oleh : Yusuf Muhammad Al-Hasan
Dan orang-orang yang
berkata : "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami dari isteri-isteri
kami dan keturunan kami kesenangan hati, dan jadikanlah kami imam bagi
orang-orang yang bertakwa."
( QS. Al-Furqan : 74 )
( QS. Al-Furqan : 74 )
Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan."
(QS. At Tahrim: 6 ).
(QS. At Tahrim: 6 ).
"Apabila manusia
mati maka terputuslah amalannya kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah,
ilmu bermanfaat, atau anak shaleh yang mendo'akannya."
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
(HR. Muslim, dari Abu Hurairah)
Segala
puji milik Allah Tuhan semesta alam.
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya" .
Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Rasul termulia, kepada keluarga dan para sahabatnya.
Seringkali orang mengatakan: "Negara ini adikuasa, bangsa itu mulia dan kuat, tak ada seorangpun yang berpikir mengintervensi negara tersebut atau menganeksasinya karena kedigdayaan dan keperkasaannya" .
Dan
elemen kekuatan adalah kekuatan ekonomi, militer, teknologi dan kebudayaan.
Namun, yang terpenting dari ini semua adalah kekuatan manusia, karena manusia
adalah sendi yang menjadipusat segala elemen kekuatan lainnya. Tak mungkin
senjata dapat dimanfaatkan, meskipun canggih, bila tidak ada orang yang ahli
dan pandai menggunakannya. Kekayaan, meskipun melimpah, akan
menjadi mubadzir tanpa ada orang yang mengatur dan mendaya-gunakannya untuk
tujuan-tujuan yang bermanfaat.
Dari
titik tolak ini, kita dapati segala bangsa menaruh perhatian terhadap
pembentukan individu, pengembangan sumber daya manusia dan pembinaan warga
secara khusus agar mereka menjadi orang yang berkarya untuk bangsa dan
berkhidmat kepada tanah air.
Sepatutnya
umat Islam memperhatikan pendidikan anak dan pembinaan individu untuk mencapai
predikat "umat terbaik", sebagaimana dinyatakan Allah 'Azza Wa
lalla dalam firman-Nya:
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dariyang munkar... ". (Surah Ali Imran : 110).
"Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dariyang munkar... ". (Surah Ali Imran : 110).
Dan
agar mereka membebaskan diri dari jurang dalam yang mengurung diri mereka,
sehingga keadaan mereka dengan umat lainnya seperti yang beritakan Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam :
"Hampir
saja umat-umat itu mengerumuni kalian bagaikan orang-orang yang sedang makan
berkerumun disekitar nampan.". Ada seorang yang bertanya: "Apakah
karena kita berjumlah sedikit pada masa itu?" Jawab beliau: "Bahkan
kalian pada masa itu berjumlah banyak, akan tetapi kalian bagaikan buih air
bah. Allah niscaya mencabut dari hati musuh kalian rasa takut kepada kalian,
dan menanamkan rasa kelemahan dalam dada kalian". Seorang bertanya:
"Ya Rasulullah, apakah maksud kelemahan itu?" Jawab beliau:
"Yaitu cinta kepada dunia dan enggan mati".
PERANAN
KELUARGA DALAM ISLAM
Keluarga
mempunyai peranan penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan
masyarakat Islam maupun non-Islam. Karerena keluarga
merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana
dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat
penting dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama
dalam kehidupanya (usia pra-sekolah). Sebab pada masa tersebut apa yang
ditanamkan dalam diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau
berubah sudahnya.
Dari
sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan masyarakat. Karena
keluarga merupakan batu pondasi bangunan masyarakat dan tempat pembinaan
pertama untuk mencetak dan mempersiapkan personil-personilnya.
Musuh-musuh
Islam telah menyadari pentingya peranan keluarga ini. Maka mereka pun tak
segan-segan dalam upaya menghancurkan dan merobohkannya. Mereka mengerahkan
segala usaha ntuk mencapai tujuan itu. Sarana yang mereka pergunakan antara
lain:
- Merusak wanita muslimah dan mempropagandakan kepadanya agar meninggallkan tugasnya yang utama dalam menjaga keluarga dan mempersiapkan generasi.
- Merusak generasi muda dengan upaya mendidik mereka di tempat-tempat pengasuhan yang jauh dari keluarga, agar mudah dirusak nantinya.
- Merusak masyarakat dengan menyebarkan kerusakan dan kehancuran, sehingga keluarga, individu dan masyarakat seluruhnya dapat dihancurkan.
Sebelum
ini, para ulama umat Islam telah menyadari pentingya pendidikan melalui
keluarga. Syaikh Abu Hamid Al Ghazali ketika membahas tentang peran kedua
orangtua dalam pendidikan mengatakan: "Ketahuilah, bahwa anak kecil
merupakan amanat bagi kedua orangtuanya. Hatinya yang masih suci merupakan
permata alami yang bersih dari pahatan dan bentukan, dia siap diberi pahatan
apapun dan condong kepada apa saja yang disodorkan kepadanya Jika dibiasakan
dan diajarkan kebaikan dia akan tumbuh dalam kebaikan dan berbahagialah kedua
orang tuanya di dunia dari akherat, juga setiap pendidik dan gurunya. Tapi jika
dibiasakan kejelekan dan dibiarkan sebagai mana binatang temak, niscaya akan
menjadi jahat dan binasa. Dosanya pun ditanggung oleh penguru dan walinya. Maka
hendaklah ia memelihara mendidik dan membina serta mengajarinya akhlak yang
baik, menjaganya dari teman-teman jahat, tidak membiasakannya bersenang-senang
dan tidak pula menjadikannya suka kemewahan, sehingga akan menghabiskan umurnya
untuk mencari hal tersebut bila dewasa."
TUJUAN
PENDIDIKAN DALAM ISLAM
Banyak
penulis dan peneliti membicarakan tentang tujuan pendidikan individu muslim.
Mereka berbicara panjang lebar dan terinci dalam bidang ini, hal yang tentu
saja bermanfaat. Apa yang mereka katakan kami ringkaskan sebagai berikut:
"
Nyatalah bahwa pendidikan individu dalam islam mempunyai tujuan yang jelas dan
tertentu, yaitu: menyiapkan individu untuk dapat beribadah kepada Allah
Subhanahu wa Ta'ala. Dan tak perlu dinyatakan lagi bahwa totalitas agama Islam
tidak membatasi pengertian ibadah pada shalat, shaum dan haji; tetapi setiap
karya yang dilakukan seorang muslim dengan niat untuk Allah semata merupakan
ibadah." (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Mu'atstsirat as Salbiyah fi
Tarbiyati at Thiflil Muslim wa Thuruq 'Ilajiha, hal. 76.
MEMPERHATIKAN
ANAK SEBELUM LAHIR
Perhatian
kepada anak dimulai pada masa sebelum kelahirannya, dengan memilih isteri yang
shalelhah, Rasulullah SAW memberikan nasehat dan pelajaran kepada orang yang
hendak berkeluarga dengan bersabda :
" Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi" (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
" Dapatkan wanita yang beragama, (jika tidak) niscaya engkau merugi" (HR.Al-Bukhari dan Muslim)
Begitu
pula bagi wanita, hendaknya memilih suami yang sesuai dari orang-orang yang
datang melamarnya. Hendaknya mendahulukan laki-laki yang beragama dan
berakhlak. Rasulullah memberikan pengarahan kepada para wali dengan bersabda :
"Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacayaterjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar"
"Bila datang kepadamu orang yang kamu sukai agama dan akhlaknya, maka kawikanlah. Jika tidak kamu lakukan, nisacayaterjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar"
Termasuk
memperhatikan anak sebelum lahir, mengikuti tuntunan Rasulullah dalam kehidupan
rumah tangga kita. Rasulullah memerintahkan kepada kita:
"Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami". Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya".
"Jika seseorang diantara kamu hendak menggauli isterinya, membaca: "Dengan nama Allah. Ya Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau karuniakan kepada kami". Maka andaikata ditakdirkan keduanya mempunyai anak, niscaya tidak ada syaitan yang dapat mencelakakannya".
MEMPERHATIKAN
ANAK KETIKA DALAM KANDUNGAN
Setiap
muslim akan merasa kagum dengan kebesaran Islam. Islam adalah agama kasih
sayang dan kebajikan. Sebagaimana Islam memberikan perhatian kepada anak
sebelum kejadiannya, seperti dikemukakan tadi, Islam pun memberikan perhatian
besar kepada anak ketika masih menjadi janin dalam kandungan ibunya. Islam
mensyariatkan kepada ibu hamil agar tidak berpuasa pada bulan Ramadhan untuk
kepentingan janin yang dikandungnya. Sabda Rasulullah :
"Sesungguhn_ya
Allah membebas~an sepan/h shalat bagi orang yang bepergian, dan (membebaskan)
puasa bagi orang yang bepergian, wanita menyusui dan wanita hamil" (
Hadits riwayat Abu Dawud, At Tirmidzi dan An Nasa'i. Kata Al Albani dalam
Takhrij al Misykat: "Isnad hadits inijayyid' )
Sang
ibu hendaklah berdo'a untuk bayinya dan memohon kepada Allah agar dijadikan
anak yang shaleh dan baik, bermanfaat bagi kedua orangtua dan seluruh kaum
muslimin. Karena termasuk do'a yang dikabulkan adalah do'a orangtua untuk
anaknya.
MEMPERHATIKAN
ANAK SETELAH LAHIR
Setelah
kelahiran anak, dianjurkan bagi orangtua atau wali dan orang di sekitamya
melakukan hal-hal berikut:
- Menyampaikan
kabar gembira dan ucapan selamat atas kelahiran.
Begitu melahirkan, sampaikanlah kabar gembira ini kepada keluarga dan sanak famili, sehingga semua akan bersuka cita dengan berita gembira ini. Firman Allah 'Azza Wa Jalla tentang kisah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam bersama malaikat:
"Dan isterinya berdiri (di balik tirai lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari lshaq (akan lahir puteranya) Ya 'qub. " (Surah Hud : 71).
Dan firman Allah tentang kisah Nabi Zakariya 'Alaihissalam:
"Kemudian malaikat Jibril memanggil Zakariya, sedang ia tengah berdiri melakukan shalat di mihrab (katanya): "Sesungguhnya Allah mengembirakan kamu dengan kelahiran (seorang puteramu ) Yahya " (Ali Imran: 39).
Adapun tahni'ah (ucapan selamat), tidak ada nash khusus dari Rasul dalam hal ini, kecuali apa yang disampaikan Aisyah Radhiyallahu 'Anha:
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam apabila dihadapkan kepada beliau anak-anak bayi, maka beliau mendo'akan keberkahan bagi mereka dan mengolesi langit-langit mulutnya (dengan korma atau madu )" ( Hadits riwayat Muslim dan Abu Dawud).
Abu Bakar bin Al Mundzir menuturkan: Diriwayatkan kepada kami dari Hasan Basri, bahwa seorang laki-laki datang kepadanya sedang ketika itu ada orang yang baru saja mendapat kelahiran anaknya. Orang tadi berkata: Penunggang kuda menyampaikan selamat kepadamu. Hasan pun berkata: Dari mana kau tahu apakah dia penunggang kuda atau himar? Maka orang itu bertanya: Lain apa yang mesti kita ucapkan. Katanya: Ucapkanlah:
"Semoga berkah bagimu dalam anak, yang diberikan kepadamu, Kamu pun bersyukur kepada Sang Pemberi, dikaruniai kebaikannya, dan dia mencapai kedewasaannya" ( Ibnu Qayyim Al Jauziyah, Tuhfatul fi Ahkamil Maulud.)
- Menyerukan
adzan di telinga bayi.
Abu Rafi' Radhiyallahu 'Anhu menuturkan:
"Aku melihat Rasulullah memperdengarkan adzan pada telinga Hasan bin Ali ketika dilahirkan Fatimah" ( Hadits riwayat Abu Dawud dan At Tirmidzi.
Hikmahnya, Wallahu A'lam, supaya adzan yang berisi pengagungan Allah dan dua kalimat syahadat itu merupakan suara yang pertama kali masuk ke telinga bayi. Juga sebagai perisai bagi anak, karena adzan berpengaruh untuk mengusir dan menjauhkan syaitan dari bayi yang baru lahir, yang ia senantiasa berupaya untuk mengganggu dan mencelakakannya. Ini sesuai dengan pemyataan hadits:
" Jika diserukan adzan untuk shalat, syaitan lari terbirit-birit dengan mengeluarkan kentut sampai tidak mendengar seruan adzan" (Ibid)
- Tahnik
(Mengolesi langit-langit mulut).
Termasuk sunnah yang seyogianya dilakukan pada saat menerima kelahiran bayi adalah tahnik, yaitu melembutkan sebutir korma dengan dikunyah atau menghaluskannya dengan cara yang sesuai lalu dioleskan di langit-langit mulut bayi. Caranya,dengan menaruh sebagian korma yang sudah lembut di ujung jari lain dimasukkan ke dalam mulut bayi dan digerakkan dengan lembut ke kanan dan ke kiri sampai merata. Jika tidak ada korma, maka diolesi dengan sesuatu yang manis (seperti madu atau gula). Abu Musa menuturkan:
"Ketika aku dikaruniai seorang anak laki-laki, aku datang kepada Nabi, maka beliau menamainya Ibrahim, mentahniknya dengan korma dan mendo'akan keberkahan baginya, kemudian menyerahkan kepadaku".
Tahnik mempunyai pengaruh kesehatan sebagaimana dikatakan para dokter. Dr. Faruq Masahil dalam tulisan beliau yang dimuat majalah Al Ummah, Qatar, edisi 50, menyebutkan: "Tahnik dengan ukuran apapun merupakan mu'jizat Nabi dalam bidang kedokteran selama empat belas abad, agar umat manusia mengenal tujuan dan hikmah di baliknya. Para dokter telah membuktikan bahwa semua anak kecil (terutama yang baru lahir dan menyusu) terancam kematian, kalau terjadi salah satu dari dua hal: - Jika kekurangan jumlah gula dalam darah (karena kelaparan).
- Jika
suhu badannya menurun ketika kena udara dingin di sekelilingnya."'
- Memberi
nama.
Termasuk hak seorang anak terhadap orangtua adalah memberi nama yang baik. Diriwayatkan dari Wahb Al Khats'ami bahwa Rasulullah bersabda:
" Pakailah nama nabi-nabi, dan nama yang amat disukai Allah Ta'ala yaitu Abdullah dan Abdurrahman, sedang nama yang paling manis yaitu Harits dan Hammam, dan nama yang sangat jelek yaitu Harb dan Murrah" ( HR.Abu Daud An Nasa'i)
Pemberian nama merupakan hak bapak.Tetapi boleh baginya menyerahkan hal itu kepada ibu. Boleh juga diserahkan kepada kakek, nenek,atau selain mereka.
Rasulullah merasa optimis dengan nama-nama yang baik. Disebutkan Ibnul Qayim dalam Tuhfaful Wadttd bi Ahkami Maulud, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasalam tatkala melihat Suhail bin Amr datang pada hari Perjanjian Hudaibiyah beliau bersabda: "Semoga mudah urusanmu"
Dalam suatu perjalanan beliau mendapatkan dua buah gunung, lain beliau bertanya tentang namanya. Ketika diberitahu namanya Makhez dan Fadhih, beliaupun berbelok arah dan tidak melaluinya.( Ibnu Qayim Al Jauziyah, Tuhfatul Wadud, hal. 41.)
Termasuk tuntunan Nabi mengganti nama yang jelek dengan nama yang baik. Beliau pernah mengganti nama seseorang 'Ashiyah dengan Jamilah, Ashram dengan Zur'ah. Disebutkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunan :"Nabi mengganti nama 'Ashi, 'Aziz, Ghaflah, Syaithan, Al Hakam dan Ghurab. Beliau mengganti nama Syihab dengan Hisyam, Harb dengan Aslam, Al Mudhtaji' dengan Al Munba'its, Tanah Qafrah (Tandus) dengan Khudrah (Hijau), Kampung Dhalalah (Kesesatan) dengan Kampung Hidayah (Petunjuk), dan Banu Zanyah (Anak keturunan haram) dengan Banu Rasydah (Anak keturunan balk)." (Ibid)
- Aqiqah.
Yaitu kambing yang disembelih untuk bayi pada hari ketujuh dari kelahirannya. Berdasarkan hadits yang diriwayatkan Salman bin Ammar Adh Dhabbi, katanya: Rasulullah bersabda:
"Setiap anak membawa aqiqah, maka sembelihlah untuknya dan jauhkanlah gangguan darinya" (HR. Al Bukhari.)
Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha,bahwaRasulullah bersabda:
"Untuk anak laki-laki dua ekor kambing yang sebanding, sedang untuk anak perempuan seekor kambing" (HR. Ahmad dan Turmudzi).
Aqiqah merupakah sunnah yang dianjurkan. Demikian menurut pendapat yang kuat dari para ulama. Adapun waktu penyembelihannya yaitu hari ketujuh dari kelahiran. Namun, jika tidak bisa dilaksanakan pada hari ketujuh boleh dilaksanakan kapan saja, Wallahu A'lam.
Ketentuan kambing yang bisa untuk aqiqah sama dengan yang ditentukan untuk kurban. Dari jenis domba berumur tidak kurang dari 6 bulan, sedang dari jenis kambing kacang berumur tidak kurang dari 1 tahun, dan harus bebas dari cacat.
- Mencukur
rambut bayi dan bersedekah perak seberat timbangannya.
Hal ini mempunyai banyak faedah, antara lain: mencukur rambut bayi dapat memperkuat kepala, membuka pori-pori di samping memperkuat indera penglihatan, pendengaran dan penciuman. (Abdullah Nasih Ulwan, Tarbiyatul Auladfil Islam, juz 1.)
Bersedekah perak seberat timbangan rambutnya pun mempunyai faedah yang jelas.
Diriwayatkan dari Ja'far bin Muhammad, dari bapaknya, katanya:
"Fatimah Radhiyalllahu 'anha menimbang rambut Hasan, Husein, Zainab dan Ummu Kaltsum; lalu ia mengeluarkan sedekah berupa perak seberat timbangannya (HR. Imam Malik dalam Al Muwaththa')
- Khitan.
Yaitu memotong kulup atau bagian kulit sekitar kepala zakar pada anak laki-laki, atau bagian kulit yang menonjol di atas pintu vagina pada anak perempuan. Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu bahwa Rasulullah bersabda:
"Fitrah itu lima: khitan, mencukur rambut kemaluan, memendekkan kumis, memotong kuku, mencabut bulu ketiak" (HR. Al-bukhari, Muslim)
Khitan wajib hukumnya bagi kaum pria, dan rnustahab (dianjurkar) bagi kaum wanita.WallahuA'lam.
Inilah
beberapa etika terpenting yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan oleh
orangtua atau pada saat-saat pertama dari kelahiran anak.
Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
Namun, di sana ada beberapa kesalahan yang terjadi pada saat menunggu kedatangannya Secara singkat, antara lain:
- Membacakan
ayat tertentu dari Al Qur'an untuk wanita yang akan melahirkan; atau
menulisnya lalu dikalungkan pada wanita, atau menulisnya lalu dihapus
dengan air dan diminumkan kepada wanita itu atau dibasuhkan pada perut
danfarji (kemaluan)nya agar dimudahkan dalam melahirkan. ltu semua adalah
batil, tidak ada dasamya yang shahih dari Rasulullah, Akan tetapi bagi
wanita yang sedang menahan rasa sakit karena melahirkan wajib berserah
diri kepada Allah agar diringankan dari rasa sakit dan dibebaskan dari
kesulitannya Dan ini tidak bertentangan dengan ruqyah yang disyariatkan.
- Menyambut
gembira dan merasa senang dengan kelahiran anak laki-laki, bukan anak
perempuan.
Hal ini termasuk adat Jahiliyah yang dimusuhi Islam. Firman Allah yang berkenaan dengan mereka:
"Apabila seseorang dari merea diberi kabar dengan (kelahiran) anak, perempuan, hitamlah (merah padamlah) matanya, dan dia sangat marah; ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan padanya. Apakah dia akan memeliharannya dengan menanggumg kehinaan ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang telah mereka lakukan itu"(Surah An Nahl : 58-59).
Mungkin ada sebagian orang bodoh yang bersikap berlebihan dalam hal ini dan memarahi isterinya karena tidak melahirkan kecuali anak perempuan. Mungkin pula menceraikan isterinya karena hal itu, padahal kalau dia menggunakan akalnya, semuanya berada di tangan Allah 'Azza wa lalla. Dialah yang memberi dan menolak. Firman-Nya:
Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki atau Dia menganugerahkan kepada siapa yang dia kehendaki-Nya, dan dia menjadikan Mandul siapa yang Dia kehendaki…" (Surah Asy Syura :49-50).
Semoga Allah memberikan petunjukkepada seluruh kaum Muslimin.
- Menamai
anak dengan nama yang tidak pantas.Misalnya, nama yang bermakna
jelek, atau nama orang-orang yang menyimpang seperti penyanyi atau tokoh
kafir. Padahal menamai anak dengan nama yang baik merupakan hak anak yang
wajib atas walinya.
Termasuk kesalahan yang berkaitan dengan pemberian nama, yaitu ditangguhkan sampai setelah seminggu.
- Tidak
menyembelih aqiqah untuk anak padahal mampu melakukannya. Aqiqah merupakan
tuntunan Nabi Shallallahu 'alaihi wasalam, dan mengikuti tuntunan beliau
adalah sumber segala kebaikan.
- Tidak
menetapi jumlah bilangan yang ditentukan untuk aqiqah. Ada yang mengundang
untuk acara aqiqah semua kenalannya dengan menyembelih 20 ekor kambing,
ini merupakan tindakan berlebihan yang tidak disyariatkan. Ada pula yang
kurang dari jumlah bilangan yang ditentukan, dengan menyembelih hanya
seekor kambing untuk anak iaki-laki, inipun menyalahi yang disyariatkan.
Maka hendaklah kita menetapi sunnah Rasul Shallallahu 'alaihi wasalam
tanpa menambah ataupun mengurangi.
- Menunda khitan setelah akil baligh.Tradisi ini dulu terjadi pada beberapa suku, seorang anak dikhitan sebelum kawin dengan cara yang biadab di hadapan orang banyak.
Itulah sebagian kesalahan, dan masih
banyak lainnya. Semoga cukup bagi kita dengan menyebutkan etika dan tata cara
yang dituntunkan ketika menerima kelahiran anak. Karena apapun yang
bertentangan dengan hal-hal tersebut, termasuk kesalahan yang tidak
disyariatkan. (Disarikan dari kitab Adab Istiqbal al Maulud fil Islam, oleh
ustadz Yusuf Abdullah al Arifi)
MEMPERHATIKAN ANAK
PADA USIA ENAM TAHUN PERTAMA
Periode
pertama dalam kehidupan anak (usia enam tahun pertama) merupakan periode yang
amat kritis dan paling penting. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat
mendalam dalam pembentukan pribadinya. Apapun yang terekam dalam benak anak
pada periede ini, nanti akan tampak pengaruh-pengaruhnya dengannyata pada
kepribadiannya ketika menjadi dewasa. (Aisyah Abdurrahman Al Jalal, Al Muatstsirat
as Salbiyah.)
Karena
itu, para pendidik perlu memberikan banyak perhatian pada pendidikan anak dalam
periode ini.
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
Aspek-aspek yang wajib diperhatikan oleh kedua orangtua dapat kami ringkaskan sebagai berikut:
1. Memberikan kasih sayang yang diperlukan anak dari pihak kedua
orangtua, terutama ibu.
Ini
perlu sekali, agar anak belajar mencintai orang lain. Jika anak tidak merasakan
cintakasih ini,maka akan tumbuh mencintai dirinya sendiri saja dan membenci
orang disekitamya. "Seorang ibu yang muslimah harus menyadari bahwa tidak
ada suatu apapun yang mesti menghalanginya untuk memberikan kepada anak
kebutuhan alaminya berupa kasih sayang dan perlindungan. Dia akan merusak
seluruh eksistensi anak, jika tidak memberikan haknya dalam perasaan-perasaan ini,
yang dikaruniakan Allah dengan rahmat dan hikmah-Nya dalam diri ibu, yang
memancar dengan sendirinya untuk memenuhi kebutuhan anak." (Muhammad
Quthub,Manhaiut Tarbiyah Al Islamiyah, juz 2.)
Maka sang ibu hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
Maka sang ibu hendaklah senantiasa memperhatikan hal ini dan tidak sibuk dengan kegiatan karir di luar rumah, perselisihan dengan suami atau kesibukan lainnya.
2. Membiasakan anak berdisiplin mulai dari bulan-bulan pertama dari
awal kehidupannya.
Kami
kira, ini bukan sesuatu yang tidak mungkin. Telah terbukti bahwa membiasakan
anak untuk menyusu dan buang hajat pada waktu-waktu tertentu dan tetap, sesuatu
yang mungkin meskipun melalui usaha yang berulang kali sehingga motorik tubuh
akan terbiasa dan terlatih dengan hal ini.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
Kedisiplinan akan tumbuh dan bertambah sesuai dengan pertumbuhan anak, sehingga mampu untuk mengontrol tuntutan dan kebutuhannya pada masa mendatang.
3. Hendaklah kedua orangtua menjadi teladan yang baik bagi anak dari
permulaan kehidupannya.
Yaitu
dengan menetapi manhaj Islam dalam perilaku mereka secara umum dan dalam
pergaulannya dengan anak secara khusus. Jangan mengira karena anak masih kecil
dan tidak mengerti apa yang tejadi di sekitarnya, sehingga kedua orangtua
melakukan tindakan-tindakan yang salah di hadapannya. Ini mempunyai pengaruh yang
besar sekali pada pribadi anak. "Karena kemampuan anak untuk menangkap,
dengan sadar atau tidak, adalah besar sekali. Terkadang melebihi
apa yang kita duga. Sementara kita melihatnya sebagai makhluk kecil yang tidak
tahu dan tidak mengerti. Memang, sekalipun ia tidak mengetahui apa yang
dilihatnya, itu semua berpengaruh baginya. Sebab, di sana ada dua alat yang
sangat peka sekali dalam diri anak yaitu alat penangkap dan alat peniru, meski
kesadarannya mungkin terlambat sedikit atau banyak.
Akan
tetapi hal ini tidak dapat merubah sesuatu sedikitpun. Anak akan menangkap
secara tidak sadar, atau tanpa kesadaran puma, dan akan meniru secara
tidak sadar, atau tanpa kesadaran purna, segala yang dilihat atau didengar di
sekitamya." (Ibid.)
4. Anak dibiasakan dengan etiket umum yang mesti dilakukan
dalam pergaulannya.
Antara
lain: (Silahkan lihat Ahmad Iuuddin Al Bayanuni,MinhajAt
TarbiyahAsh Shalihah.)
- Dibiasakan mengambil, memberi, makan dan minum dengan tangan kanan. Jika makan dengan tangan kiri, diperingatkan dan dipindahkan makanannya ke tangan kanannya secara halus.
- Dibiasakan mendahulukan bagian kanan dalam berpakaian. Ketika mengenakan kain, baju, atau lainnya memulai dari kanan; dan ketika melepas pakaiannya memulai dari kiri.
- Dilarang tidur tertelungkup dandibiasakan ·tidur dengan miring ke kanan.
- Dihindarkan tidak memakai pakaian atau celana yang pendek, agar anak tumbuh dengan kesadaran menutup aurat dan malu membukanya.
- Dicegah menghisap jari dan menggigit kukunya.
- Dibiasakan sederhana dalam makan dan minum, dan dijauhkan dari sikap rakus.
- Dilarang bermain dengan hidungnya.
- Dibiasakan membaca Bismillah ketika hendak makan.
- Dibiasakan untuk mengambil makanan yang terdekat dan tidak memulai makan sebelum orang lain.
- Tidak memandang dengan tajam kepada makanan maupun kepada orang yang makan.
- Dibiasakan tidak makan dengan tergesa-gesa dan supaya mengunyah makanan dengan baik.
- Dibiasakan memakan makanan yang ada dan tidak mengingini yang tidak ada.
- Dibiasakan kebersihan mulut denganmenggunakan siwak atau sikat gigi setelah makan, sebelum tidur, dan sehabis bangun tidur.
- Dididik untuk mendahulukan orang lain dalam makanan atau permainan yang disenangi, dengan dibiasakan agar menghormati saudara-saudaranya, sanak familinya yang masih kecil, dan anak-anak tetangga jika mereka melihatnya sedang menikmati sesuatu makanan atau permainan.
- Dibiasakan mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengulanginya berkali-kali setiap hari.
- Dibiasakan membaca "AZhamdulillah" jika bersin, dan mengatakan "Yarhamukallah" kepada orang yang bersin jika membaca "Alhamdulillah".
- Supaya menahan mulut dan menutupnya jika menguap, dan jangan sampai bersuara.
- Dibiasakan berterima kasih jika mendapat suatu kebaikan, sekalipun hanya sedikit.
- Tidak memanggil ibu dan bapak dengan namanya, tetapi dibiasakan memanggil dengan kata-kata: Ummi (Ibu), dan Abi (Bapak).
- Ketika berjalan jangan mendahului kedua orangtua atau siapa yang lebih tua darinya, dan tidak memasuki tempat lebih dahulu dari keduanya untuk menghormati mereka.
- Dibiasakan bejalan kaki pada trotoar, bukan di tengah jalan.
- Tidak membuang sampah dijalanan, bahkan menjauhkan kotoran darinya.
- Mengucapkan salam dengan sopan kepada orang yang dijumpainya dengan mengatakan "Assalamu 'Alaikum" serta membalas salam orang yang mengucapkannya.
- Diajari kata-kata yang benar dan dibiasakan dengan bahasa yang baik.
- Dibiasakan menuruti perintah orangtua atau siapa saja yang lebih besar darinya, jika disuruh sesuatu yang diperbolehkan.
- Bila membantah diperingatkan supaya kembali kepada kebenaran dengan suka rela, jika memungkinkan. Tapi kalau tidak, dipaksa untuk menerima kebenaran, karena hal ini lebih baik daripada tetap membantah dan membandel.
- Hendaknya kedua orangtua mengucapkan terima kasih kepada anak jika menuruti perintah dan menjauhi larangan. Bisa juga sekali-kali memberikan hadiah yang disenangi berupa makanan, mainan atau diajak jalan-jalan.
- Tidak dilarang bermain selama masih aman, seperti bermain dengan pasir dan permainan yang diperbolehkan, sekalipun menyebabkan bajunya kotor. Karena permainan pada periode ini penting sekali untuk pembentukan jasmani dan akal anak.
- Ditanamkan kepada anak agar senang pada alat permainan yang dibolehkan seperti bola, mobil-mobilan, miniatur pesawat terbang, dan lain-lainnya. Dan ditanamkan kepadanya agar membenci alat permainan yang mempunyai bentuk terlarang seperti manusia dan hewan.
- Dibiasakan menghormati milik orang lain, dengan tidak mengambil permainan ataupun makanan orang lain, sekalipun permainan atau makanan saudaranya sendiri.
MEMPERHATIKAN
ANAK PADA
USIA SETELAH ENAM TAHUN PERTAMA
Pada
periode ini anak menjadi lebih siap untuk belajar secara teratur. Ia mau
menerima pengarahan lebih banyak, dan lebih bisa menyesuaikan diri dengan
teman-teman sepermainannya. Dapat kita katakan, pada periode ini anak lebih
mengerti dan lebih semangat untuk belajar dan memperoleh
ketrampilan-ketrampilan, karenanya ia bisa diarahkan secara langsung. Oleh
sebab itu, masa ini termasuk masa yang paling penting dalam pendidikan dan
pengarahan anak.
Kita,
Insya Allah, akan membicarakan tentang aspek-aspek terpenting yang perlu
diperhatikan oleh para pendidik pada periode ini. Yaitu:
1.
Pengenalan Allah dengan cara yang sederhana.
Pada
periode ini dikenalkan kepada anak tentang Allah 'Azza Wajalla dengan cara yang
sesuai dengan pengertian dan tingkat pemikirannya.
Diajarkan kepadanya:
Diajarkan kepadanya:
- Bahwa Allah Esa, tiada sekutu bagi-Nya.
- Bahwa Dialah Pencipta segala sesuatu. Pencipta langit, bumi, manusia, hewan, pohon-pohonan, sungai dan lain-lainnya. Pendidik dapat memanfaatkan situasi tertentu untuk bertanya kepada anak, misalnya ketika bejalan-jalan di taman atau padang, tentang siapakah Pencipta air, sungai,bumi,pepohonan dan lain-lainnya, untuk menggugah perhatiannya kepada keagungan Allah.
- Cinta
kepada Allah, dengan ditunjukkan kepadanya nikmat-nikmat yang dikaruniakan
Allah untuknya dan untuk keluarganya. Misalnya, anak ditanya: Siapakah
yang memberimu pendengaran, penglihatan dan akal? Siapakah yang memberimu
kekuatan dan kemampuan untuk bergerak? Siapakah yang memberi rizki dan
makanan untukmu dan keluargamu? Demikianlah, ditunjukkan kepadanya
nikmat-nikmat yang nyata dan dianjurkan agar cinta dan syukur kepada Allah
atas nikmat yang banyak ini. Metode ini disebutkan dalam Al Qur'an, dalam
banyak ayat Allah menggugah minat para hamba-Nya agar memperhatikan segala
nikmat yang dikaruniakan-Nya, seperti firman-Nya:
"Tidakkah kamu perhatian sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk kepentinganmu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempumakan untukmu nikmatnya lahir dan batin..."(Surah Luqman : 20).
"Hai manusia, ingatlah akan nikmat Allah kepadamu Adakah pencipta selain Allah yang dapat memberikan rizki kepadamu dari langit dan bumi...."(Surah Fathir :3).
Dan dengan rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dai karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepadan-Nya." (Surah Al Qashash : 73).
2. Pengajaran
sebagian hukum yang jelas dan tentang halal-haram.
Diajarkan
kepada anak menutup aurat, berwudhu, hukum-hukum thaharah (bersuci) dan
pelaksanaan shalat. Juga dilarang dari hal-hal yang haram, dusta, adu domba,
mencuri dan melihat kepada yang diharamkan Allah. Pokoknya, disuruh menetapi
syariat Allah sebagaimana orang dewasa dan dicegah dari apa yang dilarang
sebagaimana orang dewasa, sehingga anak akan tumbuh demikian dan menjadi
terbiasa. Karena bila semenjak kecil anak dibiasakan dengan sesuatu, maka kalau
sudah dewasa akan menjadi kebiasaannya.
Agar
diupayakan pula pengajaran ilmu pengetahuan kepada anak, sebagaimana kata
Sufyan Al Tsauri: "Seorang bapak barns menanamkan ilmu pada anaknya,
karena dia pmanggung jawabnya." (Muhammad Hasan Musa, Nuzharul
Fudhala' Tahdzib Siar A'lamin Nubala :Juz 1.)
3. Pengajaran
baca Al Qur'an.
Al
Qur'an adalah jalan lurus yang tak mengandung suatu kebatilan apapun. Maka amat
baik jika anak dibiasakan membaca Al Qu~an dengan benar, dan diupayakan
semaksimalnya agar mengbafal Al Qur'an atau sebagian besar darinya dengan
diberi dorongan melalui berbagaicara. Karena itu, kedua orangtua bendaklah
berusaha agar putera puterinya masuk pada salah satu sekoiah tahfizh Al Qur'an;
kalau tidak bisa, diusahakan masuk pada salah satu halaqah tahfizh. Diriwayatkan
Abu Dawud dari Mu'adz bin Anas bahwa Nabi shallallahu alaihi wasalam bersabda:
"Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
"Barang siapa membaca Al-quran dan mengamalkan kandungan isinya, niscaya Allah pada hari kiamat mengenakan kepada keda orang tuanya sebuah mahkota yang cahayanya lebih indah daripada cahaya matahari di rumah-rumah dunia. Maka apa pendapatmu tentang orang yang mengamalkan hal ini".
Para
salaf dahulu pun sangat memperhatikan pendidikan tahfizh Al Qur'an
bagi anak-anak mereka. Syaikh Yasin bin Yusuf Al Marakisyi menceritakan kepada
kita tentang imam AnNawawi, Rahimahullah, katanya: "Aku melihat beliau
ketika masih berumur 10 tahun di Nawa. Para anak kecil tidak mau bermain
dengannya dan iapun berlari dari mereka seraya menangis, kemudian ia membaca Al
Qur'an. Maka tertanamlah dalam hatiku rasa cinta kepadanya. Ketika itu bapaknya
menugasinya menjaga toko, tetapi ia tidak mau bejualan dan menyibukkan diri
dengan Al Qur'an. Maka aku datangi gurunya dan berpesan kepadanya bahwa anak
ini diharapkan akan menjadi orang yang paling alim dan zuhud pada zamannya
serta bermanfaat bagi umat manusia. Ia pun berkata kepadaku:
Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada orangtuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa."
Tukang ramalkah Anda? Jawabku: Tidak, tetapi Allah-lah yang membuatku berbicara tentang hal ini. Bapak guru itu kemudian menceritakan kepada orangtuanya, sehingga memperhatikan beliau dengan sungguh-sungguh sampai dapat khatam Al Qur'an ketika menginjak dewasa."
4, Pengajaran
hak-hak kedua orangtua,
Diajarkan
kepada anak untuk bersikap hormat, taat dan berbuat baik kepada kedua
orangtua, sehingga terdidik dan terbiasa demikian. Anak sering bersikap
durhaka dan melanggar hak-hak orangtua disebabkan karena kurangnya perhatian
orangtua dalam mendidik anak dan tidak membiasakannya berbuat kebaikan sejak
usia dini.
Firman
Allah Ta'ala :
'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Surah Al-Isra': 23-24).
'Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan beribadah kepada selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesanyangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (Surah Al-Isra': 23-24).
Diriwayatkan
dari Abu HurairahRadhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda:
"Terhinalah, terhinalah, dan terhinalah seseorang yang mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya berusia lanjut, tetapi tidak dapat masuk surga"
"Terhinalah, terhinalah, dan terhinalah seseorang yang mendapatkan salah seorang dari kedua orang tuanya atau kedua-duanya berusia lanjut, tetapi tidak dapat masuk surga"
Berikut
ini kisah seorang anak muda yang berbuat baik kepada bapaknya, disebutkan dalam
kitab 'Uyunul Akhbar : "Al Ma'mun rahimahullah berkata: Belum pernah
saya melihat seseorang yang amat berbuat baik kepada bapaknya daripada Al Fadhl
bin Yahya. Karena kebaikannya, sampai bapaknya (Yahya) tidak berwudhu kecuali
dengan air hangat. Ketika keduanya berada dalam penjara, para sipir melarang
memasukkan kayu bakar di malam yang ding-in. Maka Al Fadhl, ketika bapaknya
tidur, bangun mengambil teko yang biasa dia pergunakan untuk memanaskan air,
lalu ia isi air dan ia dekatkan pada api lampu. Ia pun tetap berdiri memegangi
teko sampai pagi. Ia lakukan hal ini untuk berbuat baik kepada bapaknya agar
dapat berwudhu dengan air hangat."
5. Pengenalan
tokoh-tokoh teladan yang agung dalam Islam.
Tokoh
teladan kita yang utama yaitu Rasulullah Shallallahu alaihi wasalam, kemudian
para sahabat yang mulia Radhiallahu 'Anhum dan pengikut mereka dengan baik yang
menjadi contoh terindah dalam segala aspek kehidupan. Maka dikenalkan kepada
anak tentang mereka, diajarkan sejarah dan kisah mereka supaya meneladani
perbuatan agung mereka dan mencontoh sifat baik mereka seperti keberanian,
keprajuritan, kejujuran, kesabaran, kemuliaan, keteguhan pada kebenaran dan
sifat-sifat lainnya.
Kisah
atau kejadian yang diceritakan kepada anak hendaklah sesuai dengan tingkat
pengertiannya, tidak membosankan, dan difokuskan pada penampilan serta
penjelasan aspek-aspek yang baik saja sehingga mudah diterima oleh anak.
Misalnya,
diceritakan kepada anak kisah Rasulullah bersama orang Yahudi yang menuntut
kepada beliau agar membayar uang pinjamannya, sebagai contoh akhlak baik
beliau:
Diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang meminjamkan uang kepada Rasulullah lalu hendak menagih hutangnya sebelum habis masanya. Maka dicegatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya berkata: "Sungguh, kalian anak keturunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka menangguhkan /bayarhutang)"
Umar pun melihat kejadian itu dan amat marah, lalu berkata: "Izinkanlah aku wahai Rasulullah, biar kupenggal lehernya!" Tapi Nabi bersabda: "Aku dan kawanku sangat tidak menginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia berperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik."
Kemudian beliau berpaling kepada orangYahudi dan bersabda: "Hai Yahudi, piutangmu akan dibayarkan besok.""
Diriwayatkan bahwa ada seorang Yahudi yang meminjamkan uang kepada Rasulullah lalu hendak menagih hutangnya sebelum habis masanya. Maka dicegatnya Rasulullah di tengah jalan kota Madinah seraya berkata: "Sungguh, kalian anak keturunan Abdul Muthalib adalah orang-orang yang suka menangguhkan /bayarhutang)"
Umar pun melihat kejadian itu dan amat marah, lalu berkata: "Izinkanlah aku wahai Rasulullah, biar kupenggal lehernya!" Tapi Nabi bersabda: "Aku dan kawanku sangat tidak menginginkan hal itu, wahai Umar. Suruhlah ia berperkara dengan baik dan suruhlah aku menyelesaikan dengan baik."
Kemudian beliau berpaling kepada orangYahudi dan bersabda: "Hai Yahudi, piutangmu akan dibayarkan besok.""
Contoh
kisah tentang keberanian dan ketabahan, diriwayatkan oleh Mu'adz bin Amr
katanya: Pada waktu Perang Badar kujadikan Abu Jahal sebagai sasaranku. Begitu
ada kesempatan, aku serang dia dan kupukul sehingga terpotong separuh betis
kakinya. Sementara, anaknya Ikrimah bin Abu Jahal memukulku pada
lengan hingga terputus tanganku tetapi masih menempel dengan kulit pada sisiku.
Namun peperangan membuatku tak perduli dengannya, karena aku ketika ifu
berperang sepanjang hari sambil menyeret tanganku dibelakang. Setelah terasa
sakit karenanya, kuletakkan kakiku di.atasnya ialu kutarik hingga
terputus."
Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.
Sejarah umat Islam penuh dengan tokoh-tokoh agung dan kisah-kisah menarik yang menunjukkan keutamaan dan makna yang indah.
6.
Pengajaran etiket umum.
Seperti
etiket mengucapkan salam dan meminta izin, etiket berpakaian, makan dan
nninum,etiket berbicara dan bergaul dengan orang lain. Juga diajarkan bagaimana
bergaul dengan kedua orangtua, sanak famili yang tua, kolega orangtua,
guru-gurunya, kawan-kawannya dan teman sepermainannya.
Diajarkan
pula mengatur kamamya sendiri, menjaga kebersihan rumah, menyusun alat bermain,
bagaimana bermain tanpa mengganggu orang lain dan bagaimana bertingkah laku di
masjid dan disekolahan.
Pegajaran
berbagai hal di atas dan juga lainnya pertama-tama harus bersumber kepada
Sunnah Rasulullah , lalu peri kehidupan para salaf yang shaleh, kemudian
karya tulis para pakar dalam bidang pendidikan dan tata pergaulan.
7.
Pengembangan rasa percaya diri dan tanggung jawab dalam diri anak.
Anak-anak
sekarang ini adalah pemimpin hari esok. Karena itu, harus dipersiapkan dan
dilatih mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang nantinya akan
mereka lakukan.
Hal
itu bisa direalisasikan dalam diri anak melalui pembinaan rasa percaya diri,
penghargaan jati dirinya, dan diberikan kepada anak kesempatan untuk
menyampaikan pendapatnya dan apa yang terbetik dalam pikirannya, serta
diberikan kepadanya dorongan agar mengerjakan urusannya sendiri, bahkan
ditugasi dengan pekejaan rumah tangga yang sesuai untuknya. Misalnya, disuruh
untuk membeli beberapa keperluan rumah dari warung terdekat; anak perempuan
diberi tugas mencuci piring dan gelas atau mengasuh adik. Pemberian tugas
kepada anak ini bertahap sedikit demi sedikit sehingga mereka terbiasa
mengemban tanggung jawab dan melaksanakan tugas yang sesuai bagi mereka.
Termasuk
pemberian tanggung jawab kepada anak, ia harus menanggung resiko perbuatan yang
dilakukannya. Maka diajarkan kepada anak bahwa ia bertanggung jawab atas
kesalahan yang dilakukannya serta dituntut untuk memperbaiki apa yang telah
dirusaknya dan meminta maaf atas kesalahannya.
Perhatikan
kisah berikut yang menunjukkan rasa percaya diri: Diriwayatkan oleh Al Hafizh
Ibnu Asakir, ketika Abdullah bin Az Zubair sedang bernain-main dengan
anak-anak sebayanya, lewatlah khalifah Umar bin Khattab Radhiyallahu 'Anhtr.
Maka larilah semua anak karena takut kepada beliau, kecuali Abdullah bin Az Zubair yang masih tinggal di tempat. Lalu Umar menghampirinya dan bertanya kepadanya: "Kenapa kamu tidak lari bersama teman-temanmu,nak?" Dengan berani dan tenang Abdullah menjawab: "Ya Amirul Mu'minin!
Aku bukan seorang yang bersalah sehingga harus takut, dan jalan pun tidak sempit sehingga aku harus minggir.
Maka larilah semua anak karena takut kepada beliau, kecuali Abdullah bin Az Zubair yang masih tinggal di tempat. Lalu Umar menghampirinya dan bertanya kepadanya: "Kenapa kamu tidak lari bersama teman-temanmu,nak?" Dengan berani dan tenang Abdullah menjawab: "Ya Amirul Mu'minin!
Aku bukan seorang yang bersalah sehingga harus takut, dan jalan pun tidak sempit sehingga aku harus minggir.
Seorang
anak jika terdidik untuk percaya diri akan mampu mengemban tanggung jawab yang
besar. Sebagaimana putera-putera para sahabat, mereka berusaha sungguh-sungguh
agar dapat ikut bersama para mujahidin Fisabilillah; sampai salah seorang di
antara mereka ada yang menangis karena Rasulullah belum mengizinkannya ikut
berperang bersama pasukan, tetapi karena simpati terhadapnya beliau pun mengizinkannya;
dan akhimya ia termasuk salah satu syuhada dalam peperangan itu.
Rasulullah
juga pernah mengangkat Usamah bin Zaid sebagai komandan pasukan yang di antara
anggotanya terdapat Abu Bakar dan Umar, sekalipun masih muda belia tetapi ia
orang yang tepat untuk jabatan itu. Lalu, di manakah anak-anak kita sekarang
ini yang mampu menduduki puncak yang tinggi?
MEMPERHATIKAN.
ANAK PADA MASA REMAJA
Pada
masa ini pertumbuhan jasmani anak menjadi cepat, wawasan akalnya bertambah
luas, emosinya menjadi kuat dan semakin keras, serta naluri seksualnya pun
mulaibangkit.
Masa
ini merupakan pendahuluan masa baligh.Karena itu, para pendidik perlu
memberikan perhatian terhadap masalah-masalah berikut dalam menghadapi remaja:
- Hendaknya anak, putera maupun puteri, merasa bahwa dirinya sudah dewasa karena ia sendiri menuntut supaya diperlakukan sebagai orang dewasa, bukan sebagai anak kecil lagi.
- Diajarkan kepada anak hukum-hukum akilbaligh dan diceritakan kepadanya kisah-kisah yang dapat mengembangkan dalam dirinya sikap takwa dan menjauhkan diri dari hal yang haram.
- Diberikan dorongan untuk ikut serta melaksanakan tugas-tugas rumah tangga, seperti melakukan pekerjaan yang membuatnya merasa bahwa dia sudah besar.
- Berupaya mengawasi anak dan menyibukkan waktunya dengan kegiatan yang bermanfaat serta mancarikan teman yang baik.
BEBERAPA
KESALAHAN PARA PENDIDIK
Berikut
ini sebagian kesalahan yang sering dilakukan oleh para pendidik. Semoga Allah
memberikan maunah (pertolongan)-Nya kepada kita untuk dapat menjauhinya dan
menunjukkan kita kepada kebenaran.
- Ucapan
pendidik tidak sesuai dengan perbuatan.
Ini merupakan kesalahan terpenting karena anak belajar dari orangtua beberapa hal. tetapi ternyata bertentangan dengan apa yang telah diajarkannya. Tindakan ini berpengaruh buruk terhadap mental dan perilaku anak. Allah Azza Wa Jalla mencela perbuatan ini dengan firman-Nya:
"Hai orang-orang yang beriman mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu perbuat? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan" (SurahAshShaff:2-3).
Bagaimana anak akan belajar kejujuran kalau ia mengetahui orang tuanya berdusta? Bagaimana anak akan belajar sifat amanah sementara ia melihat bapaknya menipu ? Bagaimana anak akan belajar akhlak baik bila orang sekitamya suka mengejek, berkata jelek dan berakhlak buruk?
- Kedua
orangtua tidak sepakat atas cara tertentu dalam pendidikan anak.
Kadangkala seorang anak melakukan perbuatan tertentu di hadapan kedua orangtua. tetapi akibatnya sang ibu memuji dan mendorong sedang sang bapak memperingatkan dan mengancam. Anak akhimya menjadi bingung mana yang benar dan mana yang salah di antara keduanya. Dengan pengertiannya yang masih terbatas, ia belum mampu membedakan mana yang benar dan yang salah sehingga hal itu akan mengakibatkan anak menjadi bimbang dan segala urusan tidak jelas baginya.
Sementara, kalau kedua orangtua mempunyai cara yang sama dan tidak memujukkan perbedaan ini, niscaya tidak terjadi kerancuan tersebut.
- Membiarkan
anak jadi korban televisi.
Media massa mempunyai pengaruh yang besar sekali dalam perilaku dan perbuatan anak dan media paling berbahaya adalah televisi. Hampir tidak ada rumah yang tidak mempunyai televisi. Padahal pengaruhnya demikian luas terhadap anak maupun orang dawasa, terhadap orang-orang berpengetahuan maupun yang terbatas pengetahuannya Plomery, seorang peneliti mengatakan: "Anak pada umumnya, dan kebanyakan orang dewasa, cenderung menerima.tanpa mempertanyakan segala informasi yang tampil di film-film dan kelihatan realistis. Mereka dapat mengingat materinya dengan cara yang lebih baik ... maka akal pikiran mereka menelan begitu saja nilai-nilai yang rendah itu.
Banyak pendidik yang tidak menaruh perhatian bahwa anak mereka kecanduan menonton televisi. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap akhlak dan fithrah mereka, sampai apa yang dinamakan dengan acara anak-anak punpenuh dengan pemikiran-pemikiran keji yang diperoleh anak melalui acara yang ditayangkan. Banyak film kartun yang berisi kisah cinta dan roman ... sampai diantara anjing atau binatang lainnya. Tidakkah Anda melihat bagaimana seekor kucing betina dalam acara itu - ditampilkan sangat anggun ... berdandan dengan bulu mata panjang dan mata yang bercelak indah ... serta buah dada yang montok ... berlenggak lenggok untuk menggaet hati sang kucing jantan."
Penampilan perang tanding untuk wanita, juga mabuk-mabukan merokok, mencuri, melakukan tipu muslihat, berdusta dan sifat-sifat lainnya yang tidak sopan... Tayangan ini semua menyerbu dunia anak dan menodai fithrah yang suci dengan dalih acara anak-anak".
Oleh karena itu anak-anak kita harus dilindungi dari perangkat yang merusak ini. Hal ini, tak diragukan lagi, bukan sesuatu yang mudah tetapi juga tidak mustahil, jika kita ingin menjaga akhlak putera-puteri kita dan mempersiapkan mereka untuk mengemban misi agama dan umat. Semoga Allah melimpahkan ma'unah-Nya kepada kita.
- Menyerahkan
tanggung jawab pendidikan anak kepada pembantu atau pengasuh.
Kesalahan yang amat serius danbanyak tejadi di masyarakat kita adalah fenomena kesibukan ibu dari peran utamanya merawat rumah dan anak-anak dengan hal-hal yang tentunya tak kalah penting dari pendidikan anak. Misalnya, sibuk dengan karir di luar rumah, atau sering mengadakan kunjungan, menghadiri pertemuan, atau hanya karena malas-malasan dan tidak mau menangani langsung urusan anak. Padahal ini sangat berpengaruh terhadap kejiwaan anak dan nilai-nilai yang diserapnya Sebab, "Anak kecil adalah orang pertama yang dirugikan dengan keluamya ibu dari rumah untuk berkarir. Ia akan kehiLangan kasih sayang, sebab sang ibu membiarkannya dalam perawatan wanita lain seperti pembantu, atau membawanya ke tempat pengasuhan. Dan bagaimanapun, anak akan kehilangan kasih sayang ibu. Ini berbahaya sekali terhadap kejiwaan anak dan masa depannya, karena anak berkembang tanpa kasih sayang. jika anak miskin kasih sayang, ia pun akan bertindak keras terhadap para anggota masyarakatnya, akibatnya masyarakat hidup dalam kehancuran, keretakan dan kekerasan. Teryata, orang lain tidak menaruh perhatian untuk membina anak dan mendidiknya berakhlak mulia sebagaimana yang dilakukan keluarganya. Hal ini mendatangkan mala petaka bagi anak dan masyarakat."
Terkadang pembantunya adalah orang kafir, akibatnya si anak pun terpengaruh dengan akidah yang menyimpang atau akhlak yang rusak yang didapatkan darinya.
Maka, jika kita terpaksa mengambil pembantu, usahakanlah mendapat pembantu muslimah yang baik dan usahakan tidak bersama anak kecuali sebentar saja dalam keadaan terpaksa.
- Pendidik
menampakkan kelemahannya dalam mendidik anak.
Ini banyak tejadi pada ibu-ibu dan kadangkala terjadi pada bapak-bapak. Kita dapatkan, misalnya, seorang ibu berkata: "Anak ini mengesalkan. Aku tidak sanggup. Tak tahu, apa yang kuperbuat dengannya. Padahal anak mendengarkan ucapan ini maka ia pun merasa bangga dapat mengganggu ibunya dan membandel karena dapat menunjukkan keberadaannya dengan cara itu.
- Berlebihan dalam memberi hukuman dan balsan.
- Hukuman:
Hukuman adalah sesuatu yang disyariatkan dan termasuk salah satu sarana pendidikan yang berhasil yang sesekali mungkin diperlukan pendidik.
Namun ada yang sangat berlebihan dalam menggunakan sarana ini, sehingga membuat sarana itu berbahaya dan berakibat yang sebaliknya. Seperti kits mendengar ada orangtua yang menahan anaknya beberapa jam dikamar yang gelap jika melakukan kesalahan; ada juga yang mengikat anaknya jika berbuat sesuatu hal yang mengganggunya.
Hukuman bertingkat-tingkat, mulai dari pandangan yang mempunyai arti hingga hukuman berupa pukulan. Pendidik mungkin perlu menggunakan hukuman yang lebih dari pada sekedar pandangan yang memojokkan atau kata-kata celaan bahkan mungkin terpaksa menggunakan hukuman berupa pukulan; namun ini merupakan penyelesaian akhir, tidak diperlukan kecuali jika tidak ada cara lain.
Ada beberapa kaidah dalam penggunaan hukuman berupa pukulan antara lain: - Tidak dipergunakan )rukuman ini kecuali jika tidak ada cara laIn lagi.
- Pendidik tidak balehmemukul ketika dalam keadaan marah sekali, karena dikhawatirkan akan membahayakan anak.
- Tidak memukul pads bagian-bagian yang menyakitkan, seperti: wajah, kepala dan dada.
- Pukulan pada tahap-tahap pertama hukuman tidak keras dan tidak menyakitkan serta tidak boleh lebih dari tiga kali pukulan, kecuali bila terpaksa dan tidak melebihi sepuluh kali pukulan.
- Tidak boleh dipukul anak yang berumur di bawah sepuluh tahun.
- Jika kesalahan anak baru pertama kali ia diberi kesempatan bertobat dan minta maaf atas perbuatannya. Juga dibuat supaya ada penengah yang kelihatannya mengusahakan pemaafan baginya setelah berjanji tidak mengulangi.
- Hendaklah pendidik sendiri yangmemukul anak, tidak menyerahkannya kepada salah satu saudara atau temannya karena ini dapat menimbulkan kebarian dan kedengkiannya terhadap anak lain yang ikut menghukumnya.
- Jika
anak menginjak usia dewasa dan pendidik berpendapat bahwa
sepuluh kali pukulan tidak cukupmembuat jera anak, maka pendidik boleh
menambahnya.
- Berusaha
mengekang anak secara berlebihan.
Yaitu tidak diberi kesempatan bermain bercanda dan bergerak ini bertentangan dengan tabiat anak dan bisa membahayakan kesehatannya, karena permainan penting bagi pertumbuhan anak dengan baik. "Permainan di tempat yang bebas dan luas termasuk faktor terpenting yang membantu pertumbuhan jasmani anak dan menjaga kesehatannya·"
Maka orangtua seyogianya tidak mencegah anak-anak yang sedang asyik bermain pasir ketika wisata ke tepi pantai atau di tengah padang pasir. Karena itu merupakan waktu bersenang-senang dan bermain, bukan waktu berdisiplin. Tidak ada waktu kebebasan bergerak bagi anak-anak kecuali dalam kesempatan wisata yang bebas seperti ini. Maka sekali-kali mereka harus dibiarkan.
- Mendidik
anak tidak percaya diri dan merendahkan pribadinya.
Sayang ini banyak tejadi di kalangan bapak-bapak; padahal ini berpengaruh jelek terhadap masa depan anak dan pandangannya pada kehidupan. Karena anak yang terdidik rendah pribadi dan tidak percaya diri akan tumbuh menjadi penakut lemah dan tidak mampu menghadapi beban dan tantangan hidup, bahkan setelah dawasa.
Karena itu, seyogianya kita mempersiapkan anak-anak kita untuk dapat mekksanakan tugas-tugas dien dan dunia. Dan hal ini tidak tercapai kecuali dengan mendidik mereka memiliki rasa percaya dan harga diri namun tidak sombong dan takabur; serta senantiasa mengupayakan agar anak dikenalkan kepada hal-hal yang bernilai tinggi dan dijauhkan dari hal-hal yang bernilai rendah.
Sebagai contoh:
Pada masa pemerintahan Hisyam bin Abdul Malik terjadi kekeringan di daerah Badui maka berdatanganlah penduduk berbagai suku kepada Hisyam dan berkunjung kepadanya. Di antara mereka terdapat Dirwas bin Habib, usianya baru 14 tahun.
Mereka pun bertahan diri dan membuat Hisyam takut. Berkatalah Hisyam kepada penjaganya:
"Siapapun dibiarkan menghadap kepadaku, bahkan hingga anak-anak?". Dirwas menyadari bahwa dirinya yang dimaksud, maka iaberkata:"Ya Amirul Mu'minin! Sungguh kunjunganku tidak bemtaksud merendahkan baginda sedikitpun tapi untuk memberikan kehormatan bagiku. Dan orang-orang ini datang untuk suatu keperluan yang membuat mereka bertahan karenanya. Ucapan adalah pengungkapan dan diam adalah penyembunyian. Ucapan tidak dapat dikenal kecuali dengan diungkapkan·" Merasa kagum dengan ucapannya lalu berkatalah Hisyam:
"Bagus, ungkapkanlah!" Kata Dirwas: "Ya Amirul Mu'minin! Kami telah ditimpa tiga kali paceklik:
pertama, mencairkan lemak; kedua, memakan daging: dan ketiga, mengeluarkan sumsum tulang.
Sedang di tangan baginda ada kelebihan harta kekayaan. Jika itu milik Allah bagikanlah kepada hamba-hamba Allah yang berhak. Tetapi jika milik hamba-hamba Allah, maka kenapa baginda tahan?
Dan jika hak milik baginda maka sedekahkanlah kepada mereka, karena sesungguhnya Allah memberikan pahala kepada orang-orang yang bersedekah dan tidak melalaikan balasan orang-orang yang berbuat baik. Ketahuilah, Amirul Mu'minin!
Kedudukan pemimpin dari rakyat ibarat ruh pada jasad, tidak ada kehidupan bagi jasad kecuali dengannya." Kata Hisyam: "Anak ini tidak memberi sedikitpun alasan dalam salah satu dari ketiga hal tersebut." Kemudian ia perintahkan untuk membagikan kepada orang-orang Badui 100.000 dirham dan kepada Dirwas 100.000 dirham. Maka Dirwas berkata: "Ya AmirulMu'minin! Berikanlah sejumlah uang ini kembali kepada orang-orang Baduiku, karena aku tak mau jikap pemberian yang telah diperintahkan Amirul Mu'minin tadi tidak dapat memenuhi hajat mereka." Hisyam bertanya:
"Mengapa kamu tidak menyebutkan hajat pribadimu?" Jawabnya: "Aku tidak punya hajat selain hajat semua kaum Muslimin." Perhatikan rasa percaya anak muda ini pada dirinya dan keberaniannya dalam kebenaran.
PENUTUP
Firman
Allah Ta'ala:
"
Dan Tuhanmu berfirman: "Berdo'alah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan
bagimu ….(Surah Al Mu'min: 60)
"
Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah)
bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdo'a
apabila ia memohon kepada-Ku….." (Surah Al-Baqarah : 186).
Diriwayatkan
dari An Nu'man bin Basyir Radhiyallahu 'Anhu bahwa Nabi bersabda:
"Do'a
adalah ibadah"
Doa
mempunyai peranan yang penting sekali dalam pendidikan anak, bahkan dalam
seluruh urusan kehidupan, dan hanya Allah'Azza wa Jalla yang memberikan taufik
dan hidayah.Seorang muslim mungkin telah berusaha maksimal dalam upaya
mendidik anaknya agar menjadi orang shaleh tetapi tidak berhasil. Sebaliknya,
ada anak yang menjadi orang shaleh sekalipun terdidik di tengah
lingkungan yang menyimpang dan jelek; bahkan mungkin
dibesarkan tanpa mendapat perhatian pendidikan dari kedua orangtua
jadi, petunjuk itu semata-mata dari Allah. Dialah yang berfirman:
"
Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu
kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya…"(
Al-Qashash : 56).
Maka
kita semua tidak boleh melupakan aspek ini dan wajib memohon dan berdo'a kepada
Allah semoga berkenan menjadikan kita dan anak keturunan kita orang-orang yang
shaleh, hanya Dialah yang memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.
Website “Yayasan Al-Sofwa”
Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
www.alsofwah.or.id ; E-mail: info@alsofwah.or.id
Jl. Raya Lenteng Agung Barat, No.35 Jagakarsa, Jakarta - Selatan (12610)
Telpon: (021)-788363-27 , Fax:(021)-788363-26
www.alsofwah.or.id ; E-mail: info@alsofwah.or.id