Rintik-rintik hujan mengiringi langkah Afra menuju Bandara
Soekarno-Hatta. Diantar oleh Jihan dan Aina, sahabat karibnya. Hari ini adalah
hari terakhir dia bertemu mereka, setelah sempat beberapa hari menyelesaikan
urusannya di tempat kerja, Afra memutuskan untuk resign sebagai pengajar tetap di sebuah sekolah swasta, karena
keputusannya setelah lulus kuliah akan pulang mengapdikan diri dikampung
halamannya. Dan Afra juga sudah berpamitan dengan anak-anak jalanan binaannya
selama dia dalam perantauan. Tidak ada Faris saat itu. Mereka sangat sedih
dengan perpisahan itu, tapi itu telah menjadi keputusan mutlak yang Afra ambil
setelah istikhoroh panjangnya selama ini. Perpisahan yang sangat berat adalah
ketika dia harus berpamitan pada Nek Siti. Entah kapan dia akan mengunjungi Nek
Siti lagi. Afra tidak mampu mengucapkan janji pada Nek Siti akan kehadirannya
kembali digubuk sederhana itu, berhubung jarak dari tempat tinggal Afra dengan
rumah Nek Siti nanti sangatlah jauh, harus melewati Selat sunda dan jalan-jalan
panjang dipulau Sumatra. Air matanya tak dapat terbendung hingga kepulangannya
dari rumah Nek Siti, wajah Rifat pun menunjukkan kekecewaan atas kepergian
Afra. Rifat saat itu sengaja hadir dirumah Nek siti, setelah SMS balasan dari
Afra membuatnya penasaran. Baru saja ia ingin mengenal Afra, mungkin bukan
hanya sebagai teman tapi lebih dari itu. Namun, dia harus mengubur harapannya
bersama dengan kepergian afra.
“ Setelah dikampung, jangan lupa sering hubungi kita yah?, kita
pasti bakalan kangen banget sama kamu Afra”. Suara Jihan menghentikan tatapan
kosong Afra yang sedari tadi asik menghitung tetesan hujan yang mendarat di
kaca jendela Taxi yang membawa mereka
menuju Bandara. “ Iya..pokoknya kamu harus hadir diacara walimahan Kak Jihan 2 bulan lagi” tambah Aina sambil
mengedipkan mata kearah Jihan.
Dengan wajah sedih Afra menanggapi pembicaraan
mereka berdua.
“ Maaf banget Kak Jihan, sepertinya Afra nggak bisa hadir diacara
walimahan Kakak, kan Afra juga sedang sibuk mempersiapkan acara di bulan Maret,
selisih satu bulan dari acara Kakak” jawabnya
lesu.
“Hehehehe….tenang aja Afra, nggak apa-apa koq,
Kak Jihan ngerti keadaan kamu. Apalagi jarak tempat tinggal kamu nanti bakalan jauh banget dari Kakak. Saling
mendoakan saja semoga acara kakak dan acara walimahanmu lancar dan barokah “.
“ Aamiiiinnnn….” Ujar mereka serentak.
“ Aamiiiinnnn….” Ujar mereka serentak.
“Akhirnya kedua sahabatku ini akan menuju ke kehidupan yang baru,
hhhmmm…ga nyangka, kalau Ustadz Fatih ternyata ta’aruf sama Kak Jihan. Dosen ku yang satu itu nggak memang nggak salah
pilih akhwat.” Goda Aina pada Jihan.
Yang ternyata berta’aruf dengan Dosen Aina. Yang dulu sempat ingin berta’aruf
dengannya. Pada kesempatan yang tak terduga Aina meminta bantuan sahabat
dikampusnya untuk menta’arufkan Jihan
dengan Ustadz Fatih setelah Jihan wisuda. Dan Alhamdulillah memang niat Ustadz
Fatih dan Jihan sendiri sudah mantab ingin membina keluarga, akhirnya mereka
menemukan kecocokan satu samalain. Semua sudah menjadi skenario Allah.
Mereka terbawa dalam suasana sedih dan bahagia seiring mobil Taxi
yang terus meluncur menembus rinai hujan membawa mereka menuju bandara.
***
SMS dari Faris kembali bertengger dilayar ponsel Afra. Seperti
malam-malam yang lalu, serentetan kalimat itu terangkai indah.singkat namun
penuh makna.
>> “ Cinta dapat
membuatmu bahagia, tapi sering kali menyakitkan. Tapi, cinta menjadi istimewa
bila kau berikan kepada yang memang pantas menerimanya. Karena itu, janganlah
terburu-buru, pilihlah yang paling baik” begitulah isi SMS dari Faris.
Afra hanya menyunggingkan senyum dibibirnya. Kali ini tanpa berpikir
lama. Dengan segera dia menitah jemarinya untuk membalas SMS dari Faris, untuk
yang pertama dan mungkin yang terakhir dari SMS-SMS pukul 21.00 ,yang selama
ini di terima Afra.
Ini saatnya Faris aku akan membalas SMS mu. Entah bagaimana
perasaanmu padaku. Malam ini kau harus tahu…
<< “ Wa’alaikumsalaam…Faris
sebelumnya aku ucapkan terima kasih atas SMS-SMS mu selama ini, memang benar
cinta akan menjadi istimewa jika kita memberikannya pada orang yang memang
pantas untuk menerimanya, dan puji syukur aku panjatkan atas cinta-Nya padaku.
Dia telah pilihkan orang yang pantas untukku melabuhkan cinta yang selama ini
kuberusaha untuk menjaganya. Mohon doanya..semoga cinta kami terbingkai indah
dalam menggapai Rahmat-Nya. Sebelum aku menyelesaikan kuliah di Jakarta
seseorang telah menghitbahku Faris, dan akhir
bulan ini kami akan melaksanakan akad nikah. “Balas Afra. Lega.
Faris diseberang pulau jawa sana hanya termangu menatap deretan
kalimat dalam SMS yang dikirim Afra. Tidak bisa berkata-kata. Seperti ada
segumpalan salju menubruk dadanya. Sesak. Faris berusaha menarik nafas sedalam-dalamnya
, mungkin ini adalah cara yang tepat untuk menata kembali bangunan setengah
pondasi didalam hatinya ,yang tiba-tiba runtuh menjadi puing-puing tak berarti.
Mencoba mengukir senyum keikhlasan. Keikhlasan yang dipaksa. jemarinya mulai mengetik beberapa kalimat sebagai balasan SMS
untuk Afra.
…..manusia hanya menginginkan..berharap..tapi Allah yang mutlak
memiliki ketetapan. Bisik
Faris dalam hati mencoba menenangkan dirinya.
>> “oh…Barakallahu ya
Afra, semoga menjadi keluarga Sakinah. maaf, hanya bisa mengirimkan sebait kado
doa…tidak dapat hadir di hari yang
berbahagia. J .“. balas Faris.
Afra mengamiinkan dalam hati.
“ Tidak apa-apa faris. Terima
kasih atas semuanya. Tetap semangat ya….menjadi pendidik yang baik untuk
anak-anak jalanan yang ada dalam binaanmu sekarang “
Seminggu lagi setelah
kepulangannya saat ini ke kampung halaman, Afra akan melangsungkan pernikahan
dengan salah seorang Ustadz yang mengajar di sebuah Pondok Pesantren
dikampungnya. Teuku Khalilullah namanya. Lima
bulan yang lalu sebelum Afra menyelesaikan kuliahnya di Jakarta, Afra
mendapat kabar dari keluarganya bahwa keluarga dari pihak Khalil ingin
meminangnya menjadi menantu dalam keluarga mereka. Afra sendiri sudah sangat
mengenal Khalil, walaupun hanya lewat
cerita keluarganya. Sosok Khalil yang
santun sudah tidak asing dimatanya. Dia adalah kakak kelas Afra waktu SMA
dulu. Khalil menyelesaikan Studi nya
dibidang Hukum Syari’ah dan mengajar di Pondok Pesantren. Sudah lama ternyata
dia menaruh hati pada Afra, maka setelah menyelesaikan kuliahnya, dia meminta
orangtuanya meminang Afra untuknya. Setelah istikhoroh panjang selama 2 bulan
baru Afra memberikan jawaban, akhirnya Afra menerima pinangan Khalil. Khalil menghitbah Afra tanpa bertatap
muka dalam acara itu.mereka tidak saling bertemu. Khalil di Aceh, sedangkan Afra
di Jakarta .
>> “ Assalamu’alaikum…Alhamdulillah acara berjalan lancar.
Terima kasih Afra..semoga apa yang telah menjadi rencara kita terlaksana di
hari yang diridhoi-Nya. Aamiin..” Hanya itu pesan singkat yang diterima
Afra dari Khalil. Setelah acara khitbah
di rumahnya.
Afra mengamiinkan dengan penuh khitmat..penuh harap agar yang
terencana selaras dengan ketetapan-Nya.
Selama Afra menyelesaikan kuliahnya, Khalil sama sekali tidak pernah
menelpon atau mengirim SMS kepada Afra. Setelah SMS yang dikirimnya waktu itu. Afra hanya dikabarkan oleh ibunya bahwa Khalil
hanya ingin berkomunikasi setelah ada ikatan. Dia tidak ingin menggangu Afra
dengan jalan yang tidak baik menurut-Nya. Hal itu yang menjadi point
ketertarikan Afra kepada Khalil.
Afra berusaha menepis cinta-cinta yang menghampirinya karena suatu
janji dari Cinta-Nya. Sebuah ikatan yang akan menjadi jembatan dalam menggapai
Cinta-Nya.
Bagaimana mungkin dia bisa berkata tidak atas seseorang yang
dipilihkan oleh-Nya karena keimanannya. Dia adalah Teuku Khalilullah.
Ada Cinta yang dipilihkan-Nya untuk ku dari segala cinta yang ada….
Tulis Afra
dalam coretan kecilnya di malam yang diterangi setengah cahaya bulan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar