Strategi Pembelajaran BM

BAB I



PENDAHULUAN



Dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali masalah-masalah yang kita temukan,baik itu dilingkungan keluarga maupun dimasyarakat. Masalah-masalah tersebut dapat muncul karena adanya berbagai factor. Di dalam konsep pembelajarandikenal dengan adanya sebuah pendekatan yang disebut strategi pembelajaran berbasis masalah. Strategi pembelajaran berbasis masalah (SPBM) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memfokuskan pembelajaran pada pemecahan masalah, masalah tersebut dapat ditimbulkan oleh guru dan siswa. Dengan menggunakan strategi ini dalam kegiatan belajar mengajar, maka akan membuat pembelajarn menjadi aktif karena siswa dituntut pula untuk ikut berpartisipasi mencari pemecahan dari masalah yang sedang dipelajari.

Dengan keikutsertaan siswa dalam penyelesaian masalah maka pembelajaran akan lebih terasa ‘hidup’. Siswa dapat lebih aktif berpikir guna mencari penyelesaian dari masalah yang sedang dipelajari. Masalah yang timbul dapat diselesaikan dengan berpikir ilmiah dan menggunakan metode ilmiah. Penyelesaian sustu masalah dalam pembelajaran tidak terpaku pada satu pemecahan masalah. Kemungkinan bias lebih luas lagi sehingga siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah, inovatif dan motivatif dalam pemecahan masalah tersebut.


A. Pengertian SPMB ( Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah)


Suatu model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk memecahkan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah tersebut dan sekaligus memiliki keterampilan untuk memecahkan masalah ( Ward,2002;Stepien,dkk,1993). Lebih lanjut Boud dan felleti, (1997), Forgarty(1997) menyatakan SPBM adalah suatu pendekatan pembelajaran dengan membuat konfrontasi kepada siswa dengan masalah-masalah praktis melalui stimulus dalam belajar.

1. Dilihat dari aspek psikologi belajar SPBM bersandarkan kepada spikologi kognitif yang berangkat dari asumsi belajar adalah proses perubahan tingkahlaku berkat adanya pengalaman, melalui proses ini sedikit demi sedikit siswa akan berkembang secara utuh. Artinya, perkembangan siswa tidak hanya terjadi pada aspekkognitif, tetapi juga aspek afektif dan psikomotor melalui penghayatan secara internal akan problema yang dihadapi.

2. Dilihat dari aspek filosofis tentang fungsi sekolah sebagai arena atau wadah untuk mempersiapkan anak didik agar dapat hidup dimasyarakat, maka SPBM merupakan strategi yang memungkinkan dan sangat penting untuk dikembangkan.

3. Dilihat dari konteks perbaikan kualitas pendidikan, maka SPBM merupakan salah satu strategi pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperbaiki suatu sistem pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut tampak jelas bahwa pembelajaran dengan model SPBM dimulai dengan adanya masalah(dapat ditimbulkan oleh siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut.siswa dapat memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan aktif dalam belajar.

B. Konsep Dasar dan Katakteristik SPBM

Terdapat 3 ciri utama dari SPBM.

1) SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran , artinya dalam implementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan siswa. Sehingga siswa tidak hanya sekedar mendengar, mencatat kemudian menghapal materi, akan tetapi melalui SPBM siswa aktif berpikir, berkomunikasi, mencari dan mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan.

2) Aktivitas pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah. SPBM menempatkan masalah sebagai kata kunci dari proses pembelajaran, artinya tanpa masalah tidak mungkin ada proses pembelajaran.

3) Pemecahan masalah dilakukan dengan menggunakan pendekatan berpikir secara ilmiah. Berpikir dengan metode ilmiah adalah berpikir deduktif dan induktif. Proses berpikir ini dilakukan secara sistematis dan empiris.

SPBM memiliki karakteristik-karakteristik. Diantaranya:

• Belajar dimulai dngan suatu masalah

• Masalah yang diberikan berhubungan dunia nyata siswa.

• Mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, bukan diseputar disiplin ilmu.

• Memberikan tanggungjawab yang besar kepada siswadalam membentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri

• Menggunakan kelompok kecil.

• Menuntut pembelajar/siswa untuk mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari.







C. Hakikat Masalah Dalam SPBM



Masalah dalam SPBM adalah masalah yang bersifat terbuka. Artinya jawaban dari masalah tersebut belum pasti. Setiap siswa bahkan guru dapat mengembangkan berbagai kemungkinan jawaban. Dengan demikian, SPBM memberikan kesempatan siswa untuk bereksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk memecahkan maslah yang dihadapi. Masalah yang dijadikan fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok sehingga dapat mmberikan pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan, mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mengspresentasikan, berdiskusi dan membuat laporan.

Dapat disimpulkan bahkan hakikat dalam SPBM adalah “ GAP”atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan, atau antara kenyataan yang terjadi dengan apa yang diharapkan.

Pemilihan maslah sebagai bahan pelajaran dalam SPBM harus memiliki criteria sebagai berikut.

• Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bias bersumber dari berita, rekaman vide dan sebagainya.

• Bahan yang dipilih bersifat falimiar dengan siswa.

• Bahan yang dipilih berhubungan dengan kepentingan orang banyak (UNIVERSAL)

• Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mengandung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki siswa.



D. Tujuan SPBM

SPBM adalah model pembelajaran yang beroientasi pada kerangka kerja yang teoritik dan kontruktivisme. Dalam SPBM, focus pembelajaran ada pada maslah yang dipilih sehingga siswa tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan maslah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah tersebut. Oleh karena itu, siswa tidak saja mengetahui konsep yang relevan dengan masalah yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga memperoleh pengalaman belajar yang berhubungan dengan keterampilan menerapkan metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan menumbuhkan pola berpikir kritis, jadi tujuan yang ingin dicapai dengan SPBM adalah kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analisis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternative pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbunhkan sikap ilmiah.

Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai SPBM, maka SPBM sebaiknya digunakan dalam pembelajaran, karena;

a. Dengan SPBM akan terjadi pembelajaran bermakna, artinya belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika siswa berhadapan dengan situasi dimana konsep diterapkan.

b. Artinya apa yang dilakukan siswa sesuia dengan kenyataan bukan lagi teoritis sehingga maslah dalam suatu konsep atau teori akan ditemukan sekaligus selama pembelajaran berlangsung.

c. SPBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa dalam belajar, motivasi internal untuk belajar dan mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.















BAB II



Penerapan SPBM dalam Pembelajaran

A. Tahapan-tahapan SPBM

Ada beberapa tahapan dalam menerapkan SPBM dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini mulai dengan adanya masalah yang harus dipecahkan atau dicari pemecahannya oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau guru. Pemecahan masalah dari SPBM harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah. Menurut Pannen (2001) ada 8 tahapan, yaitu:

1) Mengidenfikasikan masalah

2) Mengumpulkan data

3) Menganalisis data

4) Memecahkan masalah berdasarkan data yang ada dan analisisnya.

5) Memilih cara untuk memecahkan masalah’

6) Merencanakan penerapan pemecahan masalah.

7) Melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan.

8) Melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Menurut John Dewey, ada 6 langkah SPBM yang dinamakan problem solving, yaitu;

1) Merumuskan masalah yaitu langkah siswa meninjau masalah yang akan dipecahkan.

2) Menganalisis masalah, yaitu langkah siswa meninjau masalah secara kritis dari berbagai sudut pandang.

3) Merumuskan hipotesis ,yaitu langkah siswa merumuskan berbagai kemungkinan pemecahan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

4) Mengumpulkan data, yaitu langkah siswa mencari dan menggambarkan informasi yang di perlukan untuk pemecahan masalah.

5) Pengujian hipotesis, yaitu langkah siswa mengambil atau merumuskan kesimpulan sesuai dengan penerimaan dan penolakan hipotesis yang diajukan.

6) Merumuskan rekomendasi pemecahan masalah, yaitu langkah siswa menggambarkan rekomendasi yang dapat di lakukan sesuia dengan rumusan hasil pengujian hipotesis dan rumusan masalah.

Sesuai dengan SPBM yaitu menumbuhkan sikap ilmiah, maka secara umum SPBM bias dilakukan dengan langkah-langkah:

1. Menyadari masalah

Pada tahapan ini guru membimbing siswa pada kesenjangan atau gap yang dirasakan oleh manusia atau lingkungan social. Kemampuan yang dicapai pada tahapan ini adalah siswa dapat menentukan kesenjangan yang terjadi dari berbagai fenomena yang ada.

2. Merumuskan masalah

Pada tahapan ini kemampuan yang ingin dicapai adalah siswa dapat menentukan prioritas masalah sehingga siswa dapat memanfaatkan pengetahuan untuk mengkaji, merinci dan menganalisis masalah sehingga pada akhirnya muncul rumusan masalah yang jelas, spesifik dan dapat dipecahkan.

3. Merumuskan hipotesis

Kemampuan yang diharapkan dalam tahapan ini adalah siswa dapat menentukan sebab akibat dari masalah yang ingin diselesaikan. Sehingga dapat menentukan berbagai kemungkinan penyelesaian masalah.

4. Mengumpulkan data

Pada tahap ini siswa didorong untuk mengumpulkan data yang relevan melalui proses berpikir ilmiah, kemudian memetakan dan menyajikannya dalam berbagai tampilan sehingga mudah dipahami..

5. Menguji hipotesis

Siswa dapat menentukan hipotesis mana yang diterima dan mana yang ditolak berdasarkan data yang dikumpulkan sehingga siswa dapat menelaah dan membahasnya untuk melihat hubungannya dengan masalah yang dikaji agar dapat diambil kesimpulan.

6. Menentukan pilihan penyelesaian.

Pada tahap ini yang merupakan akhir dari proses SPBM adalah memilih alternative penyelesaian yang kemungkinan dapat diaplikasikan dan diperhitungkan kemungkinan yang akan terjadi sehubungan dengan alternative yang dipilihnya.

B. Keunggulan dan Kelemahan SPBM

1. Keunggulan

Sebagai suatu strategi pembelajaran, SPBM memiliki beberapa keunggulan, diantaranya:

a) Pemecahan masalah (problem solving) merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran.

b) Pemecahan masalah (problem solving) dapat menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.

c) Problem solving dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran siswa.

d) Problem solving dapat membantu siswa untuk mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.

e) Problem solving dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.

f) Problem solving dapat memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam kehidupan nyata

g) Problem solving dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.

2. Kelemahan

SPBM memiliki kelemahan , diantaranya:

a) Manakala siswa tidak memiliki atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan merasa enggan untuk mencoba.

b) Keberhasilan strategi pembelajaran melalui problem solving membutuhkan cukup waktu untuk persiapan.

c) Tanpa pemahaman mengapa mereka berusaha untuk memecahkan masalah yang sedan g dipelajari, maka mereka tidak akan belajar apa yang mereka pelajari.



C. Pandangan Islam Tentang SPBM

Dilihat dari segi isinya, masalah adalah suatu kesenjangan antara yang seharusnya(daisolen solen) dengan yang tampaknya (dassein). Ajaran islam , misalnya mengharuskan agar umatnya bekerja islam, memanfaatkan waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang bermanfaat, mencintai kebersihan dan ketertiban, menguasai IPTEK, memiliki kesehatan jasmani dan rohani serta menjalani hubungan yang saling menguntuungkan dengan sesamanya.namun, dalam realitasnya masih banyak orang islam yang tidak memiliki etos kerja yang tinggi, bekerja asal-asalan, membuang waktu percuma, membiarkan lingkungan yang kotor dan semberawut, terbelakang dalam IPTEK serta memiliki derajat kesehatan yang rendah. Masalahnya adalah bukan terletak pada ajaran islamnya, melainkan pada kualitas memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran islam tersebut. Dengan demikian, masalahnya adalah “bagaimana caranya agar kehidupan umat islam sejalan dengan yang diharapkan ajaran islam tersebut”.

Islam melihat bahwa pemecahan maslah merupakan bagian dari agenda kehidupan . bahkan kehidupan itu sendiri sebenarnya sebuah masalah. Islam juga melarang umatnya melarikan diri dari tanggungjawab memecahkan masalah tersebut. Namun, perintah ajaran islam mengenai tanggungjawab memecahkan tersebut dimaksudkan agar manusia mendapatkan hikmah, pelajaran, nilai-nilai positif bagi dirinya. Semakin banyak menyelesaikan masalah dengan niat ikhlas karena ALLAH SWT, akan semakin banyak nilai pahala yang diperolehnya.

Beberapa Nabi yang diutus oleh ALLAH SWT kemuka bumi pada dasarnya bertugas untuk memecahkan masalah . tingkat kesuksesan para Nabi dalam memecahkan masalah-masalah tersebut bertingkat-tingkat. Nabi Ibrahim berhasil memecahkan masalah dengan gemilang dan Ia dijadikan imam (bapak spiritual) sepanjang sejarah. Selanjutnya, keberhasilan memecahkan masalah manusia dan peradaban dunia secara spektakuler oleh Nabi Muhammad SAW . berdasarkan pada informasi tersebut , maka islam melihat pemecahan masalah selain sebagai sebuah metode pembelajaran , juga sekaligus sebagai bagian dari agenda kehidupan. Hanya dengan pemecahan masalah itulah seseorang akan memperoleh pengalaman berharga tentang sebuah kehidupan yang bermakna dan berkualitas.











D. Penutup



1. Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) adalah model pembelajaran yang bertumpu pada kreatifitas, inisiatif, inovasi, dan motivasi para siswa.

2. Dengan SPBM proses belajar lebih banyak bertumpu pada kegiatan para siswa secara mandiri, sementara guru bertindak sebagai desainer, perancang, fasilitator, motivator atas terjadinya kegiatan belajar mengajar tersebut.

3. Melalui SPBM, seorang siswa akan memiliki keterampilan memecahkan masalah yang selanjutnya diterapkan pada saat ia menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat.

4. Islam sebagai agama yang memiliki kepedulian yang tinggi dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia sangat member perhatian terhadap pentingnya kemampuan memecahkan masalah bagi umat manusia.

5. Islam memandang bahwa masalah bukan hanya sebagi jalan untuk menempa diri agar memiliki ketahanan fisik dan mental serta mendapatkan hikmah dan pendidikan lainnya, juga sebagai bagian dari agenda kehidupan yang harus dijalani.




Daftar Pustaka

Sanjaya Wina, 2006, Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta.

Nata Abuddin, 2009.Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, Kencana, Jakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar