Perjalanan disore hari yang
berkesan…
Sudah lama Afra tidak mengunjungi rumah neneknya di sudut kota Karawang. Hari ini adalah waktu yang tepat untuk bersilaturahmi kerumah nenek.
Setelah menyelesaikan tugas-tugas kuliah di pertengahan semester. Akhirnya
liburan seminggu dapat dipergunakan untuk bersilaturahmi.
Dua jam perjalanan dari
Jakarta ke Karawang. Cukup melelahkan.
Dari depan GOR Karawang Afra harus menggunakan becak untuk mencapai
rumah neneknya yang terletak di diantara gang-gang kecil disudut kota lumbung
padi itu. Setelah turun dari becak, Afra harus berjalan lagi sekitar 100 meter
menuju rumah neneknya. Ada pemandangan
mengesankan yang dilihat Afra dari jarak langkahnya menuju rumah nenek.
Seorang pemuda sedang mengajar mengaji di sebuah mushalla kecil dengan
tiang-tiang kecil, tanpa jendela . Sehingga aktivitas didalam musholla terlihat
jelas oleh Afra. Sejenak langkahnya berhenti, memperhatikan dengan seksama
aktivitas mereka. Dia berdecak kagum dengan apa yang dilihatnya. Anak-anak yang
berusia sekitar 8 sampai 15 tahun yang berjumlah kira-kita 15 orang sedang asik
dengan kegiatannya. Satu anak membaca Al-Qur’an, di bimbing seorang Ustadz muda
dan anak yang lain menyimak dengan khusyuk. Bacaan si anak itu masih
terbata-bata, tapi sang Ustadz muda terlihat begitu sabar membantu dia mengeja
dan sesekali memberikan motivasi dengan bahasanya yang lembut.
Subhanallah…lirih Afra diujung bibirnya. Pikirannya
melayang entah kemana, seperti ada setetes embun yang sejuk mendarat didasar
bebatuan hatinya.
Siapa pemuda itu? Terakhir 2
bulan yang lalu aku kesini belum ada aktivitas pengajian dimusholla kecil itu,
bahkan musholla itu seperti tak terurus. Tanya afra dalam hati, sambil melanjutkan langkahnya menuju rumah
nenek.
“ Assalamu’alaikum…” sapa Afra sambil mengetuk pintu. Seseorang
terdengar melangkah menuju pintu.
“Wa’laikumsalam..” jawab seorang wanita tua sambil membukakan pintu
untuk Afra.
Dengan penuh rindu dipeluknya sang nenek . Wanita tua ini tinggal
sendiri di gubuk sederhananya. Suaminya telah lama meninggal, dan dia hanya
mengenal Afra sebagai cucunya. Padahal Afra bukanlah cucu kandungnya, Afra
hanya dipertemukan oleh ayahnya beberapa tahun yang lalu sebagai cucu
angkatnya. Tapi Afra sendiri sudah menganggap Nek Siti, begitulah panggilan
akrab si Wanita tua itu, sebagai neneknya sendiri. Karena Afra memang tidak
memiliki saudara ditempat perantauannya sekarang. Kedua orantuanya tinggal jauh
diseberang Sumatra. Setiap bulan Afra selalu rutin menjenguk Nek Siti, agar Nek
Siti tidak kesepian dan merasa masih ada yang memperhatikan dirinya.
Ketika mereka sedang asik dalam obrolan, tiba-tiba terdengar
seseorang mengetuk pintu. Nek siti bangun dari duduknya dan segera melangkah
menuju pintu.
“ Eeeh..Nak Rifat, silahkan masuk Nak!. “ Sapa Nek Siti setelah
membukakan pintu.
Rifat? Afra mengerutkan kening.
Hah?dia kan ustadz muda yang
mengajar mengaji di musholla tadi. Afra
kaget dengan kedatangan Ustadz muda itu kerumah Nek Siti.
“ Nak Rifat kenalkan ini cucu Nenek dari Jakarta! “ Nek Siti
memperkenalkan Afra pada Rifat. Pemuda yang sempat membuat Afra kagum
dengannya.
Rifat menangkupkan kedua telapak tangan kearah Afra sambil menyebut
namanya. Begitu juga Afra.
“Yang tadi berdiri di depan musholla ya?.” Tanya Rifat mencoba
akrab.
Hek. Afra terhenyak kaget.
Jadi, tadi rifat melihatku
memperhatikan aktivitasnya di musholla.
“Euu…iya….tadi saya sempat memperhatikan aktivitas anak-anak yang
mengaji di musholla.” Akui Afra dengan sedikit tergagap. Malu.
“Silahkan duduk Nak Rifat !.” Suara Nek Siti mencairkan suasana
tegang diwajah Afra.
“ Terima kasih Nek, saya cuma ingin memberikan ini, tidak bisa
lama-lama karena ada keperluan lain, tadi sekalian lewat jadi mampir sebentar
kesini. “ jelas Rifat sambil memberikan sebungkus sembako kepada Nek Siti.
Nek siti menyampi pemberian Rifat diiringi
ucapan terimakasih. Dan Rifat pun berpamitan pada Nek Siti dan Afra. Setiap
minggu Rifat memang rutin singgah di gubuk Nek Siti, mengantarkan sembako. Cerita
Nek Siti pada Afra.
Afra masih diam dalam ketidakpercayaan pada taqdir yang
mempertemukannya dengan Ustadz muda yang mengagumkan itu.
Setelah pertemuan sore itu dengan Rifat. Kesederhanaan, kesopanan,
dan keilmuannya yang mengagumkan dihati Afra. Serta kebaikan-kebaikan Rifat
yang diceritakan Nek Siti membuat Afra terus beristighfar berulang kali, ketika
sosok Rifat kerap hadir dalam lamunannya.
Ya..Rabb, kekarkan hati ini
pada mengingatMu. Bukan pada makhlukmu. Aku sangat paham, ini adalah ujian hati
untukku…
Sebait doa ini selalu terlantun dalam bentangan sajadahnya. Dia
akui bahwa setetes embun yang berdenting di bebatuan hatinya telah sedikit demi
sedikit membuat lumbung air dihatinya.
Apakah ini cinta yang hadir
karena-Mu ya Rabb. Cinta pada hamba yang mencintai-Mu?. Ah…tidak ada cinta yang
halal sebelum ada ikrar cinta dihadapan-Nya dalam sebuah ikatan. Bathin Afra bergejolak.
Setiap hari afra masih saja menerima kiriman SMS dari Faris, selalu
tepat pukul 21. 00. Setiap ahad pagi pun Afra pasti bertemu dengan Faris ketika
mengajar anak-anak jalanan di Jakarta. Tapi Afra berusaha bersikap sewajarnya,
berusaha menjaga jarak. Antara dia dan
Faris adalah teman dalam batas-batas aturan Islam yang harus dijaga.
Saat ini Afra pun sedang sibuk menetralkan hati karena perasaannya
pada Rifat yang semakin hari kian mengganggu. Ketika Afra berkunjung kembali
kerumah nenek beberapa kali di bulan berikutnya. Tidak bisa dihindari Afra
pasti melewati musholla di jalan menuju rumah nenek, dan tidak dapat dihindari
pula sosok Rifat ada dalam aktivitas di musholla itu. Walau mereka tidak pernah
menyapa setelah pertemuan sekali dirumah nenek. Tapi tatapan Rifat yang
sesekali bertemu dengan Afra ketika tanpa sengaja Afra melewati dan mengalihkan
pandangannya kearah musholla, membuat ada sesuatu yang berbeda dari suasana
yang lalu.
Setiap berkunjung kerumah Nek Siti, Nek Siti pun selalu bercerita
tentang Rifat. Rifat adalah seorang pemuda yang santun, dia baru pindah dari Bandung,
bersama keluarganya tinggal di Karawang. Dia baru saja menyelesaikan Studi
kedokterannya di Bandung dan sekarang bekerja sebagai Dokter di sebuah Rumah
Sakit Umum di Karawang. Dia aktif mengajar di musholla kecil itu karena dia
prihatin dengan keseharian anak-anak dalam pergaulan, banyak diantara mereka
yang tidak dibekali pengetahuan agama oleh keluarganya. Karena jiwa sosialnya
yang tinggi Rifat membuat sebuah kegiatan rutin mengajarkan anak-anak disekitar
tempat tinggalnya mengaji dan memberikan mereka ilmu pengetahuan tentang agama
Islam.
Suatu hari setelah beberapa kali Afra secara tak sengaja bertemu
tatap dengan Rifat yang sedang mengajar di musholla. Afra dikagetkan dengan
sebuah pesan singkat dari nomor dengan tanpa nama si Pengirim.
>> “ Assalamu’alaikum…maaf sebelumnya jika menggangu dan tidak
sopan dengan datangnya SMS saya ini. Saya sengaja meminta no. Afra kepada Nek
siti. Setelah beberapa pekan ini ada sesuatu yang mengganggu pikiran saya,
setelah pertemuan hari itu di rumah Nek
Siti. Afra, saya sudah meminta izin pada Nek siti ingin lebih mengenal Afra.
Apakah Afra keberatan?” setelah membaca
isi pesan itu, Afra dapat menebak bahwa si Pengirim pesan adalah Rifat.
Afra hanya termangu dalam diamnya. Beristighfar…
Apakah ini sebuah lanjutan
ujian hati ataukah sebuah kebahagiaan yang mengakhiri ujian-Mu ya Rabb?. Bisik Afra dalam bathinnya.
Telah berusaha Ia menata hati akan perasaannya pada Rifat yang mulai
tumbuh. Tiba-tiba datang SMS dari Rifat yang seolah-olah menjadi jembatan atas
perasaannya yang selama ini kehilangan arah. Namun, Ia teringat sesuatu…bibirnya kembali mengucap
istighfar.
<<“Wa’alaikumsalam…oh Kak Rifat, apa kabar? Masih aktif
mengajar di musholla?” Afra membalas SMS Rifat balik bertanya, mengalihkan
keseriusan yang ditunjukkan Rifat dalam isi SMSnya pada Afra.
Afra berusaha meyakinkan hatinya.
Ini ujian. Aku harus menahan diri. Fokus..fokus pada kuliah dulu,
sebentar lagi aku harus kembali ke rumahku. Di sana sudah menunggu seseorang
yang mencintaiku dengan cara yang lebih baik. Apresiasi cinta yang ditunjukkan
dalam batas-batas peraturan cinta-Nya. Seseorang yang tidak pernah berusaha
mengoyahkan imanku, tapi justru mengokohkan cintaku dijalan-Nya. Yah..disana di
sebrang sana…
>> “Alhamdulillah baik Afra, dan aktifitas anak-anak yang
mengaji pun seperti biasa. Malah bertambah ramai yang mau ikut mengaji di
musholla”.
<< “Alhamdulillah,selalu semangat ya Kak mengamalkan ilmu
dijalan Allah, semoga Allah membalas membalas kebaikan Kakak. Hhmm… Kak Rifat
salam untuk Nek Siti ya, mungkin untuk dua bulan kedepan, Afra untuk yang terakhir kalinya mengunjungi Nek Siti
dan kota karawang.”
>> “Aamiin, terimakasih afra. lho..kenapa afra bilang yang
terakhir?”. Tanya Rifat penasaran dalam SMSnya.
Afra menghela nafas.
<< “Nanti kakak akan tahu jika Afra sudah berkunjung kesana.”
Afra berharap ini balasan SMS terakhirnya untuk Rifat.
>> “Baiklah Afra, jika kamu tidak ingin memberitahukan
alasannya sekarang pada Kakak.”
Komunikasi mereka disudahi sampai disini.
Bersambung...Insya Allah. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar