Allah SWT yang disampaikan kepada umat manusia dengan perantara Rasul-Nya.

Firman Allah SWT dalam Surah Al-Jaatsiyah ayat 18:



Artinya:

“Kemudian Kami jadikan kamu berada di atas suatu syariat (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syariat itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak mengetahui.”

3. Al-Qur’an sebagai Sumber Ilmu Pengetahuan

Di dalam Al-qur’an banyak terdapat ayat-ayat Al-Qur’an yang menyuruh manusia untuk berpikir, mengambil i’tibar(pelajaran), menggunakan akal.diantara ayat-ayat tersebut adalah: QS. Al-Ghasyiyah ayat 17-20

Artinya:

Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”

QS. Al-A’raaf ayat 185;



Artinya :

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan kerajaan langit dan bumi dan segala sesuatu yang diciptakan Allah, dan kemungkinan telah dekatnya kebinasaan mereka? Maka kepada berita manakah lagi mereka akan beriman selain kepada Al Qur'an itu?”

Hadist Nabi Muhammad SAW menganjurkan untuk menuntut ilmu pengetahuan, antara lain sabda beliau:

“Tuntutlah ilmu dan belajarlah (untuk ilmu) ketenangan dan kehormatan diri, dan bersikaplah rendah hati kepada orang yang mengajar kamu.” (HR. Ath-Thabrani)

“Barangsiapa merintis jalan mencari ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga.” (HR. Muslim)

Dengan penjelasan hadist diatas, nyatalah bahwa agama Islam memerintahkan menuntut berbagai ilmu pengetahuan yang bermanfaat untuk diri pribadi, masyarakat, bangsa dan umat manusia.





BAB III

PENUTUP



Kesimpulan

1. Al-Qur’an adalah kitabullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad sebagai mu’jizat terakhir, berisi ajaran-ajaran agama Islam yang menjadi pedoman umat manusia dalam menjalani kehidupan didunia.

2. A-Qur’an diturunkan secara berangsur-angsur, sesuai dengan waktu dan kejadian pada masa itu. Agar mudah dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Al-Qur’an pada masa Nabi Muhammad SAW ditulis diatas tulang-tulang binatang pelepah kurma dan kulit binatang agar tetap terjaga kemurnian dan keasliannya. Penulisan Al-qur’an disempurnakan pada masa Khulafaur Rasyidin dalam bentuk mashaf, karena banyak sahabat penghafal al-Qur’an yang gugur pada medan perang.

4. Keutamaan membaca Al-Qur’an selain mendapat pahala karena membacanya termasuk , Al-Qur’an juga dapat menciptakan ketenangan dalam hati, sebagai obat dan rahmat bagi umat yang beriman kepada-Nya.

5. Al-Qur’an berfungsi sebagai mu’jizat, sebagai sumber syari’ah/hokum dan sebagai sumber ilmu pengetahuan.






Daftar Pustaka



Abduh Muhammad, (1992), Risalah Tauhid, PT Bulan Bintang, Jakarta.

Al-Mubarakfuri Shafiyyurrahman, (2010),Ar-Rahib al-Makhtum,Darul Haq, Jakarta.

Syauki Achmad, (1995), Lintasan Sejarah Al-Qur’an, Remaja Rosdakarya offset, Bandung.

http://www.qur’andanhadist.com/sejarahal-qur’an...