Pesan Dalam Pesan


Bismillahirrahmaanirrahiim.

Mungkin kebiasaanku jika sedang  diperjalanan, mataku tak pernah absent dari suasana jalanan yang aku lewati…entah kenapa…tatapanku selalu asik dengan pemandangan diluar jendela mobil yang membawaku..kemana saja. Dalam tatap yang diam itu kadang aku menangkap pemandangan yang membuat ku harus menancapkan syukur atas segala pemberian-Nya. Kadang pula dalam pemandangan itu aku harus menggali hatiku yang paling dalam untuk bisa menanam dan menumbuhkan sabar atas segala ketetapan-Nya.
Bagaimana tidak..ketika aku bertanya dalam diskusiku dengan si hati “Sayangkah Allah padaku?kenapa Dia tiada melebihkan apa yang ada padaku. “ Pasti Allah mendengar celoteh burukku. Lalu Dia bentangkan layar didepan tatap kosongku…dalam sesi perjalanan itu. Diluar jendela kulihat seorang bapak tua sedang mendorong gerobak reotnya yang berisi kardus bekas dan botol2 plastik bekas. Setelahnya kulihat anak-anak bermata bening berloncatan dari satu bis ke bis yang lain demi sesuap nasi…ya hanya untuk sesuap nasi, mungkin tidak terpikir pun untuk mendapatkan lebih. Karena untuk mengumpulkan uang recehan harus kerja siang dan malam bagaimana mungkin mengharap lebih    dengan ketidakmampuan mengumpulkan uang  lembaran..
Diskusi ku dengan sihati bubar..kini hati merenung kian dalam. sunggguh Allah sayang padaku…sedang aku belum membuktikan sayangku pada-Nya dan pada sesama. Syukur mengkabuti hati dan jiwa seketika…Alhamdulillah.
Dan bagaimana tidak harus kutanamkan sabar ketika aku bersedih karena cacian, kehilangan, kesendirian, kekurangan . Lagi-lagi..hati manusia ini kadang mengeluh. Allah  tampakkan yang lain dalam perjalanan waktu itu. Seorang lelaki tua duduk bersila disamping trotoar jalan, menadahkan tangan diterik yang membakar. Tidak sedikitpun kulihat  tangannya lelah…kulitnya yang menghitam karena panas tidak ia hiraukan. Diseperempat jalan kulihat pula seorang supir berteriak-teriak pada seorang tukang becak didepan mobilnya. Kata-kata cacian yang sangat kasar. Si  tukang becak tidak membalas, hanya diam. Dia  berlalu tidak mengindahkan teriakan si supir, sepertinya dia sudah terbiasa dengan suara-suara kasar itu. Sambil mengayuh becak yang dipenuhi sayur2an, sebelah tangannya menyapu keringat yang bercucuran.beginilah, dan begitulah Kehidupan menyampaikan pesan Allah untuk ku belajar sabar. “ Sabar…lama-lama cacian itu akan menjadi nada do..re..mi..rangkai saja ia menjadi nada yang indah. Sabar..kehilangan pasti akan tergantikan, yang tak akan tergantikan adalah keberadaan Allah dihatimu.sabar.. kesendirian itu akan menjadi keramaian dikala kau tahu bahwa Allah dan orang-orang yang kau pikirkan memikirkanmu. Sabar..kekurangan itu hanyalah karena list kebutuhan yang berlebihan. Sesungguhnya kekurangan itu tidak ada. yang ada dan dipenuhi Allah adalah Kebutuhanmu. Sabar.. Proses menanamnya memang pahit bagaikan empedu, tapi panennya akan manis bagaikan memanen madu” begitulah kira-kira suara kehidupan yang berbisik dalam renungku…
Ketika aku sudah sampai ditujuan…selalu..baru aku sadar bahwa aku baru saja mendapat kuliah kehidupan di perjalanan. Dan aku pun merasa Tuhan begitu sayang padaku…dimanapun kapanpun aku diberi pelajaran..SubhanAllah wal HamdulIllah.
Jadi ingin kusampaikan pesan ini untuk kawanku sekalian seperti yang disampaikan kehidupan dijalanan padaku..dongakkanlah..lihatlah…dan renungkanlah Kasih sayang Allah yang tiada henti tercurah kepada kita yang sering berkhianat dalam cinta-Nya, kita yang sering banyak menuntut dalam setiap doa tanpa usaha, kita yang seringkali lupa pada sesama. Ketika diluar sana ada kaki-kaki lemah tak berdaya meminta-minta menyelusuri fatamorgana siang. Diluar  sana ada anak-anak bermata bening yang tak punya sanak saudara  yang seharusnya berperan membangun jiwanya. Diluar sana banyak orang-orang berotot baja yang rela dicaci demi menafkahi keluarga. Betapa Allah sayang pada kita…mungkin saat ini kita masih bisa bersendagurau dengan sanak saudara. Bangun pagi masih bisa sarapan tidak perlu mencari berlari-lari kesana-kemari terlebih dahulu. Saat ini mungkin kita tengah duduk dan tidur di rumah yang layak tanpa beban. Atau jika Allah memberi Ujian, itu pun pertanda Allah sayang. DIa inginkan kita ingat dan kembali pada-Nya. Dan mungkin saja Allah ingin tinggikan derajat dengan tinggkat keimanan  kita. Karena keimanan tetap perlu diuji, bukan tanpa bukti.
Satu hal yang kita harus teliti dalam menyikapinya “Bahwa kesusahan adalah ujian yang akan berujung pada kebahagiaan. Sedangkan kebahagian bisa saja merupakan ujian kenikmatan yang akan melalaikan”
Wallahua’alam bishshowab…

Menunggu Ditepi pesisir hati yang berombak pelan sambil berharap menggenggam semoga surat dalam botol terbawa sampai kesebrang cinta-Nya@11 Muharram 1434 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar