Ada CINTA diantara cinta II


Perjalanan disore hari yang berkesan…
Sudah lama Afra tidak mengunjungi rumah neneknya di sudut kota Karawang. Hari ini adalah waktu yang tepat untuk bersilaturahmi kerumah nenek. Setelah menyelesaikan tugas-tugas kuliah di pertengahan semester. Akhirnya liburan seminggu dapat dipergunakan untuk bersilaturahmi.
Dua jam perjalanan dari Jakarta ke  Karawang. Cukup melelahkan.
Dari depan GOR Karawang Afra harus menggunakan becak untuk mencapai rumah neneknya yang terletak di diantara gang-gang kecil disudut kota lumbung padi itu. Setelah turun dari becak, Afra harus berjalan lagi sekitar 100 meter menuju rumah neneknya. Ada pemandangan  mengesankan yang dilihat Afra dari jarak langkahnya menuju rumah nenek. Seorang pemuda sedang mengajar mengaji di sebuah mushalla kecil dengan tiang-tiang kecil, tanpa jendela . Sehingga aktivitas didalam musholla terlihat jelas oleh Afra. Sejenak langkahnya berhenti, memperhatikan dengan seksama aktivitas mereka. Dia berdecak kagum dengan apa yang dilihatnya. Anak-anak yang berusia sekitar 8 sampai 15 tahun yang berjumlah kira-kita 15 orang sedang asik dengan kegiatannya. Satu anak membaca Al-Qur’an, di bimbing seorang Ustadz muda dan anak yang lain menyimak dengan khusyuk. Bacaan si anak itu masih terbata-bata, tapi sang Ustadz muda terlihat begitu sabar membantu dia mengeja dan sesekali memberikan motivasi dengan bahasanya yang lembut.
Subhanallah…lirih Afra diujung bibirnya. Pikirannya melayang entah kemana, seperti ada setetes embun yang sejuk mendarat didasar bebatuan hatinya.
Siapa pemuda itu? Terakhir 2 bulan yang lalu aku kesini belum ada aktivitas pengajian dimusholla kecil itu, bahkan musholla itu seperti tak terurus. Tanya afra dalam hati, sambil melanjutkan langkahnya menuju rumah nenek.
“ Assalamu’alaikum…” sapa Afra sambil mengetuk pintu. Seseorang terdengar melangkah menuju pintu.
“Wa’laikumsalam..” jawab seorang wanita tua sambil membukakan pintu untuk Afra.
Dengan penuh rindu dipeluknya sang nenek . Wanita tua ini tinggal sendiri di gubuk sederhananya. Suaminya telah lama meninggal, dan dia hanya mengenal Afra sebagai cucunya. Padahal Afra bukanlah cucu kandungnya, Afra hanya dipertemukan oleh ayahnya beberapa tahun yang lalu sebagai cucu angkatnya. Tapi Afra sendiri sudah menganggap Nek Siti, begitulah panggilan akrab si Wanita tua itu, sebagai neneknya sendiri. Karena Afra memang tidak memiliki saudara ditempat perantauannya sekarang. Kedua orantuanya tinggal jauh diseberang Sumatra. Setiap bulan Afra selalu rutin menjenguk Nek Siti, agar Nek Siti tidak kesepian dan merasa masih ada yang memperhatikan dirinya.
Ketika mereka sedang asik dalam obrolan, tiba-tiba terdengar seseorang mengetuk pintu. Nek siti bangun dari duduknya dan segera melangkah menuju pintu.
“ Eeeh..Nak Rifat, silahkan masuk Nak!. “ Sapa Nek Siti setelah membukakan pintu.
Rifat? Afra mengerutkan kening.
Hah?dia kan ustadz muda yang mengajar mengaji di musholla tadi. Afra kaget dengan kedatangan Ustadz muda itu kerumah Nek Siti.
“ Nak Rifat kenalkan ini cucu Nenek dari Jakarta! “ Nek Siti memperkenalkan Afra pada Rifat. Pemuda yang sempat membuat Afra kagum dengannya.
Rifat menangkupkan kedua telapak tangan kearah Afra sambil menyebut namanya. Begitu juga Afra.
“Yang tadi berdiri di depan musholla ya?.” Tanya Rifat mencoba akrab.
Hek. Afra terhenyak kaget.
Jadi, tadi rifat melihatku memperhatikan aktivitasnya di musholla.
“Euu…iya….tadi saya sempat memperhatikan aktivitas anak-anak yang mengaji di musholla.” Akui Afra dengan sedikit tergagap. Malu.
“Silahkan duduk Nak Rifat !.” Suara Nek Siti mencairkan suasana tegang diwajah Afra.
“ Terima kasih Nek, saya cuma ingin memberikan ini, tidak bisa lama-lama karena ada keperluan lain, tadi sekalian lewat jadi mampir sebentar kesini. “ jelas Rifat sambil memberikan sebungkus sembako kepada Nek Siti.
Nek siti menyampi pemberian Rifat diiringi ucapan terimakasih. Dan Rifat pun berpamitan pada Nek Siti dan Afra. Setiap minggu Rifat memang rutin singgah di gubuk Nek Siti, mengantarkan sembako. Cerita Nek Siti pada Afra.
Afra masih diam dalam ketidakpercayaan pada taqdir yang mempertemukannya dengan Ustadz muda yang mengagumkan itu.
Setelah pertemuan sore itu dengan Rifat. Kesederhanaan, kesopanan, dan keilmuannya yang mengagumkan dihati Afra. Serta kebaikan-kebaikan Rifat yang diceritakan Nek Siti membuat Afra terus beristighfar berulang kali, ketika sosok Rifat kerap hadir dalam lamunannya.
Ya..Rabb, kekarkan hati ini pada mengingatMu. Bukan pada makhlukmu. Aku sangat paham, ini adalah ujian hati untukku…
Sebait doa ini selalu terlantun dalam bentangan sajadahnya. Dia akui bahwa setetes embun yang berdenting di bebatuan hatinya telah sedikit demi sedikit membuat lumbung air dihatinya.
Apakah ini cinta yang hadir karena-Mu ya Rabb. Cinta pada hamba yang mencintai-Mu?. Ah…tidak ada cinta yang halal sebelum ada ikrar cinta dihadapan-Nya dalam sebuah ikatan. Bathin Afra bergejolak.
Setiap hari afra masih saja menerima kiriman SMS dari Faris, selalu tepat pukul 21. 00. Setiap ahad pagi pun Afra pasti bertemu dengan Faris ketika mengajar anak-anak jalanan di Jakarta. Tapi Afra berusaha bersikap sewajarnya, berusaha menjaga jarak.  Antara dia dan Faris adalah teman dalam batas-batas aturan Islam yang harus dijaga.
Saat ini Afra pun sedang sibuk menetralkan hati karena perasaannya pada Rifat yang semakin hari kian mengganggu. Ketika Afra berkunjung kembali kerumah nenek beberapa kali di bulan berikutnya. Tidak bisa dihindari Afra pasti melewati musholla di jalan menuju rumah nenek, dan tidak dapat dihindari pula sosok Rifat ada dalam aktivitas di musholla itu. Walau mereka tidak pernah menyapa setelah pertemuan sekali dirumah nenek. Tapi tatapan Rifat yang sesekali bertemu dengan Afra ketika tanpa sengaja Afra melewati dan mengalihkan pandangannya kearah musholla, membuat ada sesuatu yang berbeda dari suasana yang lalu.
Setiap berkunjung kerumah Nek Siti, Nek Siti pun selalu bercerita tentang Rifat. Rifat adalah seorang pemuda yang santun, dia baru pindah dari Bandung, bersama keluarganya tinggal di Karawang. Dia baru saja menyelesaikan Studi kedokterannya di Bandung dan sekarang bekerja sebagai Dokter di sebuah Rumah Sakit Umum di Karawang. Dia aktif mengajar di musholla kecil itu karena dia prihatin dengan keseharian anak-anak dalam pergaulan, banyak diantara mereka yang tidak dibekali pengetahuan agama oleh keluarganya. Karena jiwa sosialnya yang tinggi Rifat membuat sebuah kegiatan rutin mengajarkan anak-anak disekitar tempat tinggalnya mengaji dan memberikan mereka ilmu pengetahuan tentang agama Islam.
Suatu hari setelah beberapa kali Afra secara tak sengaja bertemu tatap dengan Rifat yang sedang mengajar di musholla. Afra dikagetkan dengan sebuah pesan singkat dari nomor dengan tanpa nama si Pengirim.
>> “ Assalamu’alaikum…maaf sebelumnya jika menggangu dan tidak sopan dengan datangnya SMS saya ini. Saya sengaja meminta no. Afra kepada Nek siti. Setelah beberapa pekan ini ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya, setelah pertemuan  hari itu di rumah Nek Siti. Afra, saya sudah meminta izin pada Nek siti ingin lebih mengenal Afra. Apakah Afra keberatan?” setelah membaca  isi pesan itu, Afra dapat menebak bahwa si Pengirim pesan adalah Rifat.
Afra hanya termangu dalam diamnya. Beristighfar…
Apakah ini sebuah lanjutan ujian hati ataukah sebuah kebahagiaan yang mengakhiri ujian-Mu ya Rabb?. Bisik Afra dalam bathinnya.
Telah berusaha Ia menata hati akan perasaannya pada Rifat yang mulai tumbuh. Tiba-tiba datang SMS dari Rifat yang seolah-olah menjadi jembatan atas perasaannya yang selama ini kehilangan arah. Namun,  Ia teringat sesuatu…bibirnya kembali mengucap istighfar.
<<“Wa’alaikumsalam…oh Kak Rifat, apa kabar? Masih aktif mengajar di musholla?” Afra membalas SMS Rifat balik bertanya, mengalihkan keseriusan yang ditunjukkan Rifat dalam isi SMSnya pada Afra.
Afra berusaha meyakinkan hatinya.
 Ini ujian. Aku harus menahan diri. Fokus..fokus pada kuliah dulu, sebentar lagi aku harus kembali ke rumahku. Di sana sudah menunggu seseorang yang mencintaiku dengan cara yang lebih baik. Apresiasi cinta yang ditunjukkan dalam batas-batas peraturan cinta-Nya. Seseorang yang tidak pernah berusaha mengoyahkan imanku, tapi justru mengokohkan cintaku dijalan-Nya. Yah..disana di sebrang sana…
>> “Alhamdulillah baik Afra, dan aktifitas anak-anak yang mengaji pun seperti biasa. Malah bertambah ramai yang mau ikut mengaji di musholla”.
<< “Alhamdulillah,selalu semangat ya Kak mengamalkan ilmu dijalan Allah, semoga Allah membalas membalas kebaikan Kakak. Hhmm… Kak Rifat salam untuk Nek Siti ya, mungkin untuk dua bulan kedepan, Afra untuk  yang terakhir kalinya mengunjungi Nek Siti dan kota karawang.”
>> “Aamiin, terimakasih afra. lho..kenapa afra bilang yang terakhir?”. Tanya Rifat penasaran dalam SMSnya.
Afra menghela nafas.
<< “Nanti kakak akan tahu jika Afra sudah berkunjung kesana.” Afra berharap ini balasan SMS terakhirnya untuk Rifat.
>> “Baiklah Afra, jika kamu tidak ingin memberitahukan alasannya sekarang pada Kakak.”
Komunikasi mereka disudahi sampai disini.


 Bersambung...Insya Allah. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar