Love Emak Forever II

Lembut kukenang kasihmu Ibu, di dalam hatiku kini menanggung rindu
Kau tabur kasih seumur masa, bergetar syahdu..oh di dalam nadiku.
Sembilan bukan ku dalam rahimmu, bersusah payah..oh ibu jaga diriku.
Sakit dan lelah tak kau hiraukan, demi diriku oh ibu buah hatimu...
Tiada ku mampu membalas jasamu, hanyalah doa, oh disetiap waktu.
Oh, ibu tak henti kuharapkan doamu mengalir disetiap nafasku..
( Rafli kande – Kasih Ibu)

Gempa berguncang lagi di serambi Mekkah, mengguncang  hatiku dikala ku teringat seorang wanita tua disebrang sana. Ibu..
Untuk yang kedua kalinya ingin kuceritakan, betapa wanita yang bernama IBU itu adalah wanita yang mulia. Kasihnya sepanjang masa, cintanya melebihi luasnya samudra, pengorbanannya menjulang tinggi melewati tingginya gunung Semeru. Betapa tidak, ketika aku memikirkan diriku sendiri dengan segala kecukupan, dia disana memikirkan apa yang kurang untukku.

Hampir 11 tahun berpisah jasad, aku sadar selama ini hanya mampu menyusahkannya. Dengan kesadaran itu aku sebagai anak yang tak berbakti ingin membaktikan diri di sisa hari tuanya. Walau mungkin hanya menemaninya duduk diteras  gubuk tua kami sambil menatap senja. Atau sekedar menggantikannya memberi makan itik-itik di pagi dan sore hari. Ya, aku ingin pulang setelah menyelesaikan kuliah di kota industri ini.
Suatu malam kuutarakan niatku. Berharap dia bahagia dengan keputusanku. Tapi, sederet tanggapannya seperti tidak menginginkanku pulang.
“Buat apa balek ke kampung, udahlah disana aja! Lulus kuliah, ngajar yang bener. Tingkatkan kualitas jadi guru. Di kampung sekarang susah nyari kerja, banyak sarjana guru pada nganggur. Sekolah di kampung sedikit, tapi lulusan guru banyak. Yang ada juga orang kampung pada merantau nyari kerja, kamu koq malah mau tinggal dikampung!.”

Aku memberikan alasan lain,
“ nanti aku yang bangun sekolah mak, jadi jangan takut aku ga kerja. Aku yang akan buka lowongan kerja untuk orang. Aku pengen kumpul sama emak. Apalagi mak ga ada yang ngurusin di kampung.” 
Ibuku hanya terkekeh.
“ ga usah mikirin emak, mak masih kuat ngurus diri sendiri. Kalau kamu nikah disitu, nanti kan bisa sekali-kali jenguk emak. “

Dia menolakku karena memikirkan kebahagiaanku. Adakah wanita lain yang lebih tulus selain Ibu?
Pernah suatu hari, dia sakit. Tapi tidak pernah memberikan kabar pada anak2nya hanya takut kami mengkhawatirkan dia. Tapi, kita sebagai anak selalu memberikan kabar dikala kita susah dan melupakannya dikala kita sedang senang2 bersama oranglain.

Untuk sahabatku yang saat ini memiliki kesempatan waktu dan tenaga untuk membahagiakan orangtuamu, jangan sia-siakan. Kesempatan itu tidak datang 2 kali, karena usia orangtua kita tidak akan pernah kembali menjadi muda. Semakin hari mereka semakin renta, membutuhkan senyuman kita, sapaan kita dan kasih sayang kita. Walau kadang mereka seperti tak acuh, namun semua itu adalah bagian dari kasih sayang mereka.

Di angkot ketika dalam perjalanan pulang kuliah, aku  melihat seorang wanita muda dan seorang wanita tua yang menggendong anak kecil. Miris, wanita tua itu adalah ibunya si wanita muda. Seakan-akan si Ibu adalah baby sitter anaknya. Di taman ketika itu, satu keluarga tampaknya sedang rekreasi. Si ibu disuruh jaga barang-barang,sedang suami-istri dan anak2nya asyik bermain.  Astaghfirullah.

Rasulullah Saw ditanya tentang peranan kedua orang tua. Beliau lalu menjawab, "Mereka adalah (yang menyebabkan) surgamu atau nerakamu." (HR. Ibnu Majah)

Begitu mulia peran mereka dalam kehidupan duniawi dan ukhrawi kita, sehingga jika kita berbakti kepada mereka, maka  akan masuk surga . begitu pula sebaliknya.
Semoga dari tulisan ini, sahabat dapat mengambil hikmahnya. Berikan yang terbaik, sebelum kita atau mereka  tiada. Apalagi menjelang bulan yang mulia, kita muliakan mereka dengan doa dan sentuhan kasih sayang kita. Wallahua’lam.




Rindu dalam bingkai kaca@030713